Berhati-hatilah tidak semua yang baik itu putih dan yang jahat itu hitam.
Waktu sudah menunjukkan jam dua belas lewat tiga puluh menit, dan selama tiga puluh menit itu juga Dave belum menunjukkan batang hidungnya yang menandakan bahwa dia telah selesai melakukan hukuman keduanya di hari pertama orientasi ini. Apa kabar Dave ya?
Aku duduk sendiri di pojok ruangan Auditorium, menunggu Edgar mengambilkan makan siang untukku, dikarenakan para junior yang lain sudah menyelesaikan makan siang mereka, tetapi pandangan dan pikiranku masihlah berada di lapangan tertinggal bersama Dave yang mungkin sudah lelah karena hukuman yang dilaksanakannya saat matahari yang sedang tampak marah. Kenapa hatiku gelisah ya, apa aku susul aja Dave ke Lapangan.
“Lagi mikirin apa?” Tanya Edgar. “Ha? E...enggak kok Kak, gak lagi mikirin apa-apa.” Aku kaget karena melihat Edgar yang sudah berada di depanku. “Ini makan siangnya, makan dulu.” Edgar menyerahkan satu buah nasi kotak kearahku. “Iya Kak, makasih ya.” Aku mengambil kotak makan tersebut, dan masih merasa canggung karena Edgar duduk di sebelahku dan membuka nasi kotak ditangannya. Kok dia masih duduk disini, jangan bilang dia mau makan disini juga.
“Kenapa? Gak suka aku duduk disini?” Ucap Edgar karena tahu aku memperhatikannya dan belum mau membuka nasi kotakku. “Bukan Kak, bukan itu, cuma…” Aku menyapu ke sekeliling ruangan dengan mataku. “Kenapa semua orang melihat kearah kita?” Lanjutku. “Hahaha, kenapa kamu gak nyaman?” Ucapnya dengan tertawa. “Sedikit sih.” Ucapku. “Cewek secantik kamu wajar jadi pusat perhatian.” Ucap Edgar yang berhasil membuat wajahku memerah.
Aku mulai menikmati makan siang nasi kotak yang diberikan oleh Edgar tadi, begitupun Edgar dan selama aku menyuapi sendok per sendok nasi yang ada di dalam kotak tersebut ke mulutku selama itu juga aku merasa dia mencuri pandang kearahku. “Gar ini pembagian kelas untuk diumumin nanti.” Seniorku yang lain datang sambil menepuk pundak Edgar saat kami sedang makan. “Ohh oke makasih ya Za.” Edgar mengambil kertas yang diberikan oleh temannya itu. “hmm inceran baru Gar.” Ucap teman Edgar yang melirik kearahku. “Eh bukan huss, udah sana urusin buat sound systemnya dulu.” Ucap Edgar mengusir temannya dari kami dengan tangannya. “Beda mah kalo Ketua Panitia hahah.” Temannya itu pun berlalu pergi meninggalkan kami dengan masih menyisakan suara tawanya.
Pantes Ketua Panitianya ternyata, karena itu kenapa yang lain pada heran melihat kesini. “Maaf ya, si Reza emang sering jahil.” Ucap Edgar kearahku. “Iya gak pa-pa Kak, Kak Edgar Ketua Panitianya Kak?” Tanyaku “Iya.” Jawabnya singkat. “Ohh aku kira tadi Kak Indra ketuanya, soalnya waktu kata sambutan awal yang ngasih sambutannya Kak Indra.” Ucapku. “Iya tadi aku datang terlambat, soalnya bantuin anak konsumsi ngambilin makanan dulu di Rumah Makan seberang sana.” Ucap Edgar. “Ehh!” Ucapku panik. Aduh kenapa minumnya pake acara tumpah lagi.
Aku tidak sengaja menumpahkan minumanku di seragamku, saat sedang ingin meminumnya waktu berbicara dengan Edgar. “Kenapa Sar? Kok bisa tumpah gitu minumnya, tunggu bentar ya aku ambil tissue dulu.” Edgar langsung pergi meninggalkanku. Aku buka kancing satu gak pa-pa kali ya. Aku membersihkan air yang tumpah pada bajuku dimana membuat seragamku menjadi transparan. Braku ikut basah juga aduh.
“Ini Sar.” Ucap Edgar sambil memberikan tissue kepadaku. “Eh Kak, makasih ya.” Ucapku mengambil tissue yang diberikan Edgar, tanpa melihat kearahnya. Aku melanjutkan membersihkan bagian dadaku yang tertumpah air tersebut dimana semakin memperlihatkan lekukan gunung kembarku. “Ehemm” Aku mengangkat kepalaku langsung melihat Edgar yang sedang menelan salivanya. “Eh kak maaf.” Ucapku panik. Dia melihat braku gak ya?
Edgar yang menyadari aku memperhatikan celananya, menaikkan kaki kanannya berusaha menutupi tonjolan pada celananya, aku pun cepat-cepat mengancingkan kembali bajuku. “Ehem udah bersih Sar?” Tanyanya mengalihkan perhatian. “Udah Kak, makasih ya Kak tissuenya.” Dia tersenyum yang membuatku bertanya arti senyumannya. “Habisin makannya Sar, sebentar lagi ada pembagian Kelas untuk kalian.” Ucapnya sambil melanjutkan makan siangnya. “Iya Kak.” Setelah itu aku dan Edgar menghabiskan makan siang kami dalam keheningan tanpa ada obrolan apa-apa lagi.
Dave! Saat aku selesai menghabiskan makan siangku, aku melihat sosok Dave sudah masuk kembali ke ruangan Auditorium. “Kak permisi dulu ya.” Aku berjalan cepat mendekati Dave, meninggalkan Edgar yang terlihat heran dari tempat duduknya. “Dave!” Panggilku kearah Dave “Hey kamu udah makan?” Tanya Dave dengan wajah dan seragam yang basah karena keringatnya. Kenapa kamu malah nanyain aku.
“Ka.” Ucapku tepotong oleh Edgar. “Ayo langsung cepat duduk ini sudah jam satu, kita mau mulai lagi acaranya.” Suara Edgar keras memotong kata-kataku yang ternyata dia sudah ada dibelakangku, dengan tatapan tajam kearah Dave. Dave jangan cari masalah lagi please.
“Iya Kak.” Ucap Dave tanpa ada kata-kata perlawanan apa-apa dari bibirnya. Ha, beneran dia gak nyari masalahkan? Aku mendongakkan sedikit kepalaku keatas memastikan ekspresi wajah Dave, dan aku hanya melihat senyuman penurut pada wajahnya. Terlihat senyuman penuh arti dari bibir Edgar setelah mendengar kata-kata penurut dari Dave, dia melihatku sebentar dan langsung pergi menuju Podium, berkumpul dengan senior yang lainnya.
“Kamu gak makan dulu?” Tanyaku kearah Dave. Sambil menghapus keringat di kening dan pelipis matanya, dan seperti biasa dia malah sibuk mengusap pucuk kepalaku. “Aku gak laper, udah yuk kita duduk nanti keburu ditegur lagi.” Ucap Dave.
Dia menarik tanganku ke salah satu bangku yang ada dekat kami, dimana posisinya paling pinggir di sisi kiri dari susunan kursi di ruangan itu berdeketan sekali dengan posko senior yang berkumpul. “Kamu beneran gak laper Dave, kamu pasti capekkan? Aku mintain nasi kotaknya ya.” Ucapku dan langsung bangkit dari tempat dudukku. Dia menarik tanganku sehingga membuatku yang awalnya mau berdiri tidak sengaja menyenggol kursiku sendiri sehingga membuat kursi tersebut terjatuh dan memberikan perhatian semua orang kepadaku.
Aduh kena lagi. Tiba-tiba senior galak yang sebelumnya mengikatkan rambutku datang perlahan kearah kursiku. “Kamu lagi, udah gua bilangkan, gua bakal ngawasin lo.” Ucap Indra yang sudah berdiri didepanku dengan tangan yang terlipat didepan dadanya. “Maaf kak, saya tidak sengaja tadi.” Jawabku tertunduk tidak berani menatapnya. “Emangnya lo mau ngapain?” Tanyanya.
“Saya ma.” Ucapku tepotong. “Maaf kak, tadi saya tidak sengaja menarik Sarah karena dia mau mengambilkan makanan untuk saya.” Ucap Dave yang ternyata sudah berdiri dibelakangku. “Emangnya lo belum makan?” Tanya Indra kearah Dave. “Belum Kak.” Jawab Dave.
Indra melihatku kembali yang entah mengapa membuatku menjadi tambah takut dan menundukkan kepalaku kembali tidak berani melihatnya. “Lo ikut gua.” Dia gak nunjuk aku kan. “Malah bengong ayo.” Ucapnya kepadaku lagi. “I...iya Kak.” Aku langsung cepat mengikuti langkahnya dari belakang.
“Del masih ada nasi kotaknya?” Tanya Indra kepada Adel saat kami sudah berada di depan Posko Makanan. “Masih ndra, buat siapa? Emangnya kamu belum makan? Kalo belum aku suapin ya” Ucap Adel sedikit genit. “Bukan buat gua.” Ucap Indra singkat tanpa memperhatikan tingkah Adel yang menggodanya.
Adel langsung melihat kearah belakang Indra dan melihatku yang seketika merubah ekspresi di wajahnya. “Lo lagi.” Ucap Adel dengan sedikit ketus. Indra langsung mengambil nasi kotak yang diberikan Adel dan menyerahkannya kepadaku sehingga membuat tanganku tidak sengaja bersentuhan dengan tangannya.
“Ini kasih buat temen lo dan.” Ucap Indra wajahnya tiba-tiba sudah berjarak lima cm dari wajahku. Deg! Perasaan ini lagi. “Jangan berulah lagi.” Lanjutnya yang menyadarkanku dan dengan cepat aku menarik nasi kotak dari tangannya. “I...iya Kak, makasih.” Ucapku dengan gugup.
Aku langsung balik ke belakang berjalan kearah Dave. Jangan lihat belakang Sarah jangan lihat. Dan entah mengapa kepalaku bergerak dengan sendirinya kearah belakang menatap kembali laki-laki yang membuat jantungku berdegup kencang. Dia tersenyum?
Setelah pembagian Kelas yang diumumkan oleh Edgar diatas podium membuat aku sudah duduk bersama teman-teman sekelasku yang belum aku kenal disekitarku, dan untungnya ada Dave di sebelah kananku karena kami ternyata berada dalam satu Kelas dalam pembagian Kelas di SMA ini.
“Baik kalian sudah mendapatkan Kelas kalian masing-masing, selanjutnya kami akan memberikan sebuah reward kepada kalian di hari pertama ospek ini, bagi kalian yang berani untuk tampil diatas Podium ini baik sendiri atau pun berkelompok dan menunjukkan sebuah pertunjukkan yang bagus yang akan dinilai langsung oleh para senior kalian disini, kalian bebas untuk tidak mengikuti ospek untuk dua hari kedepan.”
Pengumuman yang diumumkan Edgar, membuat satu Ruangan yang dipenuhi oleh siswa-siswa baru disini menjadi riuh, tampak wajah-wajah takut dan malu dari mereka termasuk diriku. “Maju yuk.” Ucap Dave yang tiba-tiba mengagetkanku. Dave jangan mulai.
“Enggak mau kalo kamu mau kamu sendiri aja.” Ucapku menolak. “Ayoo.” Dave langsung menarikku sampai keatas Podium. Dan dengan sangat terpaksa aku mengikuti Dave yang berada di depanku. Kamu mau aku ngapain Dave hmm.
Aku menerima mic yang diberikan Dave dengan masih tertunduk karena malu, sedangkan Dave sendiri sudah membawa gitar akustik ditangannya. “Kamu mau nyuruh aku nyanyi? Aku gak bisa.” Bisikku ke telinga Dave. Aku benar-benar ingin sekali menginjak kakinya sampai hancur.
“Haha kita bawain lagu yang dulu sering kita nyanyiin waktu di rumah aku, yang sering diputerin Papaku.” Ucap Dave dengan santainya. “Ha? Lagu yang mana?” Dia pun membisikkan lagu tersebut ke telingaku. “Tapi aku gak bisa Dave.” Ucapku gugup. “Bisa, kamu pasti bisa, percaya sama aku.” Dan dia mengusap kepalaku lagi dan lagi. Aku pun langsung berbalik, berdiri ditengah podium dengan mencoba tidak memperhatikan tatapan dari semua mata diruangan ini. Tarik napas Sarah, kamu bisa pasti bisa.
“Baiklah inilah penampilan dari Sarah dan Dave dari Kelas X 3.” Suara Pembawa Acara yang merupakan Kakak Kelas kami juga. Dave sudah memulai petikan gitarnya yang terdengar samar ditelingaku karena suara teriakan dari teman-temanku. Bisa Sarah. “Ayoo Saraahh.” Teriakan teman-teman seangkatanku. Kamu bisa. “Kelas X 3 thee besttt.”
"…When the rain is blowing in your face
And the whole world is on your case
I could offer you a warm embrace
To make you feel my love..."
"...When the evening shadows and the stars appear
And there is no one there to dry your tears
Oh, I hold you for a million years
To make you feel my love..."
“Wohoooo Sarahh Davee.” Teriakan dari seluruh teman-teman seangkatanku memenuhi satu Ruangan Auditorium ini setelah penampilan kami. Aku melihat kearah Dave, dia memberikan jempolnya kearahku dan tersenyum. Terima kasih Dave.
BERSAMBUNG.
Referensi lagu Billy Joel (1997) - Make You Feel My Love
Mohon love, komen & like untuk author yaa, biar tambah semangat, terima kasih atas supportnya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Aisyah Prasutio
aqu syuka ,syuka critanya thorrr,,,,💞💞💞
2021-08-06
0
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
belum apa" udah ada yg tegang aja bang 🤣🤣
2021-05-24
0
Dhina ♑
Bagus banget ceritanya, serasa berada di dalam ceritanya. Sarah....lain kali lebih hati hati ys
2021-04-21
0