FEELING
Siang itu jam dinding rumah Tuan Muller menunjukan pukul 13:26 waktu kota new York.
Tuan muller yang merencanakan liburannya ke Bali bersama sang putri Jessica Muller, telah menyiapkan jadwal keberangkatan mereka yakni 19 menit dari waktu yang telah di tentukan. Itu artinya tuan Muller harus bersiap-siap jika tidak mereka akan ketinggalan penerbangan terakhir mereka menuju Bali.
Bandara internasional Jhon F. Kennedy, adalah bandara yang menghubungkan penerbangan antara new York city -Bali island.
"Nona Muller, apakah kau sudah selesai menyiapkan perlengkapan mu." Teriak Tuan Muller pada Jessica dari lantai bawah rumahnya.
"Iya ayah, aku hampir selesai." Sahut Jessica dari atas.
Dengan pakaian khas traveler nya, Jessica perlahan menuruni anak tangga menghampiri ayahnya.
"Bagaimana ayah? apakah bisa berangkat sekarang?" Tanya Jessica dengan menenteng kopernya.
"Tentu saja. Kita hanya punya waktu 18 menit menuju bandara," Jawab Tuan Muller tak sabar.
Ayah dan anak itu tanpa buang-buang waktu langsung bergegas menuju bandara.
Senang, bahagia, itulah yang di rasakan Jessica.
Ini kali pertamanya mengunjungi Bali. Terlebih menurut situs online Amerika, menyebutkan Bali sangat indah.
Pribuminya ramah dan udara yang sejuk akan menambah seleranya dalam menyambangi pulau seribu pure ini.
****
Sean menatapi wajah Edward dalam-dalam.
Dengan senyum liciknya ia ingin memberi tahu nyonya Lopez atas apa prihal kedatangannya ke toko kue Nyonya Lopez.
"Biarkan aku membujuk ibu mu!" Ucap Sean percaya diri. Seakan-akan ia tahu jawaban yang akan di lontarkan oleh Nyonya Lopez. Menurut perkiraan Sean, nyonya Lopez hanya akan mengatakan "YA." Tak ada pilihan bagi Nyonya Lopez untuk menolak permintaannya.
"Nyonya Lopez yang cantik!!
Bolehkah aku meminta sesuatu pada m." Sean mulai berulah dengan aksi tengil dan konyolnya.
Situasinya sangat tepat menurut Sean untuk mengutarakan niatnya memboyong Edward pergi bersamanya. Melihat suasana hati Nyonya Lopez yang sedang damai terlebih saat ini Nyonya Lopez sedang senggang, Sean tak akan membuang waktu berharga ini.
"Apa itu permintaan mu?" Tanya nyonya Lopez spontan.
"Nyonya!! Apa kau tahu bahwa hari ini aku ulang tahun?" Ucapan Sean yang belum selesai ini kemudian di sambar cepat oleh nyonya Sean.
"Oh Dear, mengapa kau tak mengatakannya dari awal. Kalau begitu aku akan menyiapkan kue ulang tahun untuk mu." Tukas Nyonya Lopez terlihat gusar, ia tak ingin melewatkan kesempatan baik ini.
Ia langsung bergegas menuju ke dapur mencoba membuatkan kue ulang tahun spesial untuk Sean.
"Nyonya Lopez." Tahan Sean pada Nyonya Lopez yang begitu antusias atas ulang tahunnya.
"Ada apa lagi? Apakah kau ingin aku menambahkan ASAM FOLAT dan BUBUK KAKAO dalam kue ulang tahun mu?" Tanya Nyonya Lopez seraya memutar badannya 180 derajat.
"Tidak Nyonya. Aku tidak ingin kau repot-repot membuatkan aku kue ulang tahun. Aku hanya..." Sean berujar ragu dan menghentikan sejenak bicaranya.
"Hanya apa?" Tanya Nyonya Lopez penasaran.
"Aku hanya...... Bolehkah aku meminta izin mu?" Sean melanjutkan ucapannya.
"Ayolah Dear, sejak kapan kau mulai ragu meminta izin pada ku. Katakanlah aku akan memberikan apa yang kau minta selagi aku bisa memberikannya," Ujar Nyonya Lopez berulah implusif.
Sean mengumpulkan keberanian nya, menarik nafas panjang dan....
"Bisakah kau mengizinkan aku membawa Edward liburan bersama ku ke balinese." Ucap Sean mengucapkan kata-kata yang penuh keberanian dan lugas.
Secara gamblang dan spontanitas nyonya Lopez melepaskan tawanya yang khas.
Ahaha haha haha Haha
"Mengapa kau harus perlu izinku untuk membawa Eed ku yang malang ini pergi." Timpal Nyonya Lopez tertawa girang. Ia tak percaya bahwa Sean bertingkah polos dan lucu.
"Apakah ibu mengizinkan aku pergi bersama Sean?" Seringai Edward pada ucapan Ibunya itu.
"Dengarkan ibu eed. Penerbangan dari new York menuju Bali tersisa tinggal 15 menit. Sementara jarak dari toko ini menuju bandara paling lama dua puluh menit. Jika kalian tak berangkat sekarang, maka kemungkinan esok hari kalian bisa memulai penerbangan lainnya." Jelas Nyonya Lopez.
Belum usai mulut itu bicara, Edward langsung menangkapnya dengan cermat.
"Baiklah ibu!! Edward paham," Seketika penuh gelora semangatnya Edward berlari keluar toko, memasuki sebuah gang kecil di samping toko ibunya ia tak peduli apa pun lalu menghilang di balik dinding yang menutupi gang kecil itu.
Ia hanya ingin sampai rumah dalam waktu satu menit. Membereskan pakaiannya dan ingin melesat terbang tinggi. Edward penuh antusias.
Secepat mungkin ia harus memasukan pakainya kedalam koper, demi perjalanannya yang penuh pengalaman ini.
Ya, karena jarak dari rumah Edward menuju toko kue ibunya hanya butuh waktu satu menit perjalanan, maka Edward tak membuang waktu berharga miliknya itu.
"Aku siap!" Teriak Edward pada ibunya dan Sean. Dengan nafas terengah-engah ia menarik Sean keluar toko lalu melesat kabur.
"Ibu kami berangkat," Ujar Edward penuh semangat. Tak lupa ia sempat mengucapkan kata perpisahan terakhir untuk ibunya dengan lambaian tangan.
"Hati-hati di jalan!" Sahut ibunya pada kedua remaja itu.
Entah apa cerita yang akan Edward bawa nanti dari perjalanannya.
Ibu Edward hanya berharap bahwa Edward akan memberikan kata-kata yang cukup membuatnya senang atas pengalamannya nanti ketika pulang dari liburannya.
Saat ini jalan raya di kota new york tak begitu padat, dalam arti sedang lumayan sepi lalu lalang kendaraan. Keduanya bisa dengan mudah sampai di bandara, tanpa takut terlambat. Sebab jarak tempuh mobil yang mereka tumpangi sedikit tidak memakan waktu.
"Hei Eed, bisakah kau tak memegangi tangan ku seperti ini?" Sean tiba-tiba risih atas pegangan tangan yang di lakukan Edward.
"Oh, maafkan aku bung. Aku sangat bersemangat," Balas Edward gembira.
Edward terus memegang tangan Sean hingga dalam perjalanan menuju bandara.
"Hey bro, bukankah ulang tahun mu telah tiba bulan lalu. Bagaimana bisa kau membohongi ibuku dalam hal ini." Edward bertanya seakan-akan ia adalah Detective James.
"Kurasa karena keadaan. Tapi bukankah ini yang kau inginkan. Bukankah kau tak suka jika liburan sendiri di kota yang membosankan ini?" Sean menjawab pertanyaan sahabatnya dengan intuisi mendalam.
"Ya kurasa ini jawaban yang memuaskan." Pikir Edward dalam hatinya.
"Omong-omong bagaimana kau punya ide seburuk ini mengajak ku pergi berlibur. Apakah kau sedang di rasuki oleh arwah jahat Medusa?" Lanjut Edward bicara seraya bertanya omong kosong.
Tangannya tak bisa diam untuk menyentuh wajah manis Sean.
"Tapi kau tak sakit, bahkan suhu tubuh mu normal,"
lirih Edward pada Sean bertindak bak dokter yang sedang memeriksa pasiennya.
Sean menepis tangan Edward yang menempel pada dahinya itu.
Jijik, itulah yang Sean tak suka jika seorang teman pria mencoba menyentuhnya.
"Bisakah kau tak melakukannya. Aku akan memaki mu jika kau melakukannya lagi pada ku." Kali ini Sean berulah ketus pada Edward yang sedikit menyebalkan saat itu.
Edward hanya tersenyum bahagia, tak pernah ia sebahagia ini melihat ulah sewot Sean.
Ulah remaja yang bertingkah kekanakan.
Pikir Edward ia ingin terus menggoda Sean.
BERSAMBUNG...
Catatan kecil penulis:
"Lakukanlah apa yang ingin kau lakukan, jangan dengarkan ucapan orang lain."
***
***
***
SARANJANA EPISODE 09
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 176 Episodes
Comments
Li Hope • Q
liat ini gara2 liat komentar kak shin wkkwwk beneran bagus wkwkwkw lanjut kakkakk
2020-01-10
1
☆ Rhea Deedra ☆
Jadi senyum2 sendiri dehh, Thor..
Ad jg org yg mau nambah usianya sndri, tergantung keadaan..😋😋😋
2019-10-06
3
L
semangat trus thor..
makin ksini ceritanya makin bagus.. good job👍
2019-09-30
1