Membatalkan

Mirza bersandar di herboard. Menatap ke arah luar jendela. Pusingnya mereda setelah minum obat yang  diberikan Erkan. Ia menyibak  selimut. Kakinya bergerak turun, lalu berjalan ke arah lemari. Menatap wajahnya dari pantulan cermin. Tidak ada yang salah, hanya hatinya yang saat ini tidak bersahabat dengan keadaan. 

"Kamu harus bisa, Za."

Menyemangati dirinya sendiri untuk bisa melupakan Haira. Mirza meraih ponselnya yang berdering. Ia menempelkan di telinganya sambil duduk di tepi ranjang. 

"Tuan, penggusuran akan dilakukan sekarang juga," ucap seseorang yang ada di balik benda pipihnya. 

"Lebih cepat lebih baik," jawab Mirza kemudian. 

"Tapi __" Terdengar lagi suara yang lumayan berat untuk melanjutkan. 

"Tapi apa? Jangan bilang kalau mereka nggak mau digusur, aku sudah memberi imbalan besar."

Dada Mirza mulai menguap, hanya masalah itu yang sering didengar saat penggusuran lahan. 

"Ada satu perempuan yang tidak mau pindah dari tempatnya. Padahal itu tanah masih milik PT." 

"Apa?" pekik Mirza. "Baiklah, aku akan segera kesana."

Mirza bergegas mengganti bajunya. Kali ini ia memakai kaos bermerek berwarna hitam dengan celana jeans yang senada. 

"Ada-ada saja orang kampung, kalau digusur pasti banyak alasan, padahal itu bukan haknya."

Mirza menemui Erkan dan Aslan, memberi tahu pada mereka perihal masalah yang ada di pertambangan. 

"Kalau menghadapi orang kampung memang susah, Za." Mengikuti langkah lebar Mirza yang mulai keluar hotel. 

"Masalahnya bukan itu, tapi tanah nya masih milikku," bentak Mirza menghentikan langkahnya, membuat jidat Aslan terbentur punggung lebar pria itu. 

Mereka masih berbicara dengan bahasa Turki hingga menjadi pusat perhatian semua orang yang melintas, sedangkan Erkan yang sedikit demi sedikit bisa bahasa Indonesia pun hanya diam selama tak dibutuhkan untuk bicara. 

Tiga puluh menit, akhirnya Mirza tiba di tempat lokasi. Banyak warga berdatangan menghampirinya. Dari sekian banyak orang, mereka nampak baik-baik saja, bahkan ada yang bertepuk tangan saat mobil Mirza berhenti. 

"Sepertinya mereka fine-fine saja," ucap Aslan melihat satu persatu warga yang berdiri di sisi kiri kanan jalan. Menggaruk kepalanya yang tidak gatal. 

Mirza turun dari mobil. Ia melihat beberapa rumah yang memang masuk dalam peta. Itu artinya mereka yang bersalah, bukan dirinya, lalu matanya tertuju pada anak kecil yang sedang duduk menyendiri di bawah terik yang menyengat. 

"Siapa dia?" tanya Mirza menyungutkan kepalanya ke arah bocah yang nampak punggungnya. 

"Itu anak dari wanita yang saya maksud, Tuan. Sepertinya dia memang sengaja memperalat anaknya untuk menghalangi kami." Seorang mandor memberi laporan, seolah-olah menyudutkan Haira. 

Kaki Mirza melangkah pelan mendekati bocah itu. Lalu duduk di sampingnya. Menatap ke arah yang sama. 

"Kamu ngapain di sini?" tanya Mirza tanpa menoleh. 

"Menunggu Tuhan mengirim Daddy untukku," ucap Kemal lirih, ia mendongak, menatap wajah Mirza yang sangat tampan, lalu mencondongkan kepalanya ke arah tubuh Mirza. Menghirup dalam-dalam aroma parfum yang melekat di tubuh pria itu. 

Mirza sedikit heran dengan nada bicara bocah itu, meskipun dengan bahasa Indonesia, tetap saat panggilan yang disematkan untuk seorang ayah itu terdengar aneh. 

"Memangnya Daddy kamu ke mana?" tanya Mirza lagi. 

"Kata Mommy, Daddy tidak akan pernah ada di antara kami." 

Seketika itu Mirza menoleh ke arah Kemal. 

Deg 

Jantung  Mirza seakan berhenti berdetak. Tubuhnya membeku saat melihat wajah Kemal yang tak asing baginya. Itu seperti bayangannya saat dirinya masih kecil. 

Seandainya waktu itu aku tidak menyuruh Haira meminum pil kb, pasti dia akan melahirkan anak setampan ini. Tapi sekarang, aku tidak hanya kehilangan anak, tapi juga Haira. 

Buliran bening tak sengaja mengalir membasahi pipi Mirza. Ia segera mengusap dan tersenyum. Menoleh ke belakang, menatap beberapa bocah yang asyik bermain, lalu beralih menatap Kemal lagi yang sangat berbeda dari mereka. Hidungnya mancung dengan mata coklat serta kulit yang putih serta rambut yang sedikit pirang. Menunjukkan jika itu bukan anak warga kampung. 

"Nama kamu siapa?" tanya Mirza mengulurkan tangannya, bersalaman. 

"Kemal, Om," jawab Mirza pelan. Menerima uluran tangan Mirza dan menggenggamnya erat. 

Tubuh Mirza terasa bergetar saat menyentuh jari lentik Kemal, ia pun tak tahu perasaan yang menyelimuti nya saat ini. 

"Kenapa kamu tidak bermain bersama mereka?" tanya Mirza menunjuk beberapa anak yang sibuk bermain di area perumahan. 

Kemal menggeleng tanpa suara. Wajahnya kian meredup mengingat Toni yang sering mengejek nya. Juga tak mau berteman dengannya karena tak punya mainan.

"Bagaimana, Tuan. Apa yang harus saya lakukan dengan rumah itu?" Menunjuk rumah Haira. 

Mirza mengangkat tangannya, menandakan jika ia menyuruh mereka untuk menghentikan sejenak. 

"Kemal tinggal di rumah itu?" tanya Mirza. 

Kemal mengangguk. 

"Dengan siapa saja?"

"Hanya Mommy, jangan digusur ya, Om. Kasihan mommy nggak punya tempat tinggal lagi. Dia sudah nggak punya uang. Setiap hari harus bayar listrik, air, membayar hutang di warung, membeli tempe dan beras." Kemal menghitung dengan jarinya. 

Sekian lama hatinya yang sekeras batu kini luluh mendengar ucapan Kemal yang nampak memelas. 

"Erkan, kamu bilang pada yang lain untuk membatalkan penggusuran. Sepertinya lokasi ini cukup luas untuk membuat proyek baru."

"Baik, Tuan." Setelah mendengar ucapan Mirza, Erkan memberitahu semua orang untuk menyingkirkan alat-alat berat itu. 

"Sekarang Kemal pulang saja. Kemal bisa menempati rumah itu selamanya." 

Kemal beranjak dari duduknya, lalu memeluk Mirza. 

"Terima kasih ya, Om. Kemal akan memberi tahu mommy tentang ini. Biar dia nggak nangis lagi."

Ada sebuah kehangatan yang tak bisa Mirza  ungkapkan dengan kata-kata. Tubuh mungil Kemal seakan mengobati rasa gundahnnya selama ini. 

"Memangnya mommy nya Kemal sering nangis?" tanya Mirza menyelidik, hatinya bak teriris seribu pisau mendengar  ucapan Kemal yang bernada curhat. 

Kemal mengangguk. "Bu Jamilah sering memarahi mommy, katanya perempuan miskin dan suka menggoda suami orang." 

Kemal mengucap seperti saat Bu Jamilah berteriak di depan mommy nya.

Apa ibunya Kemal seorang janda? Hanya bertanya dalam hati. 

"Apa aku boleh ikut ke rumah Kemal?" tanya Mirza. 

Kemal melepaskan pelukannya. Ia menunduk, mengingat kata mommy nya yang tak boleh dekat dengan orang asing. 

"Om hanya ingin berteduh di teras rumah Kemal, di sini panas." 

Kemal mengangguk berat. Takut jika mommy nya marah karena sudah membawa orang asing pulang. Namun, ia tak mungkin menolak permintaan orang yang sudah berbuat baik padanya.

Mirza meraih tubuh mungil Kemal dan menggendong nya. Melintasi beberapa orang yang memenuhi tempat itu. 

Kok anak itu mirip dengan Mirza, ucap Aslan dalam hati. 

"Mommy," teriak Kemal sembari membuka pintu depan. 

Mirza berdiri di ambang pintu. Menatap ke mana Kemal melangkah. 

"Mommy, aku pulang."

Seorang wanita cantik keluar dari arah belakang membuat mata Mirza terbelalak. 

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

Akhirnya...

2024-03-19

1

Sweet Girl

Sweet Girl

Itu sudah langsung dikabulkan Mal...

2024-03-19

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Anakmu Za...

2024-03-19

0

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Membuat surat perjanjian
3 Pilihan dari Mirza
4 Pelecehan
5 Pernikahan
6 Mabuk
7 Salah
8 Terpengaruh
9 Melawan
10 Pil KB
11 Ternodai
12 Luka dalam
13 Lemas
14 Pingsan
15 Pergi
16 Penyesalan
17 Kemal
18 Penyesalan
19 Membatalkan
20 Hadirnya kehangatan
21 Mencari bukti
22 Membeli mainan
23 Tidur bersama
24 Hukuman baru
25 Hasil tes DNA
26 Penyesalan Mirza
27 Kedatangan kakak
28 Kemarahan kakak Mirza
29 Hukuman
30 Bertemu lagi
31 Siap pulang
32 Tiba di rumah
33 Salah paham
34 Kemarahan Nada
35 Panik
36 Kejutan
37 Pesta
38 Malam kedua
39 Perjanjian lagi
40 Lunara hamil
41 Memanfaatkan perjanjian
42 Lebah jantan
43 Terbongkar
44 Membujuk Arini
45 Diary yang terlupakan
46 Membereskan semua kenangan
47 Bukan upah, tapi tumbal
48 Menuntaskan masalah
49 Di balik kotak putih
50 Puaskan aku
51 New York
52 Mengagumi
53 Di rumah Tuan Billy
54 Lucinta dan Lunara
55 Mulai misi
56 Pulang
57 Terjawab
58 Hari pertama sekolah
59 Cemburu
60 Ulah Kemal
61 Orang misterius
62 Sandiwara dimulai
63 Salah terka
64 Peperangan
65 Kemenangan Mirza
66 Mengejutkan
67 Sadar
68 Hamil?
69 Pulang
70 Ingin menjauh
71 Kekesalan Mirza
72 Kembar tiga
73 Ngidam konyol
74 Tusukan
75 Rencana pembalasan
76 Menemukanmu
77 Memaafkan
78 Tiba di rumah nenek
79 Membongkar jati diri
80 Ternyata
81 Salah lagi, kan?
82 Pusat perhatian
83 Terkena imbas
84 Diare karena sabalak
85 Berkenalan
86 Lagi-lagi salah
87 Minta bantuan
88 Ngidam belanja
89 Veronika
90 Rencana Mirza untuk Meyzin
91 Jejak Veronika
92 Makam Veronika
93 Lamaran dadakan
94 Menemukan Liontin
95 Bau terasi
96 Bukti baru
97 Penyesalan Meyzin
98 Balas dendam
99 Menutupi jati diri
100 Menerima
101 Ikut pulang
102 Terluka lagi
103 Bertemu Veronika
104 Penolakan Mirza
105 Bumil sensitif
106 Tuduhan Ayla
107 Dinner sambil kerja
108 Nyonya Alvero
109 Tidak setuju
110 Hukuman
111 Setuju
112 Hanya mimpi
113 Kemarahan Ibu Negara
114 Tertunda
115 Melahirkan
116 Keseharian Mirza
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal mula
2
Membuat surat perjanjian
3
Pilihan dari Mirza
4
Pelecehan
5
Pernikahan
6
Mabuk
7
Salah
8
Terpengaruh
9
Melawan
10
Pil KB
11
Ternodai
12
Luka dalam
13
Lemas
14
Pingsan
15
Pergi
16
Penyesalan
17
Kemal
18
Penyesalan
19
Membatalkan
20
Hadirnya kehangatan
21
Mencari bukti
22
Membeli mainan
23
Tidur bersama
24
Hukuman baru
25
Hasil tes DNA
26
Penyesalan Mirza
27
Kedatangan kakak
28
Kemarahan kakak Mirza
29
Hukuman
30
Bertemu lagi
31
Siap pulang
32
Tiba di rumah
33
Salah paham
34
Kemarahan Nada
35
Panik
36
Kejutan
37
Pesta
38
Malam kedua
39
Perjanjian lagi
40
Lunara hamil
41
Memanfaatkan perjanjian
42
Lebah jantan
43
Terbongkar
44
Membujuk Arini
45
Diary yang terlupakan
46
Membereskan semua kenangan
47
Bukan upah, tapi tumbal
48
Menuntaskan masalah
49
Di balik kotak putih
50
Puaskan aku
51
New York
52
Mengagumi
53
Di rumah Tuan Billy
54
Lucinta dan Lunara
55
Mulai misi
56
Pulang
57
Terjawab
58
Hari pertama sekolah
59
Cemburu
60
Ulah Kemal
61
Orang misterius
62
Sandiwara dimulai
63
Salah terka
64
Peperangan
65
Kemenangan Mirza
66
Mengejutkan
67
Sadar
68
Hamil?
69
Pulang
70
Ingin menjauh
71
Kekesalan Mirza
72
Kembar tiga
73
Ngidam konyol
74
Tusukan
75
Rencana pembalasan
76
Menemukanmu
77
Memaafkan
78
Tiba di rumah nenek
79
Membongkar jati diri
80
Ternyata
81
Salah lagi, kan?
82
Pusat perhatian
83
Terkena imbas
84
Diare karena sabalak
85
Berkenalan
86
Lagi-lagi salah
87
Minta bantuan
88
Ngidam belanja
89
Veronika
90
Rencana Mirza untuk Meyzin
91
Jejak Veronika
92
Makam Veronika
93
Lamaran dadakan
94
Menemukan Liontin
95
Bau terasi
96
Bukti baru
97
Penyesalan Meyzin
98
Balas dendam
99
Menutupi jati diri
100
Menerima
101
Ikut pulang
102
Terluka lagi
103
Bertemu Veronika
104
Penolakan Mirza
105
Bumil sensitif
106
Tuduhan Ayla
107
Dinner sambil kerja
108
Nyonya Alvero
109
Tidak setuju
110
Hukuman
111
Setuju
112
Hanya mimpi
113
Kemarahan Ibu Negara
114
Tertunda
115
Melahirkan
116
Keseharian Mirza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!