Apakah kamu bisa membedakan antara rasa cinta dan rasa kagum ?
Di depan sekolah disaat semua siswa sekolah berhamburan yang membuat sesak jalanan yang dipenuhi oleh kendaraan pribadi semua siswa dari sekolah itu, aku masih berdiri sendiri mematung dengan pikiran yang melayang ke peristiwa setelah jam istirahat di lorong sepi itu.
Flashback.
“Sarah Gibran apakah kamu mau menjadi pacarku?” Tanya Dave yang membuatku terkejut dengan pertanyaannya. “Ha.” Ucapku tidak tahu mau berkata apa-apa lagi. “Apakah kamu mau menjadi pacarku?” Tanyanya lagi menatapku lebih serius menunggu jawabanku, sedangkan aku sendiri belum tahu akan menjawab apa.
“Hmm aku…aku belum yakin dengan perasaanku Dave, maaf.” Ucapku tertunduk. “Kamu tidak perlu menjawabnya sekarang.” Dia mengecup keningku lagi. “Aku hanya ingin kamu tahu cuma kamu yang ada di hatiku, jadi jangan sedih lagi.” Lanjutnya. “I..iya”
Flashback off.
Kenapa aku tidak langsung mengatakan iya, dasar bodoh, tetapi… "Lagi nungguin siapa Sar?” Aku mendengar suara seorang Laki-Laki yang berada dalam sebuah mobil mewah berwarna hitam, yang tiba-tiba sudah berhenti di depanku. “Ehh Kak Edgar gak nungguin siapa-siapa Kak, ini mau pulang lagi nungguin angkot.” Ucapku dengan sedikit menunduk, melihat ke dalam mobil tersebut.
“Bareng aja yuk.” Ucapnya mengajakku balik bersamanya. “Gak usah Kak, aku naik angkot aja, lagian Rumahku agak jauh kasihan Kak Edgar nanti muternya jauh.” Ucapku menolak. “Udah gak pa-pa, aku juga gak ada urusan yang lain lagi kok, ayo naik.” Edgar membuka pintu depan penumpang mobilnya, aku pun mau tidak mau langsung naik ke mobilnya.
Di dalam mobil Edgar, kami hanya diam membisu dimana suara musik dari radio Edgarlah yang memecahkan keheningan diantara kami.
“…Jadikanlah aku pacarmu.
Kan kubingkai selalu indahmu
Jadikanlah aku pacarmu
Iringilah kisahku…”
Kenapa lagu yang diputerin lagu ini. “Kakak suka Sheila On 7 Kak?” Tanyaku yang akhirnya memecah keheningan kami, saat mobil Edgar sudah berjalan di jalanan Jakarta. “Iya Sar, kamu suka juga?” Jawabnya dengan pandangan masih lurus ke depan menghadap jalanan Jakarta yang mulai terlihat ramai karena banyaknya anak Sekolah yang pulang di jam-jam seperti ini.
“Lumayan Kak, eh Ini orang tuanya Kak Edgar?” Tanyaku. Edgar yang tadi melihat ke jalan didepannya, melirik kearah foto yang sudah aku tunjuk yang ada pada gantungan moilnya. “Iya itu orang tuaku Sar.” Ucapnya lagi melihat sekilas kearah foto yang aku tunjuk dan menatap kembali matanya kearah jalan. Kayak gak asing ya.
“Eh bentar, aku kayaknya pernah lihat Ayahnya Kak Edgar tapi dimana ya?” Tanyaku dengan sedikit berpikir. “INI KAN PAK WIJAYA KAN? JADI KAK EDGAR ANAKNYA PAK WIJAYA?” Lanjutku dengan sedikit berteriak. “Haha iya Sar, udah jangan kaget gitu dong.” Ucap Edgar disertai tawanya karena melihat ekspresi terkejutku.
Pak Wijaya adalah seorang pengusaha dari perusahaan kontraktor yang terkenal di kota ini yaitu WIJAYA GROUP, hampir di setiap bangunan, jalan ataupun konstruksi lainnya menggunakan jasa dari WIJAYA GROUP dan Pak Wijaya sendiri sempat dinobatkan sebagai orang terkaya nomor tiga di negeri ini.
“Aduh maaf ya Kak, aku gak tahu kalo Kak Edgar anaknya Pak Wijaya, kalo tahu gitu aku gak mau ikut tadi takut nanti malah buat malu Kak Edgar.” Ucapku salah tingkah. Tanganku tidak sengaja berada di bagian paha Edgar mendekati bagian inti ditengah celana abu-abunya itu yang membuatnya sedikit tersentak.
“Maaf Kak.” Aku langsung menarik tanganku dengan cepat. Sarah kondisikan tanganmu. “Maaf ya kak.” Lanjutku. “Gak pa-pa.” Ucap Edgar singkat tanpa bia aku tebak ekspresi dari wajahnya. Suasana menjadi canggung dan hening setelah ketidaksopanan tanganku.
Aku jadi gak enak gini, gak berani ngomong lagi. “Disini ya Sar rumahnya?” Tanya Edgar yang tidak kusadari ternyata kami sudah sampai di depan Gang Jalan Rumahku.“I-iya Kak.” Ucapku terbata-bata. Mobil Edgar pun berhenti di depan Gang Jalan tersebut.
“Terima kasih ya Kak Edgar, maaf jadi ngerepotin.” Ucapku sambil membuka pintu mobil dan ingin cepat-cepat keluar dari mobil tersebut untuk menghindari kebodohan yang aku lakukan tadi. “Sar..” Panggil Kak Edgar sewaktu aku mau turun dari mobil. “Iyaa kak ada apa?” Tanyaku dengan wajah yang sedikit cemas karena takut Edgar akan membahas masalah tanganku tadi. “Hmm gak apa-apa nanti aja, ya udah aku balik dulu ya.” Ucapnya lagi setelah terlihat memikirkan sesuatu. “Oh iya kak, sekali lagi terima kasih ya Kak, hati-hati di jalan.” Ucapku dan langsung menutup pintu mobilnya. Setelah itu Edgar pun melajukan mobilnya kembali Mudah-mudahan aku gak buat Kak Edgar ilfeel.
Keesokan harinya di sekolah, aku masuk ke kelasku munuju tempat dudukku, tetapi ternyata sudah ditempati teman kelasku yang lain yaitu Vina. “Vin maaf kok kamu duduk disini?.” Tanyaku kearah Vina. “Eh hmm ma…maaf Sarah, tetapi hmmm.” Vina terlihat takut melirik ke sebelah kanannya, dimana Sabrina sedang sibuk memoles wajahnya. “Eh Sarah maaf ya, aku mau duduk sama Vina aja, kamu duduk di pojokkan sana aja ya.” Ucap Sabrina sambil menunjuk bangu yang berada di pojokan kelas yang dua-dua kursinya kosong.
“Oh iya gak pa-pa Sabrina.” Ucapku dan tidak mau mencari masalah di pagi hari ini. Kenapa jadi harus aku yang pindah sih. Dave masuk ke Kelas yag disambut pandangan penuh nafsu dari Sabrina. “PAGI DAVE.” Ucap Sabrina bersemangat yang bisa terdengar hampir ke seluruh Kelas. Dave? jangan lihat aku jangan kesini.
“Pagi, Vin kok kamu disini, Sarah dimana?” Tanya Dave tanpa melihat kearah Sabrina. Vina dengan takut menunjuk kearah tempat dudukku yang berada paling pojok. “Gimana kabar kamu pagi ini Dave?” Tanya Sabrina. Dave langsung mengambil tasnya menuju kearahku dan duduk disebelahku tanpa menghiraukan Sabrina. Jangan kesini.
“Pagi.” Dia mengusap kepalaku lagi. “Pa-pagi." Ucapku gugup, aku belum berani untuk melihat kearah Dave, karena aku belum siap memberikan jawaban atas pertanyaannya kemarin di Lorong Sekolah. “Aku duduk disini ya.” Ucapnya lagi “Iya.”
“Sar.” Panggilnya yang aku tahu dia pasti merasakan keanehan sikapku pagi ini. “Iya?” Jawabku yang memberanikan diriku harus melihat kearahnya. “Soal kemarin, gak usah dipikirin ya, aku gak mau hubungan kita jadi renggang gara-gara kejadian kemarin. aku bakal nunggu jawaban kamu sampai kapanpun, jadi jangan terlalu dipikirin ya.” Ucapnya yang entah mengapa membuatku sedikit lega dan sedikit bersalah. “I-iya Dave.” Maafkan aku Dave.
Tiba-tiba handphoneku berbunyi yang menandakan adanya pesan yang masuk. “Pagi Sarah, semangat belajarnya hari ini ya :). Edgar.” Tampilan layar sms yang ada di handphoneku yang membuatku tersenyum.
BERSAMBUNG.
Referensi lagu Sheila On 7 – Jadikan Aku Pacarmu.
Tetap Support Author yaa, Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
bang Sp oey ini ceritanya Sarah suka sma siapa 🤔🤔
2021-05-25
0
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
jdi inget msa SMA jdinya bang😅😅😅
2021-03-28
1
B~R
Dave,Edgar,atau Indra kah yg d.hati Sarah jdi mau tiga"ya 🤣
2021-02-12
0