“Bi masakannya enak banget.” Ucapku. “Makasih Non.” Santapan makan malam di rumah Dave terasa berbeda karena semua makanan menjadi sangat enak apabila kita memakannya bersama orang yang kita sayangi. “Kamu makan yang banyak ya.” Dave memberikan ayam rica-rica yang ada di atas meja ke dalam piringku.
“Dave jangan kebanyakan nanti aku kekenyangan.” Ucapku. “Gak pa-pa biar kamu sehat terus.” Ucapnya tanpa rasa bersalah. “Ehmm yang ada kamu yang harus makan banyak.” Ucapku. “Iya iya.” Dia juga mengambil satu potong ayam rica-rica dan diletakkan diatas piringnya. “Dave kamu tahu berita heboh hari ini di Sekolah?” Tanyaku sambil mengunyah makananku.
“Makan dulu baru ngomomg, lihat itu mulut sampai penuh gitu.” Dia memberikan aku segelas air putih dan aku segera meminumnya untuk membantu menurunkan makanan yang ada di mulutku ke perutku. “Memang ada berita apa?” Tanyanya. “Soal idola sekolah kita.” Ucapku. “Idola sekolah? Siapa?” “Itu Dave Franco Jr.” Dia melihat kearahku tertawa dan mengusap kepalaku.
“Dasar, emangnya ada berita apa?” Ucap Dave sambil memasukkan satu sendok yang berisikan nasi dan irisan ayam ke dalam mulutnya. “Hmm soal hubungan kita, aku juga gak tahu mereka dapat foto kita darimana, kamu yang kasih ya?” Tanyaku. “Foto? Foto apa?” Tanyanya heran. “Itu foto waktu kita kemarin ke air terjun di Puncak Bogor.” Ucapnya. “Hmm mungkin mereka mengambilnya dari halaman friendsterku." Ucapnya.
“Siapa yang mengambil fotonya Dave?” Tanyanya. “Aku dapat fotonya dari Doni.” Ucap Dave. “Oke, oh iya kabar mereka gimana Dave? Nanti lain kali kita jalan bareng mereka lagi ya.” Ucapku bersemangat. “Iya, udah abisin dulu makanan kamu, nanti baliknya aku anterin.” Ucapnya. “Oke.” Makan malam itu pun kami habiskan dengan mengobrol santai.
“Bi Iyem makasih ya buat hari ini, masakan Bi Iyem emang paling enak.” Ucapku setelah berpelukan dengan Bi Iyem. “Iya Non sering-sering datang kesini juga ya, kasihan Den Dave selalu sendirian.” Ucapnya. “Siap, ya udah Bi, Sarah balik dulu ya.” Ucapku. “Iya Non hati-hati ya.” Aku pun berpamitan dengan Bi Iyem, dan masuk ke dalam mobil dimana Dave sudah ada di dalam mobil tersebut. “Sudah?” Tanya Dave. “Udah, yuk.” Mobil Dave pun keluar dari rumah besar dan megah itu.
“Sayang.” Ucap Dave sambil sesekali melihat kearahku dari pandangan ke jalanan Jakarta yang padat saat dia sedang menyetir mobilnya. “Iya, kenapa?” Tanyaku. “Kapan-kapan nanti aku mau ketemu sama orang tua kamu lagi ya, aku kan terakhir ketemu mereka waktu kita masih kecil, boleh ya?” Dia menggenggam tanganku. “I-iya boleh.” Apa yang harus aku katakan.
Aku mengalihkan penglihatanku keluar jendela mobil, memikirkan sesuatu yang sangat berat untukku. Apa yang harus aku lakukan, aku tidak mau kehilangan Dave.
“Sayang, Sayang.” Ucap Dave. “Eh iya kenapa Dave.” Ucapku. “Udah sampe.” Ucapnya. “Ha?” Aku melihat ke luar jendela mobil dan ternyata kami sudah berada di depan gang jalan rumahku. “Kamu melamunin apa Sayang.” Ucap Dave sambil melepaskan seat beltnya dan seat beltku. “Enggak ada Dave.” Ucapku.
“Yakin?” Dave makin mendekatkan wajahnya ke wajahku membuat aku memejamkan mata. Dan dia mencium pipiku. “Kenapa wajahmu berwarna merah sekarang? Mikirin apa ayo?” Ucap Dave. “Ha enggak.” Ucapku dengan cepat menggelengkan kepalaku. Huh apa yang aku pikirkan coba.
“Dasar.” Dia mengusap kepalaku. “Besok aku jemput ya.” Lanjut Dave “Iya, ya udah aku balik ya, kamu hati-hati nanti di jalan, kasih tahu kalo udah nyampe ya Dave." Ucapku. “Iya.” Aku pun langsung membuka pintu mobil dan keluar dari mobil tersebut, setelah aku turun Dave membuka kaca mobil penumpangnya. “I love you.” Ucap Dave. “I love you too, hati-hati di jalan ya.” Setelah itu mobil Dave pun pergi masuk lagi ke keramaian jalanan Jakarta meninggalkanku dengan kegelisahan di pikiranku. Aku harus kasih tahu Dave walaupun tidak tahu kapan, tetapi aku harus kasih tahu dia.
Di jalanan pagi kota Jakarta disaat semua orang sedang berlomba-lomba untuk segera sampai di tempat tujuan mereka, aku sedang sibuk memeluk dengan erat laki-laki yang selalu menambahkan rasa cintanya ke dalam hatiku di atas motor sport yang digunakannya. “Jangan kenceng-kenceng meluknya Sayang, nanti aku gak bisa napas loh.” Aku tidak menghiraukan kata-katanya dengan tetap memeluknya dengan sangat erat seakan tidak mau melepaskannya. “Sayang kita udah sampai.” Ucapnya. “Eh iya.”
Aku pun turun dari motornya, Dave membantuku membuka helm di kepalaku, setelah itu kami berjalan bergandengan di sepanjang jalan menuju ke kelas kami yang aku tahu hal tersebut mengundang perhatian hampir satu sekolah dimana akhirnya mereka tahu siapa gadis yang ada di foto mading sekolah itu. “Sar ternyata kamu? kok gak bilang-bilang kemarin.” Tanya Rizka saat aku sudah duduk di bangkuku sementara Dave berkumpul dengan teman-temannya.
“Gimana ya Riz.” Ucapku bingung. “Udah gak pa-pa, aku juga seneng kok kamu jadian sama Dave, kalian berdua itu cocok banget tahu, aku doain moga langgeng ya. “Iya makasih ya Riz.” Ucapku. “Kamu lihat itu si Sabrina, udah gak bisa lagi nutupin mukanya karena malu udah bilang ke semua orang kalo dia pacarnya Dave.”Ucap Rizka. “Jangan gitu walau bagaimanapun dia temen kita.” Ucapku. “Iya-iya.”
Setelah itu obrolanku dan Rizka pun hanya membahas masalah-masalah yang sedang happening di dunia keartisan, sehingga tidak lama kemudian guru kami pun sudah masuk ke kelas membuat Dave dan teman-teman yang lain duduk di bangku mereka masing-masing. “Seru banget kayaknya tadi ngobrol sama yang lain Dave.” Ucapku. “Iya lagi bahas masalah basket biasa cowok.” Dia mengusap kepalaku dan setelah itu kami pun mengikuti pelajaran dengan diam dimana Dave sekali-sekali
menjahiliku selama pelajaran tersebut.
“Oke untuk pelajaran olahraga hari ini, kali ini kita akan mengadakan pertandingan basket, bapak akan bagi kalian menjadi dua tim, nanti tim yang lain yang belum dapat giliran bisa istirahat terlebih dahulu.” Ucap guru olahragaku ssat kami sudah berganti mata pelajaran dengan pelajaran olahraga.
Dalam pembagian tim tersebut aku dan Dave terpisah tidak menjadi satu tim dimana aku satu tim dengan Rizka, Ivan dan beberapa teman yang lain, sedangkan Dave satu tim dengan Sabrina dan beberapa teman yang lain, yang dapat aku lihat wajah Sabrina yang sangat senang karena satu tim dengan Dave.
“Kali ini mau buat janji lagi seperti kemarin, kalo aku menang kamu harus nurutin satu permintaan aku?” Ucap Dave “Gak mau, kamu udah pasti menang lah, curang itu namanya.” Ucapu. “Kalo untuk kamu aku bisa mengalah sampai kapanpun.” Ucapnya dam memberikan kecupan sekali di keningku yang berhasil membuatku tersipu malu. Dave paling bisa buat aku jadi gak bisa ngomong apa-apa gini.
Pertandingan basket kecil-kecilan itu pun dimulai, seperti biasa Dave menunjukkan bakatnya yang sangat lihai mengocek bola bundar berwarna merah tersebut, saat dia akan menembakkan bola tersebut ke ring kami, aku berhenti didepannya membuat dia kehilangan fokus, sehingga Ivan dapat mengambil bola tersebut dan dengan cepat langsung memasukkan bola tersebut ke ring tim Dave sehingga menghasilkan angka untuk mengungguli tim Dave.
“Sepertinya ada yang bakal kalah.” Ucapku mengejek Dave dan dia hanya menggelengkan kepalanya. Disaat aku sedang membawa bola, Dave dengan sengaja berada di belakangku seolah-olah sedang menjagaku, padahal aku tahu sekali dia sedang menjahiliku dimana dia senyum-senyum sendiri melihat tingkahku yang berusaha lari dari penjagaannya, tetapi tiba-tiba. “BRUKK!!!”
“Ahhh, Sarah kamu tidak apa-apa.” Ucap Dave yang melihatku terjatuh karena bertabrakan dengan Sabrina dan semua teman-teman sekelasku termasuk guru olahragaku berlari kearahku. “Sarah maaf aku tidak sengaja.” Ucap Sabrina di belakangku yang aku tahu sekali dia sedang tersenyum sinis. “Kamu gak pa-pa Sarah.” Ucap Dave lagi, aku mencoba berdiri tetapi aku terjatuh lagi karena tangan sebelah kiriku terasa sangat sakit.
“Sakit Dave.” Ucapku sambil menahan tangan kiriku dimana ada luka lecet juga pada daerah sikunya. “Dave bawa Sarah ke UKS sekarang.” Ucap guru olahragaku. Aku pun langsung digendong dengan cepat tanpa memperdulikan teman-temanku yang lain, Dave langsung membawaku dalam gendongannya ke ruang UKS. “Tahan ya.” Ucapnya dengan wajah yang cemas.
BERSAMBUNG.
Mohon vote, love, like dan komentarnya readers, terus ikuti kisahku ya.
Terima kasih supportnya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
dasarrr sabrina uler keket 🙄
2021-05-27
0
Ita Ta'nifah
hmmm...main sikut sikutan ya sabrina...
ada iri dan dengki di hati sabrina 🙆🏻♀️
sabsr ya sarah.....
2021-01-24
1
Trian -follow IG : @trianmt
jangan lupa feedbacknya ya kak
2020-06-03
1