Ha? Kenapa dia kadang-kadang bersikap baik, kadang-kadang bersikap galak seperti ini. “Dari siapa?” Tanya dave yang ternyata sudah ada di depanku. “Eh Dave, dari Kak Indra.” Jawabku. “Oh kenapa dia telpon?” Tanya Dave lagi. “Ha? hmm kurang tahu Dave, dia telpon terus dimatiin sendiri juga.” Jawabku jujur. “Saingan aku ternyata banyak juga ya.” Ucap Dave yang membuatku bingung.
“Saingan? Maksudnya?” Tanyaku. “Gak ada, ini susu hangatnya, minum dulu ya.” Ucap Dave dan memberikanku satu gelas susu hangat di tangannya. “Makasih Dave.” Aku tersenyum menerima susu hangat yang diberikan oleh Dave. “Aku lihat kakinya ya.” Ucap dave sudah menunduk di depanku. “Iya, pelan-pelan ya.” Ucapku yang di jawab anggukan oleh Dave.
Dave membuka sepatu pada kaki kananku dengan sangat hati-hati. “Gimana Dave? Parah ya?” Tanyaku ke Dave takut. “Lumayan kayaknya butuh di amputasi ini.” Ucap Dave mengejekku. “Dave!” Aku memukul pundaknya. “Hahaha bercanda gak pa-pa, ini agak bengkak sedikit, besok nanti udah mendingan kok, aku urut bentar ya.” Ucapnya. “Iya.”
Dave mengambil minyak urut yang dibawanya tadi, dan mulai mengoleskannya ke kakiku, aku memperhatikannya mengurut kakiku dengan sangat perlahan itu agar tidak membuatku sakit, aku memperhatikan wajah tampannya dengan senyum-senyum sendiri. Kenapa kamu bisa setampan ini Dave.
“Jangan sering dilihatin nanti tambah suka.” Ucapnya yang sadar bahwa aku melihatnya. “Eh.” Aku langsung mengalihkan pandanganku kearah lain dengan wajah yang masih merona merah. “Udah.” Ucapnya setelah selesai mengurut kakiku dan mengikat tali sepatuku. “Udah? Aku coba berdiri ya.” Aku mencoba untuk berdiri dengan dibantu oleh Dave. “Gimana masih sakit?” Tanya Dave saat aku sudah berdiri. “Hmmm gak terlalu Dave, udah agak lumayan daripada tadi.” Jawabku menggerak-gerakkan sedikit kakiku. “Tapi kamu tetep gak boleh terlalu banyak gerak ya.” Peringatan Dave kepadaku. “Iya.”
“DAAVEE!! AYO IKUTAN MANDI.” Teman-teman Dave berteriak memanggil Dave untuk mengajaknya ikut bersama mereka mencoba air terjun yang terlihat sejuk didepan kami. “OKEE TUNGGU BENTAR!” Teriak Dave balik kepada teman-temannya. “Aku mau ikut Dave.” Ucapku kepadanya dengan wajah memelas. “Gak boleh.” Ucap Dave tegas. “Kenapa?” Tanyaku. “Kakimu masih sakit kalau cuma main-main air dikit aja boleh lah.” Ucapnya lagi memperingatiku.
“Hmmm gak seru lah.” Ucapku menunduk ngambek. “Hey.” Dia menarik daguku untuk melihat kearahnya. “Nanti kalau kakimu udah gak kenapa-kenapa kita kesini lagi, kamu mandi sepuasnya juga gak pa-pa, jangan ngambek ya.” Ucapnya membujukku. “Iya.” Kenapa saat bersama Dave aku menjadi seperti anak kecil begini.
“Aku anterin kamu kesana biar bisa bareng Intan ya, dia pacarnya Doni, dia gak ikutan mandi juga kok.” Ucap Dave kepadaku menunjuk kearah temannya. “Iya.” Dave pun membantuku berjalan kearah temannya Intan yang sedang menyiapkan makan siang untuk kami dan teman-teman yang lainnya.
“Halo Ntan.” Panggil Dave ke Intan. “Halo Dave, halo Sarah.” Ucap Intan menyapaku dan Dave. “Halo Ntan.” Ucapku membalas sapaannya dengan senyuman. “Ntan gua nitip Sarah ya.” Ucap Dave dengan mengusap kepalaku dengan gemas. “Dave emang aku apaan pake acara dititipin segala.” Ucapku memindahkan tangannya dari kepalaku. “Kamukan sering nakal, jadi harus diawasin.” Ucap Dave mengejekku dan menarik hidungku. “Udah sana.” Aku mendorongnya untuk pergi berkumpul dengan teman-temannya.
Dia tertawa meninggalkan aku dan Intan dan berkumpul dengan teman-temannya, dimana sebelumnya dia melepaskan semua pakaiannya kecuali celana panjang yang digunakannya yang berhasil membuat wajahku memerah melihat tubuh atletisnya. Badan Dave bisa sekeren itu aku baru menyadarinya.
Aku melihat kearah Intan yang sedari tadi tertawa melihat tingkahku dan Dave yang memang seperti anak kecil. “Sorry ya Ntan, Dave emang gitu.” Ucapku ke Intan. “Hahaha gak pa-pa Sar, aku juga baru pertama kali melihat tingkah Dave seperti itu.” Ucap Intan kepadaku. “Maksudnya?” Tanyaku.
“Iya, semenjak aku bertemu dengannya, dia tidak pernah bertingkah seperti itu, hanya saat ada kamu aja dia jadi beda gitu, dan juga dia tidak pernah membawa satu wanitapun untuk ikut ke komunitas ini, kamu wanita pertama
yang dibawa Dave.” Penjelasan Intan kepadaku. “Oh iya kalian sudah kenal sejak lama?” Tanyaku.
“Oh enggak juga, Dave masuk ke komunitas kami mungkin sekitaran tiga atau empat bulan yang lalu, katanya dia baru pindah lagi kesini yang sebelumnya dia tinggal di Australia bersama orang tuanya, di Australia dia bilang dia memang sering pergi ke tempat-tempat seperti ini katanya disana juga dia ada ikut komunitas penjelajah gitu.” Setelah aku pikir-pikir memang aku tidak pernah diceritakan Dave soal kepindahannya kesini.
“Kamu udah kenal Dave sejak lama Sar?” Tanya Intan kepadaku. “Hmmm gimana ya kalo dibilang lama enggak juga, kalo dibilang baru enggak juga.” Jawabku ragu-ragu. “Maksudnya?” Tanya Intan penasaran. “Iya aku kenal pertama kali dengan Dave waktu kami masih duduk di sekolah dasar, tetapi setelah itu dia pindah ke Australia bersama orang tuanya, dan entah mengapa tiba-tiba kami jadi satu sekolah sekarang.” Jawabku.
“Mungkin itu yang namanya jodoh Sar.” Ucap Intan yang membuatku terkejut. “Ha?” Ucapan Intan membuatku menjadi berpikir apakah memang pertemuanku kembali dengan Dave sekarang memang sudah jodoh. “Dave orangnya baik kok Sar, dia sering ceritain tentang kamu juga beberapa belakangan ini.” Ucap Intan seperti meyakinkanku. “Hmm pasti dia cerita yang bukan-bukan ya?” Ucapku sambil melihat kearah Dave yang sedang asik bermain bersama teman-temannya.
“Enggaklah dia selalu cerita kalau dia benar-benar sudah jatuh hati sama kamu, kamu adalah salah satu sumber kehidupan untuk dia sekarang.” Ucap Intan mengulang kata-kata Dave kepadanya. “Ha? serius dia ngomong gitu.” Dan dijawab anggukan pasti oleh Intan. “Dia bener-bener jatuh hati sama kamu Sar.” Dave.
“Ngomong-ngomong kita baru kenal udah akrab gini ya Ntan.” Ucapku tersenyum ke Intan. “Iya aku seneng juga ada cewek yang bisa ikut gabung ke komunitas ini, karena sebelumnya memang cuma aku sendiri cewek yang ikut komunitas ini, mudah-mudahan kita bisa selalu akrab ya.” Ucap Intan kepadaku. “Iya Ntan pasti, oh iya ada yang bisa aku bantuin gak?” Tanyaku. “Hmm apa ya paling beres-beresin tempat makannya sama buatin air panas bisa Sar?” Tanya Intan kepadaku. “Bisa.” Setelah itu aku pun membantu Intan untuk menyiapkan makan siang untuk kami semua.
“Akhirnya beres juga ya Ntan.” Ucapku melihat semua persiapan untuk makan siang kami sudah selesai. “Iya Sar, kamu bisa panggilin mereka semua Sar biar makan dulu.” Ucap Intan kepadaku. “Oke.” Ucapku mantap. “Hati-hati ya Sar, agak licin soalnya batu-batu pijakan disini.” Ucap Intan memperingatiku. “Iya Ntan.” Aku pergi mendekati Dave dan rombongannya.
“DAVEE MAKAN SIANGNYA UDAH SIAP.” Teriakku. “OKEE.” Teriak Dave balik. Teman-teman Dave balik lagi ke tempat makan siang yang sudah aku dan Intan siapkan, sementara Dave masih sibuk mandi dibawah air terjun yang dingin tersebut. Itu anak kenapa masih mandi aja, aku samperin aja apa ya. Aku berjalan perlahan mendekati Dave sehingga membuat bajuku ikut basah saat mendekatinya. Untung aku bawa baju ganti.
“Dave kamu gak ikutan makan.” Dia tidak menjawabku, sehingga membuatku mendekatinya lebih dekat lagi. “Dave.” Saat aku mendekatinya lebih dekat, memijakkan kakiku ke atas batu tempat Dave berdiri kakiku tergelincir jatuh dan membuat tubuhku jatuh ke tubuh Dave yang membuat dia reflek memelukku. “Sarah hati-hati.” Ucap Dave. “Maaf, habisnya kamu dipanggilin gak kedengeran.” Ucapku kepada Dave.“Maaf soalnya suara air terjunnya juga gede banget jadi gak kedengeran maaf ya.” Dia melihatku dan memmindahkan rambut yang ada di pipiku ke belakang telingaku. Jantungku jadi berdegup kencang gini. “Sar kamu cantik sekali.” Ucap Dave. “Dave.”
Bibir Dave mendekati ke bibirku, membuat bibir dan pikiran kami menjadi satu, tanganku yang sebelumnya berada pada dada bidangnya berpindah ke belakang lehernya, begitupun tangan Dave yang semakin erat memeluk pinggangku agar dapat lebih mengikis jarak diantara kami. “Dave." Ucapku malu. “Sarah.” Ucap Dave.
Hanya kata-kata itu lah yang terucap dari mulut kami tidak ada lagi kata-kata lain yang berani keluar dari mulut kami sampai kami menyudahi pertemuan diantara bibir kami yang terjadi selama beberapa menit itu dengan napas yang menderu dan senyuman yang terlukis di wajah kami berdua. “Dave kita makan dulu yuk, nanti kamu masuk angin”
Aku menundukkan kepalaku tidak berani menatap wajahnya dengan pipi yang merah merona hanya berani memainkan jariku pada dadanya yang bidang, Dave hanya tersenyum melihatku dan mengelus lembut pipiku yang merah itu. "Iya."
Setelah sampai dengan sore hari kami bermain di tempat wisata di Puncak Bogor itu, kami pun memutuskan balik sekitar jam lima sore harinya, untungnya kakiku tidak sesakit sebelumnya sehingga aku tidak membutuhkan Dave untuk menggendongku sampai ke tempat penitipan kendaraan kami.
Setelah sampai di Jakarta pun aku yang diboncengi Dave dengan sepeda motor sportnya berpisah dengan teman temannya. “Intan makasih ya buat hari ini ya, selalu kasih kabar ya.” Ucapku kepada Intan. “Iya Sar kalo ada waktu ikut terus kegiatan kita ya.” Ucap Intan balik kepadaku. "Siapp!.” Ucapku tersenyum. "Aku balik dulu kalo gitu ya, balik dulu Dave." Ucap Intan sambil melambaikan tangannya. "Bro balik dulu ya." Ucap Doni yang memboncengi Intan. "Oke Bro hati-hati." Ucap Dave.
Kami pun berpisah dengan mereka semua. “Kamu mau makan dulu?” Ucap Dave yang memboncengiku diatas motonya di jalanan Jakarta. “Hmm gak usah deh balik aja, kamu juga pasti kecapekan, besokkan kita udah masuk sekolah juga.” Ucapku. “Oke.” Dave pun melajukan motornya ke jalanan rumahku dan aku memeluk pinggangnya dengan sangat erat tidak lupa menebarkan senyuman bahagia yang sedari tadi keluar dengan sendirinya.
“Aku anterin sampe rumah ya.” Ucapnya. “Eh gak usah, disini aja.” Aku yang sedikit panik membuat Dave menghentikan motornya di gang jalan rumahku. “Kenapa, aku sekalian mau ketemu sama orang tua kamu.” Ucap Dave sedikit memaksa. “Nanti aja lain kali ya.” Aku langsung buru-buru turun dari motonya. “Hmm oke gak pa-pa.” Dia pun membuka helm dikepalaku, setelah itu dia membuka helm dikepalanya juga. “Makasih ya buat hari ini ya Dave.” Ucapku dajwab senyuman dengannya.
“Hmm Dave.” Aku memanggilnya dengan wajah tertunduk malu. “Iya kenapa Sarah?” Tanya Dave. “Soal pernyataan cinta kamu waktu itu, aku, aku mau jadi pacar kamu.” Ucapku menunduk malu. “Ha? Serius?” Tanya Dave terlihat senang. “Iya.” Terlihat sekali dari ekspresi wajah Dave bahwa dia sangat terlihat bahagia dengan jawaban dari pertanyaan yang ditunggu-tunggu olehnya itu.
Dia menggenggam tanganku dan memberikan ciuman bertubi-tubi pada punggung tanganku. “Makasih ya, aku janji akan selalu membahagiakan kamu.” Ucapnya yang terdengar tulus di telingaku. “Iya Dave, ya udah kamu balik dulu ya udah mau malem, langsung istirahat ya, kabarin aku kalo udah sampe rumah ya.” Ucapku memegang pipi Dave.
“Iya, sekali lagi makasih ya.” Dia mengecup sekali pipiku yang membuat pipiku lagi-lagi merona kemerahan. “Aku balik dulu ya.” Lanjutnya lagi. “Iya hati-hati.” Ucapku. “Dave pun melajukan motornya meninggalkanku dengan perasaan berbunga-bunga. Terima Kasih Dave.
BERSAMBUNG.
Mohon vote, love, like dan komentarnya readers, terus ikuti kisahku ya.
Terima kasih supportnya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
trus gimana nasib Indra sma Edgar 🤔🤔
2021-05-27
1
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
🥰🥰🥰
2021-03-30
0
B~R
akhirnya di terima jadian dech,,,semangat up ya thorr ☺️
2021-02-12
0