Aku berjalan sendiri balik ke Kelasku melewati Lapangan Basket yang sudah sepi dari keriuhan yang diakibatkan oleh kemenangan tim Dave. Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sosok Laki-Laki yang sedang duduk dibawah pohon besar di pinggiran Lapangan Basket. “Kak Edgar?”
“Sarah.” Panggil Edgar. “Kenapa duduk sendiri disini Kak? Temen-temen yang lainnya mana?” Tanyaku menghampirinya. Aku langsung ikut duduk di sebelahnya dibawah pohon besar yang meneduhi kami berdua. “Mereka udah balik ke Kelas Sar.” Ucap Edgar yang terlihat lelah. “Kakak gak ikut balik juga?” Tanyaku. “Enggak mau ngadem dulu disini.” Jawabnya.
“Mikirin soal pertandingan tadi Kak? Kakak hebat kok mainnya tadi, jadi gak usah sedih Kak, hanya kurang beruntung aja.” Ucapku. “Makasih ya, tapi gak kok Sar gak mikirin pertandingan tadi emang beneran mau ngadem disini dulu, capek banget soalnya.” Ucap Edgar. Tiba-tiba dia membuka baju basketnya memperlihatkan tubuh primanya dengan lekukan roti sobek pada perutnya. “Bau Kak.” Ucapku sambil menutup hidungku dengan bercanda. “Enak aja.” Kami tertawa lepas dengan candaanku itu.
“Sar.” Panggilnya, “Iya Kak.” Jawabku. “Boleh tanya sesuatu?” Tanyanya. “Iya kenapa Kak?” Ucapku melihat kearahnya. “Kamu sama Dave ada hubungan ya?” Tanyanya lagi melihat lekat kearahku. “Ha?” Kok semua orang jadi pada nanya itu sih. “Soalnya kalian kelihatan udah sangat deket banget, maaf ya pertanyaan aku jadi buat kamu gak nyaman.” Lanjutnya. “Oh gak pa-pa kok Kak, aku sama Dave juga gak pacaran kok, cuma emang kita udah deket dari dulu, karena Dave dulu temen aku waktu kecil, jadi waktu kita sama-sama sekolah disini jadi tambah makin deket.” Ucapku menjelaskan.
“Ohh baguslah kalo begitu.” Ucapnya dimana aku melihat ada sedikit senyum tipis dari bibirnya. “Pulang sekolah ada acara Sar?”Tanyanya. “Gak ada Kak, kenapa?” Ucapku. “Pergi jalan bareng aku mau?” Tanyanya lagi dimana kali ini dia menanyakannya sambil melihat kerahku. “Jalan? kemana Kak?” Tanyaku. “Hmm kemana ya, ke Ancol mau?” Ucapnya. “Ancol ya, boleh deh Kak, sama siapa aja?” Ucapku. “Berdua aja.” Jawabnya lagi dan dijawab anggukan olehku.
“Nanti aku jemput di depan Kelas kamu ya.” Ucapnya lagi. “Iya Kak.” Jawabku. “Ya udah aku mau bersih-bersih dulu, kamu langsung mau balik ke kelas?” Tanyanya. “Iya Kak.” Ucapku berdiri dari dudukku. “Aku duluan kalo gitu ya, sampai ketemu lagi nanti pulang sekolah ya.” Ucap Edgar tidak lupa memberikan senyumannya kepadaku. Kasih tahu Dave gak ya? gak usah deh.
Suara bel pulang pun sudah terdengar dan semua siswa langsung berhamburan keluar kelas untuk pulang atau melakukan aktifitas lainnya di luar sekolah. “Udah siap?" Ucap Edgar yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingku di depan pintu Kelas. “Eh Kak Edgar, udah Kak ayo berangkat.” Ucapku yang sudah membawa tas ranselku di depan Pintu Kelas. “Ada yang ketinggalan lagi gak?” Tanya Edgar. “Kayaknya gak ada Kak.” Ucapku setelah memastikan semuanya. “Ya udah yuk.”
Tanpa aku sadari teman-teman sekelasku memperhatikanku dan Edgar dengan wajah yang tidak bisa aku tebak, kecuali Dave dengan wajah marah yang masih berada di dalam Kelas. “Tasnya aku bawa sini.” Ucap Edgar yang sudah mau mengambil tas ransel yang kugunakan. “Gak usah Kak, aku bisa bawa sendiri.” Ucapku tetapi dia tidak menghiraukannya dan tetap mengambil tasku dan membawanya yang membuatku hanya bisa tersenyum dibelakang punggung tegapnya.
Di dalam mobil Edgar di Parkiran Sekolah aku baru sadar bahwa aku masih menggunakan seragam sekolah, sedangkan Edgar sudah menggunakan baju kaos berkerah warna hitam yang membentuk dada bidang dan otot tangannya. “Kak nanti kita balik dulu bisa? Soalnya aku gak bawa baju ganti, gak enak nanti disana masih pake seragam sekolah.” Ucapku. “Kalo pulang dulu takut nanti baliknya kemaleman Sar, pake baju aku aja ya biar nanti aku pake jaket aja.” Ucap Edgar yang langsung membuka bajunya dan terlihatlah jelas tubuh atletis shirtlessnya didepanku.
Bisa kulihat dengan jelas dadanya yang bidang dengan ****** kecoklatan, otot tangan yang kekar dan perut six pack dengan bulu halus yang mengarah ke benda dibalik celana abu-abunya dan tanpa sadar aku menelan salivaku sendiri. Keren banget.
Edgar menyerahkan bajunya dan mengambil jaket di belakang kursi kemudinya dan langsung memakainya. “Kamu bisa ganti bajumu dibelakang Sar.” Ucap Edgar menunjuk kearah belakang kursi penumpang. “Ha? Tapi." Ucapku ragu. “Tenang aja aku gak bakalan ngintip kok, kaca mobil ini juga gelap kalo dari luar.” Ucapnya yang meyakinkanku.
Aku pun langsung pindah ke kursi belakang dan mulai membuka satu persatu kancing seragamku. Aku melihat Edgar menatap kearah luar jendela mobil. Aku membuka dengan perlahan seragamku dan memperlihatkan bra berwarna krem yang kugunakan untuk menutupi gunung kembarku yang padat dan ranum.
Aku melirik kaca yang ada didalam mobil dimana aku tahu bahwa Edgar sedang melihat tubuh bagian atasku yang hanya ditutupi oleh bra berwarna krem itu, setelah itu dengan cepat aku langsung menggunakan baju yang dipinjamkannya dan membuatnya langsung mengalihkan matanya kembali keluar jendela. “Udah Kak ayo jalan.” Ucapku yang sudah duduk kembali di sebelah Edgar. “Ehem udah? Ayo.” Ucap Edgar, Edgar pun melajukan mobilnya menuju tempat yang kami tuju.
Setibanya kami di tempat yang kami tuju, kami sudah disambut dengan keindahan alam yang terpapar didepan kami, dimana matahari secara perlahan menyembunyikan sinarnya dalam laut biru di Pantai itu. “Indah banget ya Kak.” Ucapku mengagumi keindahan di depan mataku. “Iya.” Jawabnya.
Aku dan Edgar sedang berdiri menyandarkan tubuh kami di bagian depan mobilnya. “Kakak sering kesini?” Tanyaku ke Edgar. “Hmm lumayan Sar, biasanya kesini bareng yang lain juga, karena Papaku punya hotel di sekitaran daerah ini.” Jawabnya. “Ohh, termasuk Kak Indra juga?” Tanyaku lagi. “Hmm tumben nanya Indra, kenapa?” Ucap Edgar yang membuatku berpikir juga. Iya ya kenapa aku jadi nanya Kak Indra.
“Ehmm gak Kak soalnya penasaran kenapa Kak Indra jadi kayak penyendiri gitu.” Lanjutku beralasan. “Ohh itu, dulu.” Ucap Edgar terpotong. “Kriukk.” Eh perutku aduh. “Kamu laper?” Tanya Edgar yang sudah mau tertawa. “Maaf Kak.” Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. “Hahah emang kamu belum makan?” Tanyanya lagi. “Belum.”
“Ya udah kita makan dulu yuk, aku tahu Rumah Makan Seafood yang enak disekitar sini, yuk.” Ucap Edgar. “Ayo Kak, maaf ya Kak jadi malu.” Ucapku tersipu malu dengan kelakuanku. “Hahaha gak pa-pa, yuk.” Ucap Edgar sudah bersiap-siap masuk ke dalam mobilnya dan aku pun menyusul Edgar masuk ke dalam mobilnya.
Kami pun sudah duduk di sebuah Rumah Makan Seafood yang tidak jauh, dan makanan yang dipesan Edgar sudah tersaji di depan meja makan kami. “Kak Edgar sering makan disini juga?” Tanyaku. “Lumayan, ikan bakarnya enak kan?” Ucapnya. “Iya Kak, cumi saos padangnya juga enak.” Ucapu lagi setelah mengunyah satu potong cumi saos padang dimulutku. “Udah makan lagi.” Ucap Edgar yang dijawab anggukan olehku.
Kami berdua menikmati makanan yang ada di atas meja kami itu dengan sangat lahap, sampai semua piring diatas meja tersebut bersih tanpa sisa. “Kenyang Sar?” Tanya Edgar, setelah melihat aku yang terlihat kekenyangan dengan makanan tadi. “Hehe kenyang Kak, makasih banyak ya Kak udah sering di traktir gini.” “Santai aja.”
“Ehmm Kak, ngomong-ngomong soal Kak Indra tadi gimana Kak?” Tanyaku setelah teringat kembali dengan perkataan Edgar yang terpotong dengan suara perutku, saat kami di Pantai tadi. “Masih penasaran? Haha, kamu suka sama Indra?” Tanyanya dengan tersenyum penuh arti. “Eh enggak Kak.” Ucapku dengan menggelengkan kepalaku. Suka? Mana mungkin. “Hahah iya iya, jadi.”
BERSAMBUNG.
Penasaran dengan kisah Indra? tetap ikuti ceritanya ya readers.
Jangan lupa untuk vote, love, like dan komennya teman-teman, terima kasih supportnya!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🍾⏤͟͟͞͞★<мαу ɢєѕяєк>ꗄ➺ᶬ⃝𝔣🌺
dihhhh bang Sp jan suka nge gantung oey 🤧
2021-05-26
1
🏕V⃝🌟🍾ᚻᎥ∂ ᶢᵉˢʳᵉᵏ 💃V@X💃
bagus ceritanya jd mengenang msa SMA
2021-03-28
1
B~R
jadi kangen masa" sklh,,,
2021-02-12
0