Masa sekarang.
“TENG! TENG! TENG!” Suara bel Sekolah yang mengawali kegiatan belajar mengajar di sebuah Sekolah ternama di Jakarta yang diawali dengan upacara penghormatan Sang Merah Putih, wajah-wajah baru yang terlihat bersemangat untuk memulai salah satu perjalanan hidupnya sudah berbaris rapi di Lapangan Sekolah.
Mereka mendengarkan dengan baik sambutan dari Kepala Sekolah kepada mereka dan memberikan selamat kepada mereka karena telah berhasil masuk ke sekolah ini dari seribuan Siswa Sekolah Menengah Pertama seluruh Indonesia yang mendaftar. Sekolah hebat itu adalah SMA XYZ Jakarta, sekolah yang penuh kenangan untukku.
SMA XYZ Jakarta adalah salah satu sekolah favorit di negeri ini karena para Lulusan dari Sekolah ini kebanyakan semua berhasil masuk Universitas Negeri terbaik di Indonesia, bahkan banyak juga yang mendapatkan beasiswa ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikan di Universitas terkemuka disana, dan aku sangat bersyukur bisa menjadi salah satu Siswa baru dari Sekolah tersebut.
“Sarah kemarin penampilan kamu keren banget. Iya Sar suara kamu juga bagus banget jadi ngefans loh.” Ucap teman-teman sekelasku saat kami berada di dalam Kelas. “Eh hmm iya makasih.” Aku tidak suka perhatian ini. “Kita semua capek ngikutin ospek kemarin huh, tiap hari ada aja hukuman yang dikasih ke kita. Iya Sarah enak ya gak ikut kemarin, oh iya kamu sama Dave pacaran ya.” Tanya salah satu teman sekelasku.
“Eh enggak cuma temen aja.” Ucapku gugup. “Tapi kok bisa deket banget gitu.” Tanya mereka dengan lebih penasaran. “Hmm itu…” Dave.“Eh udah ngapain kalian ngerumunin Sarah kayak semut gitu, sana duduk lagi di bangku kalian, gua mau duduk.” Dave tiba-tiba datang dan membubarkan teman-temanku yang lain yang berkumpul mengelilingiku. Terima kasih Dave.
Dengan wajah kesal teman-teman satu kelasku yang sedari tadi berkumpul di sekitarku di dalam kelas bubar diusir oleh Dave yang duduk di belakangku. “Kamu gak pa-pa?” Tanya Dave kepadaku. “Gak pa-pa makasih ya.” Seperti biasa dia mengusap kepalaku lagi. Dave tanganmu kondisikan.
“Halo Dave aku boleh duduk disini?” Salah satu teman kelasku tiba-tiba langsung duduk di sebelah Dave. “Aku Sabrina salam kenal.” Dia mengulurkan tangannya dan tersenyum kearah Dave. Cantik banget. “Ehh hmm maaf tetapi sudah ada Ivan yang duduk disitu.” Ucap Dave yang terlihat gugup. Kenapa kamu jadi gugup Dave.
“Ohh maaf, ya sudah aku pindah ke depan deh, Sarah kan? aku Sabrina, boleh duduk disini?” Tanya Sabrina. “Oh iya boleh salam kenal ya.” Aku mengulurkan tanganku untuk bersalaman saat dia sudah duduk disebelahku. “Dave kemarin kamu main gitarnya keren banget, kapan-kapan nyanyi bareng ya.” Tanya Sabrina ke Dave tanpa memperdulikan uluran tanganku untuk bersalaman.. Aku dicuekin?
“Bo-boleh.” Ucap Dave yang masih gugup. Kenapa kamu menjadi gagap begitu Dave hmmm. “Kemarin yang bagus sebenarnya Sarah Sab.” Lanjut Dave yang mulai sudah terlihat sedikit normal karena melihat tatapanku kearahnya. “Iya lumayan.” Ucap Sabrina yang masih menganggap aku hanya tembok disebelahnya. “Oh iya Dave kamu asli orang sini atau blasteran? karena mata kamu ada biru-birunya gitu, sama…” Sabrina tiba-tiba menyentuh tangan Dave lebih tepatnya mengelus lembut. “Kulit kamu juga warnanya beda.” Lanjutnya lagi
Kayaknya aku pergi aja dari sini. “Eh…” Dave menarik tangannya. “Hmm iya, papaku orang Australian.” Ucap Dave singkat. “Ohh gitu pantesan, aku sering main ke Australia, kapan-kapan kita liburan kesana ya? Papa kamu masih tinggal disana?” Tanya Sabrina antusias. “Iya.” Jawab Dave. “Aku juga punya rumah disana.” Ucap Sabrina antusias. “Hmm.” Jawab Dave. “Kapan-kapan kita liburan bareng ya.” Lanjut Sabrina lagi. “Iya.” Jawab Dave.
“Disana juga ada temen mamaku, eh mungkin papamu sama mamaku temenan Dave.” Ucap Sabrina yang masih sangat antusias, sementara Dave terlihat sangat malas untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan Sabrina. Emang disana yang tinggal cuma papanya Dave apa ya. “Nanti aku tanyain deh, oh iya boleh minta nomor handphone kamu?” Tanya Sabrina yang mengeluarkan telpon genggamnya yang aku yakini keluaran terbaru.
Hmmm ternyata modus. “Kosong delapan satu…” Ucap Dave mengeja nomor handphonenya. Eh dikasih? “Makasih Dave, aku missed call ya.” Ucap Sabrina yang terlihat sangat senang. “Nanti kita tukeran friendster sama YM ya, nanti malem kita chat-chatan.” Ucap Sabrina dengan sangat senang. “Iya.” Jawab Dave seadanya. Aku ke toilet aja deh.
“Sar…mau kemana?” Tanya Dave yang melihat aku sudah bangkit dari tempat dudukku. “Ke Toilet.” Aku melirik kearah Sabrina yang memberikan senyuman penuh kemenangan kearahku. Di dalam Toilet aku membasuh wajahku dari keran yang keluar dari wastafel. Kenapa aku harus marah ya, Davekan juga bukan siapa-siapa aku, Sabrina juga cantik banget cocok sama Dave. Aku melihat bayanganku di cermin. Hmm kenapa aku harus sedih.
Aku keuar dari dalam Toilet dengan terburu-buru, dan dengan tidak sengaja aku menabrak seseorang di depan Toilet. “Aww sakit, kalo jalan lihat-lihat dong.” Aku mengusap keningku “Eh K-Kak Indra maaf.” Aku gugup, ternyata orang yang aku tabarak adalah seniorku yang galak itu, saat aku menjalani ospekku di Sekolah ini. Aduh kenapa harus ketemu dia. “Lo lagi.” Ucap Indra menatapku tajam. “Ma…af Kak.” Ucapku.
“Hmm lo abis nangis?” Dia melihat lekat kearah wajahku dengan mata yang sedikit memerah. “Eh enggak siapa yang nangis.” Aku membersihkan lagi air di pelupuk mataku. “Lagi bersihin muka aja.” Lanjutku. “Hmm” Ucapnya. “Saya permisi dulu ya Kak.” Dengan langkah seribu aku pergi meninggalkannya. Kenapa hari pertama sekolah jadi berantakan gini sih ahh.
“TENG! TENG!” Bel Sekolah berbunyi yang menandakan jam istirahat untuk semua Siswa SMA XYZ. “Teman-teman karena hari ini hari pertama kita semua sekolah, aku mau traktir kalian semua di Kantin, jadi kita ke Kantin bareng ya, kalian bebas mau makan apa aja.” Sabrina sedikit berteriak saat memberikan pengumuman itu ke dalam Kelas.
“Wah beneran Sab, oke ayo kita ke Kantin yuk.” Ucap Ivan teman sebangku Dave. “Dave ayo ke kantin bareng.” Sabrina langsung menarik Dave dari kursinya setelah memberikan pengumuman tersebut di Kelas. “Eh iya, Sarah ayo bareng.” Ucap Dave yang sudah berada didepanku dengan tangan yang digandeng oleh Sabrina. “Kayaknya Sarah lagi sibuk Dave, udah kita duluan aja yuk.” Ucap Sabrina melihat tajam kearahku.
“Iya kamu duluan aja Dave gak pa-pa, aku belum selesai nyatetin pelajaran tadi.” Ucapku mencari alasan. “Oke, aku tunggu di kantin ya.” Ucap Dave tersenyum kearahku dan dia mengusap kepalaku. “Iya.” Mereka pun pergi keluar Kelas bersama teman-temanku yang lainnya meninggalkanku sendiri di dalam Kelas.
Setelah itu aku pergi ke Kantin sendirian, aku sudah berdiri di dalam keriuhan Siswa-Siswa lain di Kantin, setelah memesan makanan dan minuman untukku di siang hari ini. Mereka kelihatan seneng banget, aku makan sendiri aja deh, tapi duduk dimana ya, kenapa semuanya jadi berkelompok gini.
“SARAH!!!” Aku mendengar suara teriakan Laki-Laki memanggil namaku. Aku pun menyapu penglihatanku ke sekeliling area Kantin dan melihat Siswa Laki-Laki melambaikan tangannya kearahku. Eh itu Kak Edgar. Edgar memanggilku dan memberikan isyarat untuk gabung bersamanya dan teman-temannya.
Aku berjalan mendekati mejanya dan duduk di depan Edgar. “Halo Kak.” Ucapku kepada Edgar. “Halo, sendirian aja Sar, temen-temen kamu mana?” Tanyanya. “Hmm tadi mereka duluan Kak, jadi aku ditinggalin tadi, karena emang ada kerjaan yang belum selesai di kelas.” Ucapku beralasan.
Tiba-tiba datang seniorku, yang sangat galak saat masa orientasiku dan orang yang aku tabrak hari ini di toilet waktu itu. Aduh kenapa dia lagi, jangan lihat aku please. Dia duduk di sebelah Edgar dan melihatku yang terlihat sangat takut. “Eh Kak Indra.” Ucapku gugup. “Hmm.” Kenapa dia harus selalu galak sih.
“Lo kenal Sarah juga Ndra?” Tanya Edgar yang terlihat kaget. “Kenal.” Ucap Indra singkat. Hmm. “Kamu gak makan Sar?” Tanya Edgar kearahku. “Makan kok Kak Edgar, bentar lagi juga mungkin udah datang.” Ucapku. Tidak lama kemudian bakso yang aku pesan pun datang. “Kak makan dulu ya, hmm Kak Indra makan dulu.” Ucapku melihat Indra dengan sedikit takut. “Hmm.” Hmm.
“Kak Edgar gak makan?” Tanyaku ke Edgar. “Udah Sar, udah dua piring malah haha.” Ucap Edgar dengan tertawa. Kalo udah makan terus kenapa jadi natapin aku gitu, ini juga kakak galak jadi ikut ngelihatin. “Ndra, kamu udah makan?” Ucap Adel yang tiba-tiba datang dan langsung menggandeng tangan Indra seperti biasanya, tetapi seperti biasanya juga Indra menatap Adel dengan tajam sehingga membuat gadis mungil berambut pendek itu melepaskan tangannya kembali.
“Uhukk.” Tiba-tiba aku batuk karena sedikit tersedak dengan bakso yang aku makan. Aduh minumanku mana kok belum datang. “Kenapa Sar? Aku beliin minuman ya.” Ucap Edgar yang sudah mau berangkat dari tempat duduknya. “Eh gak usah Kak Edgar tadi ud…” …ah pesen, eh ini si galak ngasih minumannya.
“Minum.” Ucap Indra. “Makasih Kak.” Aku langsung meminum minuman Indra yang diberikannya untukku. Edgar dan Adel sama-sama melihat Indra heran, sedangkan Indra sendiri terlihat seperti tidak terjadi apa-apa. “Sar boleh minta nomor handphone kamu?” Ucap Edgar memecah situasi canggung yang terjadi. “Ohh boleh Kak.” Ucapku “Nomornya kos…” Lanjutku terpotong. “Ketikin langsung di handphone aku aja Sar.” Ucap Edgar memotong perkataanku. “Oke Kak.” Aku mengetik nomorku di handphonenya. “Makasih ya.” Ucap Edgar dengan tersenyum. “Sama-sama Kak.”
“Ya udah aku balik dulu ke Kelas ya Sar, Ndra lo mau ikut balik juga gak?” Ucap Edgar melihat kearah Indra yang masih melihat kearahku. “Duluan aja.” Ucap Indra singkat. “Okee ya udah Sar duluan ya.” Ucap Edgar melambaikan tangannya kearahku. “Iya Kak.” Ucapku. “Gar tunggu gua ikut.” Ucap Adel yang langsung pergi meninggalkan aku dan Indra berdua.
Suasana jadi serem gini sih. “Ehmm Kak Indra udah makan?” Tanyaku memecah keheningan yang terjadi. “Udah.” Ucapnya singkat. Ngomong apalagi ya aduh, ini kenapa si galak gak banyak omong sih. “Tadi kenapa nangis?” Tanyanya yang membuatku sedikit kaget.
“Ha?” Ucapku kaget. “Tadi kenapa nangis?” Tanyanya lagi menatapku lekat. “Gak pa-pa Kak.” Aku menarik senyumku dengan terpaksa. “Jangan sok kuat kalo gak kuat.” Ucapnya lagi. “Beneran gak pa-pa Kak.” Ucapku menunduk. Dan entah ada angin apa aku merasakan ada tangan yang mengusap kepalaku. Perasaan ini lagi. Aku mengangkat kepalaku, melihat sosok didepanku dengan tangan kanannya mengusap kepalaku lembut yang membuat kristal air mata yang aku tahan dari tadi jatuh membasahi pipiku. Terima kasih.
Saat jam istirahat sudah selesai, aku masuk ke dalam Kelas dan duduk di bangkuku di sebelah Sabrina. “Kamu tadi kemana? Kenapa gak ikut makan bareng kita? Kamu udah makan kan?” Tanya Dave yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku. “Udah Dave, tadi aku gak lihat kalian karena rame jadi aku makan sendiri.” Ucapku berbohong.
Aku gak mau ganggu kamu Dave. “Iya Sar kenapa tadi gak ikut bareng, padahal kita nungguin loh, iya kan Dave?” Ucap Sabrina yang tiba-tiba memotong pembicaraan kami “Iya Sabrina, maaf ya tadi jadi gak bisa ikut gabung.” Ucapku. “Iya gak pa-pa bisa la...” Ucap Sabrina terpotong.
“Ikut aku.” Dave menarik tanganku dengan paksa. “Dave kita mau kemana?” Tanyaku yang tidak dijawab oleh Dave dan masih menarikku mengikuti langkahnya. “Dave.” Panggilku pelan. Dia mendorong tubuhku ke dinding di dalam lorong sekolah yang sepi, dia mengunci rapat tubuhku dengan pergelangan tangannya di kedua sisi tubuhku.
Bau tubuhnya...aku suka. Wajahnya mendekatiku yang memperlihatkan dengan jelas matanya yang biru, aku dapat merasakan deru napasnya di wajahku, aku meletakkan kedua telapak tanganku pada dada bidang dibalik seragam sekolahnya itu bukan untuk membuatnya jauh tetapi untuk membuatnya lebih dekat kepadaku.
Dave. Dan…kehangatan bibirnya kurasakan pada detik itu, dia menggigit lembut bibir bawahku. “Dave…” Kutundukkan kepalaku membuat ciuman itu terlepas. “Jangan cemburu, kamu tahu hanya kamu yang ada disini kan?” Dia menggenggam tanganku yang berada di dadanya. “Tetapi aku tidak pernah tahu, kamu tidak pernah mengatakan apapun kepadaku.” Ucapku tertunduk.
“Bodoh.” Dia mengucapkan itu dalam kecupannya di keningku. “Apa kamu tidak merasakannya, apa harus aku katakan supaya kamu menyadarinya.” Lanjutnya. “Aku.” Ucapku. “Sarah Gibran apakah kau mau menjadi pacarku?”
BERSAMBUNG.
Tetap semangat mengikuti ceritanya ya teman-teman.
Mohon dibantu love, like & komennya, terima kasih atas suppotnya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
wihhhhh Dave gercep langsung main nyosor 🤣
2021-05-24
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
wih langsung nyosor aja tuh dave🤣🤣🤣
2021-03-28
1
B~R
dari temen jadi demen 😍 kebiasaan 😂
2021-02-12
0