Lemas

Peristiwa saat Mirza merenggut keperawanan Haira ternyata membuat gadis itu trauma. Haira seringkali mengigau dan sesekali menjerit histeris jika teringat waktu itu. Seakan itu adalah momok paling mengerikan yang terus menghantui Haira. 

Dadanya terasa sesak menahan rasa sakit akibat kelakuan Mirza padanya. Tak hanya dari segi fisik Mirza melukainya, namun pria itu sudah menciptakan luka batin yang akan membekas di sekujur tubuh Haira. Dan entah sampai kapan itu bisa disembuhkan. 

Waktu terus berlalu. Haira menjalani kesehariannya dengan penuh tekanan. Ia tak bisa berbuat apa-apa selain mengikuti alur hidupnya yang menyakitkan. 

Tak seperti biasanya yang dipenuhi dengan semangat, pagi ini Haira merasa lemas tak bertenaga. Jangankan untuk keluar kamar, untuk ke kamar mandi pun ia harus merangkak. 

"Aku nggak boleh sakit. Aku harus kuat." 

Haira menatap wajahnya dari pantulan cermin. Pipinya nampak tirus dan kelopak mata yang terlihat menonjol. Ia yakin kurang tidur dan susah makan yang membuatnya kini kurus. 

"Apa kabar nenek dan Nada? Darimana mereka mendapatkan uang, sedangkan sudah hampir dua bulan aku terkurung di sini." 

Suara ketukan membuat Haira menoleh. Ia menyeret kakinya yang terasa berat untuk membuka pintu. 

Ternyata Mirza yang datang. Ini kali pertama pria itu datang langsung ke kamarnya. Entah ada angin apa, Haira pun enggan untuk sekedar bertanya. Hatinya sudah membeku hingga ia tak peduli lagi dengan siapapun yang ada di sekelilingnya.

Keduanya saling tatap tanpa saling bicara. Bergelut dengan otak masing-masing. 

Mirza sudah rapi dengan setelan jas berwarna navy dengan celana yang senada. Kemeja dalam putih serta dasi corak garis membuat pria itu tampan sempurna. Namun, Haira tak mau mengagumi makhluk yang berdiri di depannya itu. Demi apapun ia sangat membencinya, bahkan rasa benci itu tak bisa diukur dengan benda yang ada di dunia ini. 

Berbeda dengan Haira, Mirza merasakan getaran aneh di dadanya saat melihat wajah Haira dari jarak dekat. Namun, ia menepis tentang syair yang sering dibaca lewat sosial media. Mirza yakin cintanya hanya untuk Lunara seorang, dan tidak akan ada yang bisa menggantikan posisi gadis itu. 

Kenapa wajahnya pucat sekali? Apa dia sakit? Mirza hanya mengucap dalam hati.

Ada guratan khawatir yang menusuk dada Mirza saat melihat bibir Haira membiru. Ia mencoba menepis rasa itu dan memenangkan keangkuhannya. 

"Apa Tuan membutuhkan sesuatu?" Setelah sekian menit saling diam, akhirnya Haira membuka suara. 

"Pagi ini kamu belum menyiapkan sarapan untukku." Membalikkan tubuhnya meninggalkan Haira. 

Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan pelan. Haira tak langsung ke dapur, melainkan kembali ke kamar saat rasa pusing kembali menyeruak. 

Ia membuka laci dan mengambil satu kaplet pil yang ada di sana. Itu bukan pil KB yang diberikan Mirza, akan tetapi obat sakit kepala yang kemarin diambil dari kotak obat. 

Sebelum Haira meminumnya, ketukan pintu yang memberondong membuatnya terkejut hingga pil yang ada di tangannya terjatuh. "Siapa sih, kenapa nggak sabaran banget?"

Terpaksa Haira membuka pintu menahan kepalanya yang terasa mau pecah. 

Meskipun bukan Mirza, tetap saja orang itu membuat mata Haira sakit. Siapa lagi kalau bukan Arini. 

"Ada apa?" tanya Haira menatap penampilan Arini yang terlalu seksi. 

"Buatkan aku roti panggang isi daging. Sekarang!" titah Arini menekankan. 

Nggak kakaknya, nggak adiknya sama saja. Gerutu Haira dalam hati, melewati tubuh Arini yang masih mematung di depan pintu kamarnya. 

Untuk yang kesekian kali Haira merasa tak nyaman dengan badannya. Kali ini bukan kepalanya yang sakit melainkan perutnya yang terasa mual saat mencium ikan goreng. 

Haira membungkam mulut dan hidungnya dengan telapak tangan. Meraih tangan bi Enis yang ada di sampingnya.

"Bi, apa aku boleh numpang kamar mandinya sebentar?" ucap Haira dengan bibir bergetar menahan sesuatu yang sudah hampir tiba di tenggorokan. 

Bi Enis mengangguk. Membantu Haira  membuka pintu. Naina yang melihat kejadian itu hanya menatap curiga. 

"Jangan-jangan dia hamil," cetus Naina  dengan lantang membuat semua pelayan yang ada di dapur itu menoleh ke arahnya. 

"Kalau hamil memangnya kenapa? Dia kan istri Tuan Mirza?" Salah satu dari mereka membantah. 

Naina maju satu langkah. Mendekati wanita yang ada di depannya. "Mana mungkin Tuan Mirza mau punya anak dari rahim seorang gembel seperti Haira. Aku yakin Tuan Mirza akan meminta Haira untuk menggugurkannya."

Haira yang sudah berada di belakang pintu itu tersentak. Sekujur tubuhnya bergetar hebat saat mendengar ucapan Naina, bahkan peringatan Mirza kala itupun ikut melintas di otaknya. 

"Waktu itu aku sudah minum pil KB, nggak mungkin aku hamil."

Haira mengurungkan niatnya untuk keluar. Ia memilih mendengarkan percakapan seluruh pelayan yang ada di dapur. 

Setelah lumayan hening, Haira membuka pintu kamar mandi. Berpura-pura tidak mendengar apa-apa dan kembali melanjutkan aktivitasnya. 

Meskipun Haira mencoba menepis ucapan Naina, faktanya ada guratan takut yg mulai memenuhi dadanya. 

Bagaimana jika itu sampai terjadi. Haira tak bisa membayangkan hidupnya lagi jika benih Mirza benar-benar tertanam dalam rahimnya. Hanya ada dua pilihan, mati atau diterima. menjadi nyonya Glora. 

Setelah menyiapkan makanan di meja makan, Haira langsung ke kamar. Ia meraih kalender yang ada di nakas lalu melihatnya. 

"Seharusnya aku memang sudah menstruasi, tapi kenapa sampai sekarang belum, apa ini pengaruh pil KB yang diminum setiap hari?"

Haira meletakkan kalender itu dengan asal. Lalu beralih mengambil bungkus pil pencegah kehamilan itu. 

Membacanya dengan teliti tulisan yang ada di brosur. Semua langkah yang diambil sudah benar. Namun, Haira tetap saja takut. 

"Apa sebaiknya aku tes saja untuk memastikan kalau aku tidak hamil. Tapi bagaimana cara membelinya, sedangkan Tuan Mirza tidak akan membiarkanku keluar dari sini." 

Haira memutar otaknya, mencari cara supaya bisa membeli alat itu tanpa sepengetahuan Mirza dan yang lain. 

Di ujung sana, tepatnya di tepi sungai, seorang wanita tua terus menatap ke arah stasiun yang ada di dekat rumahnya. Siang malam selalu berdoa dan berharap sang cucu kembali. Hampir dua bulan tak ada kabar membuatnya khawatir. 

Dia adalah nenek Zubaida, neneknya Haira. 

"Nenek," sapa gadis cantik dari arah belakang. Merengkuh tubuh tua sang nenek dengan erat. 

"Nada, kamu baru pulang."

"Apa nenek sedang menunggu kakak," terka Nada ikut duduk di samping nenek. Keduanya menatap ke arah yang sama. 

"Iya, nggak tahu kenapa akhir-akhir Ini nenek cemas. Kakak kamu nggak ada kabar. Nenek takut dia kenapa-napa.'' Raut wajah keduanya sedih tanpa ekspresi. Buliran bening lolos membasahi pipi keriput nenek Zubaida. 

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

ya kasihan amat Thour, aku sm 2x baca nya ngk bosan kasihan

2024-04-25

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Kasihan kamu Nek...
cucumu lagi menderita Nek... do'ain aja ya Nek... semoga Haira selalu sehat dan sabar...

2024-03-19

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Padahal kamu minum tiap hari ya Ra....
tapi klo Otor sudah berkehendak, mana bisa nolak...🤭

2024-03-19

0

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Membuat surat perjanjian
3 Pilihan dari Mirza
4 Pelecehan
5 Pernikahan
6 Mabuk
7 Salah
8 Terpengaruh
9 Melawan
10 Pil KB
11 Ternodai
12 Luka dalam
13 Lemas
14 Pingsan
15 Pergi
16 Penyesalan
17 Kemal
18 Penyesalan
19 Membatalkan
20 Hadirnya kehangatan
21 Mencari bukti
22 Membeli mainan
23 Tidur bersama
24 Hukuman baru
25 Hasil tes DNA
26 Penyesalan Mirza
27 Kedatangan kakak
28 Kemarahan kakak Mirza
29 Hukuman
30 Bertemu lagi
31 Siap pulang
32 Tiba di rumah
33 Salah paham
34 Kemarahan Nada
35 Panik
36 Kejutan
37 Pesta
38 Malam kedua
39 Perjanjian lagi
40 Lunara hamil
41 Memanfaatkan perjanjian
42 Lebah jantan
43 Terbongkar
44 Membujuk Arini
45 Diary yang terlupakan
46 Membereskan semua kenangan
47 Bukan upah, tapi tumbal
48 Menuntaskan masalah
49 Di balik kotak putih
50 Puaskan aku
51 New York
52 Mengagumi
53 Di rumah Tuan Billy
54 Lucinta dan Lunara
55 Mulai misi
56 Pulang
57 Terjawab
58 Hari pertama sekolah
59 Cemburu
60 Ulah Kemal
61 Orang misterius
62 Sandiwara dimulai
63 Salah terka
64 Peperangan
65 Kemenangan Mirza
66 Mengejutkan
67 Sadar
68 Hamil?
69 Pulang
70 Ingin menjauh
71 Kekesalan Mirza
72 Kembar tiga
73 Ngidam konyol
74 Tusukan
75 Rencana pembalasan
76 Menemukanmu
77 Memaafkan
78 Tiba di rumah nenek
79 Membongkar jati diri
80 Ternyata
81 Salah lagi, kan?
82 Pusat perhatian
83 Terkena imbas
84 Diare karena sabalak
85 Berkenalan
86 Lagi-lagi salah
87 Minta bantuan
88 Ngidam belanja
89 Veronika
90 Rencana Mirza untuk Meyzin
91 Jejak Veronika
92 Makam Veronika
93 Lamaran dadakan
94 Menemukan Liontin
95 Bau terasi
96 Bukti baru
97 Penyesalan Meyzin
98 Balas dendam
99 Menutupi jati diri
100 Menerima
101 Ikut pulang
102 Terluka lagi
103 Bertemu Veronika
104 Penolakan Mirza
105 Bumil sensitif
106 Tuduhan Ayla
107 Dinner sambil kerja
108 Nyonya Alvero
109 Tidak setuju
110 Hukuman
111 Setuju
112 Hanya mimpi
113 Kemarahan Ibu Negara
114 Tertunda
115 Melahirkan
116 Keseharian Mirza
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal mula
2
Membuat surat perjanjian
3
Pilihan dari Mirza
4
Pelecehan
5
Pernikahan
6
Mabuk
7
Salah
8
Terpengaruh
9
Melawan
10
Pil KB
11
Ternodai
12
Luka dalam
13
Lemas
14
Pingsan
15
Pergi
16
Penyesalan
17
Kemal
18
Penyesalan
19
Membatalkan
20
Hadirnya kehangatan
21
Mencari bukti
22
Membeli mainan
23
Tidur bersama
24
Hukuman baru
25
Hasil tes DNA
26
Penyesalan Mirza
27
Kedatangan kakak
28
Kemarahan kakak Mirza
29
Hukuman
30
Bertemu lagi
31
Siap pulang
32
Tiba di rumah
33
Salah paham
34
Kemarahan Nada
35
Panik
36
Kejutan
37
Pesta
38
Malam kedua
39
Perjanjian lagi
40
Lunara hamil
41
Memanfaatkan perjanjian
42
Lebah jantan
43
Terbongkar
44
Membujuk Arini
45
Diary yang terlupakan
46
Membereskan semua kenangan
47
Bukan upah, tapi tumbal
48
Menuntaskan masalah
49
Di balik kotak putih
50
Puaskan aku
51
New York
52
Mengagumi
53
Di rumah Tuan Billy
54
Lucinta dan Lunara
55
Mulai misi
56
Pulang
57
Terjawab
58
Hari pertama sekolah
59
Cemburu
60
Ulah Kemal
61
Orang misterius
62
Sandiwara dimulai
63
Salah terka
64
Peperangan
65
Kemenangan Mirza
66
Mengejutkan
67
Sadar
68
Hamil?
69
Pulang
70
Ingin menjauh
71
Kekesalan Mirza
72
Kembar tiga
73
Ngidam konyol
74
Tusukan
75
Rencana pembalasan
76
Menemukanmu
77
Memaafkan
78
Tiba di rumah nenek
79
Membongkar jati diri
80
Ternyata
81
Salah lagi, kan?
82
Pusat perhatian
83
Terkena imbas
84
Diare karena sabalak
85
Berkenalan
86
Lagi-lagi salah
87
Minta bantuan
88
Ngidam belanja
89
Veronika
90
Rencana Mirza untuk Meyzin
91
Jejak Veronika
92
Makam Veronika
93
Lamaran dadakan
94
Menemukan Liontin
95
Bau terasi
96
Bukti baru
97
Penyesalan Meyzin
98
Balas dendam
99
Menutupi jati diri
100
Menerima
101
Ikut pulang
102
Terluka lagi
103
Bertemu Veronika
104
Penolakan Mirza
105
Bumil sensitif
106
Tuduhan Ayla
107
Dinner sambil kerja
108
Nyonya Alvero
109
Tidak setuju
110
Hukuman
111
Setuju
112
Hanya mimpi
113
Kemarahan Ibu Negara
114
Tertunda
115
Melahirkan
116
Keseharian Mirza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!