Melawan

Haira bingung dengan apa yang harus dilakukan. Dia hanya dianggap pelayan oleh Tuan Mirza. Namun, ia harus melakukan semua pekerjaan sebagai seorang istri. Menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan suaminya. 

"Eh, apa ini?" Haira membolak-balikkan benda yang ada di tangannya. Itu adalah ce lana da-lam berwarna maroon dari keranjang kotor yang ada di kamar Mirza. 

Ah, bodo amat, ia harus mencuci lalu mengeringkannya. Menyetrika, setelah itu meletakkan di kamar Mirza sebelum sang empu pulang. Begitulah peraturan yang harus dipatuhi. Tidak boleh dilanggar jika tak ingin mendapat siksaan. 

Haira keluar dari kamar Mirza. Lalu kembali ke tempat cucian. Memisah baju yang luntur dan tidak. Tak ingin ceroboh dan berbuat kesalahan yang akan berakibat fatal pada dirinya sendiri. 

Haira menelan ludahnya dengan susah payah, kaget. Semua baju yang di pakai suaminya itu ternyata tak ada yang murah, bahkan jas yang ia pegang saat ini berharga puluhan juta. Mengejutkan bagi Haira. 

"Sayang sekali, padahal uangnya bisa buat makan berbulan-bulan, tapi hanya dibelikan satu baju," menggerutu. 

Setelah semua terpisah, Haira menekan tombol mesin cuci. Ia duduk sambil berkelana, teringat pada kedua orang tuanya yang sudah tiada. 

"Jika tahu hidupku akan seperti ini, lebih baik aku ikut mati dalam kecelakaan itu." 

Buliran bening lolos, ia tak bisa melupakan kejadian malam itu, di mana kedua orang tuanya meregang nyawa di depannya dalam sebuah tragedi kecelakaan. 

"Bibi…" Teriakan itu membuat Haira terperanjat. Ia menoleh ke arah sumber suara yang tak asing di telinganya. 

Bi Enis nampak buru-buru menghampiri sang pemilik suara merdu itu. 

"Ada apa, Nona Arini?" tanya Bi Enis ramah. Membungkuk sopan pada sang majikan. 

"Siapa yang mencuci bajuku?" Arini membentak, menjewer bajunya yang sedikit robek di bagian tangan. 

"Tidak tahu, Nona," jawab Bi Enis menundukkan kepala. Meskipun tahu, Bi Enis pun tak ingin membuka suara, takut menyebabkan perseteruan. 

Naina mendekat dengan tersenyum sinis. Ia mempunyai jalan untuk menciptakan perdebatan yang pasti akan seru. 

"Kemarin yang mencuci baju Nona itu Nona Haira." 

Naina sengaja menyulut bara api yang hampir menyala. Ia memang tak suka dengan kehadiran Haira di rumah itu, apalagi statusnya adalah istri Mirza yang pastinya jauh lebih tinggi darinya. 

Merasa namanya disebut, Haira keluar menghampiri ketiga wanita yang ada di ruang tengah. Menatap mereka bergantian. Matanya berhenti pada baju yang ada di tangan Arini. 

"Kamu yang mencuci baju ini?" 

Arini melempar bajunya tepat di wajah Haira. Maju satu langkah, menarik rambut Haira dari belakang. 

"Sebenarnya apa mau kamu?" 

Haira menahan tangan Arini, sekuat tenaga ia melepaskan jemari Arini yang menyakitinya. 

Setelah terlepas, Haira mundur menghindari tangan Arini yang ingin menamparnya. 

"Maaf, Nona. Saya tidak sengaja, kemarin baju Anda nyangkut dan setelah saya tarik ternyata robek." 

Haira mengucap apa adanya. Baginya, sepahit apapun kenyataan tetap harus jujur, itu adalah kunci untuk menjaga komitmen dari orang tuanya. 

"Kurang ajar! Gaji kamu satu tahun pun tidak akan bisa membeli baju itu." Mengayunkan tangan kanannya ke arah wajah Haira, namun dengan sigap gadis itu menangkapnya. 

Haira mengusir rasa takut yang mengendap, meskipun ia di rumah itu hanya dianggap pelayan, Haira tidak ingin ditindas orang lain. Baginya, sikap Mirza sudah cukup membuatnya menderita, dan tidak ingin Arini menambah bebannya. 

"Saya sudah bilang tidak sengaja, Nona. Kalau Anda tidak terima dan mau membawa kasus ini ke pengadilan, silahkan! Saya tidak peduli, tapi saya tidak akan membiarkan Anda untuk menganiaya saya."

Melepas tangan Arini dengan kasar. Menatap matanya yang dipenuhi dengan amarah. Haira tidak mau meladeninya lagi dan memilih ke belakang. 

Tak mengindahkan suara Arini yang terus memanggil namanya, hatinya kini mulai beku. Tidak mempedulikan orang lain yang tidak peduli dengan kehidupannya. 

Arini menghentak-hentakan kakinya, setelah punggung Haira menghilang, ia menghubungi Mirza. 

"Kakak harus memberi pelajaran pada Haira, dia sudah merobek bajuku, Kak." 

Hua Hua Hua 

Arini pura-pura sesenggukan, mengiba pada sang kakak. 

"Kamu tenang saja, aku akan memberi pelajaran pada wanita itu." 

Setelah mendengar ungkapan Mirza, Arini tersenyum lebar sambil melompat-lompat, ia merasa menang sudah membuat kakaknya marah pada Haira. 

Mirza yang ada di seberang sana memanggil Erkan, meminta pria itu untuk menyalakan ponselnya yang tersambung dengan cctv di rumah. 

Erkan memutar cctv itu dari pagi setelah Mirza berangkat ke kantor. 

Mirza mengepalkan tangan saat melihat Haira masuk ke kamarnya. Dadanya meletup-letup. Entah kenapa, kebenciannya pada Haira belum surut. Matanya terus fokus pada wanita itu yang tampak linglung saat berada di dalam kamarnya. 

Mirza menatap layar ponselnya dengan intens. Mengulangi putaran saat Haira mendekati keranjang bajunya. 

Itu kan celana dalamku, mau diapain? gerutunya dalam hati. Melirik ke arah Erkan yang mematung di samping meja kerjanya, mempercepat putaran videonya hingga tiba Arini menjambak rambut Haira. 

Keberanian Haira tak membuat Mirza salut, namun membuatnya sangat tertantang dan ingin melakukan sesuatu yang lebih menyakitkan. 

Tunggu pembalasan ku, kali ini aku yakin kamu tidak bisa berbuat apa-apa. Harga dirimu akan hancur bersama dengan hilangnya kesucianmu.

Tok tok tok 

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Mirza. Ia menyungutkan kepala nya, memberi kode pada Erkan untuk membuka pintu. 

"Mirza nya ada?" tanya sang tamu. 

Suaranya sangat familiar membuat Mirza mengerutkan alisnya. 

Sejak kapan ada wanita yang datang ke kantornya selain Lunara. Bahkan Mirza tak sembarang menerima tamu jika tak ada kepentingannya dengan pekerjaan. 

"Mau apa kamu ke sini, La?" tanya Mirza beranjak dari duduknya, menghampiri Ayla yang dipersilakan masuk oleh Erkan.

"Ingin menemui kamu, memangnya nggak boleh?"

Mirza mengangkat bahunya, aku baik-baik saja, begitulah ia menjelaskan dalam hati. 

"Za, aku tahu kamu masih berduka atas meninggalnya Lunara, dan aku juga tahu kalau kamu menikahi wanita pembunuh itu hanya untuk balas dendam."

Ayla mengusap bahu lebar Mirza. Mengikuti langkah pria itu menuju sofa. Duduk di samping Mirza dan menghadap ke arah yang sama. 

"Jangan terlalu larut dalam kesedihan, aku yakin Lunara sudah tenang di alam sana." 

Mirza membisu dengan tenang, sedangkan Erkan sudah berpikir kemana-mana dengan tingkah Ayla yang nampak agresif.

"Za, kamu tahu nggak, gadis yang sudah mendonorkan darah untuk kamu waktu jatuh dari pohon?"

Mirza mengingat saat mendapat hukuman dari dosennya. Ia disuruh memanjat pohon. Namun nahas, nasibnya yang tak baik membuatnya jatuh dan pingsan. Kepalanya terbentur batu hingga kehilangan banyak darah.

"Lunara, kan?"

Ayla menggeleng tanpa suara. Seperti menyembunyikan sesuatu yang Mirza tak mengerti.

"Sebenarnya yang mendonorkan darah untuk kamu itu aku, bukan Lunara."

Deg

Jantung Mirza berdetak dengan kencang.

Terpopuler

Comments

Sweet Girl

Sweet Girl

hmmm mumpung Lunara udah Ndak ada jadi Ayla bisa mengarang bebas...

2024-03-19

2

Sweet Girl

Sweet Girl

Wes... gak usah ngurusin harga bajunya Mirza...

2024-03-19

0

dina firara

dina firara

ahhh masaaaaaa....wkwkwkkw

2022-10-23

1

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Membuat surat perjanjian
3 Pilihan dari Mirza
4 Pelecehan
5 Pernikahan
6 Mabuk
7 Salah
8 Terpengaruh
9 Melawan
10 Pil KB
11 Ternodai
12 Luka dalam
13 Lemas
14 Pingsan
15 Pergi
16 Penyesalan
17 Kemal
18 Penyesalan
19 Membatalkan
20 Hadirnya kehangatan
21 Mencari bukti
22 Membeli mainan
23 Tidur bersama
24 Hukuman baru
25 Hasil tes DNA
26 Penyesalan Mirza
27 Kedatangan kakak
28 Kemarahan kakak Mirza
29 Hukuman
30 Bertemu lagi
31 Siap pulang
32 Tiba di rumah
33 Salah paham
34 Kemarahan Nada
35 Panik
36 Kejutan
37 Pesta
38 Malam kedua
39 Perjanjian lagi
40 Lunara hamil
41 Memanfaatkan perjanjian
42 Lebah jantan
43 Terbongkar
44 Membujuk Arini
45 Diary yang terlupakan
46 Membereskan semua kenangan
47 Bukan upah, tapi tumbal
48 Menuntaskan masalah
49 Di balik kotak putih
50 Puaskan aku
51 New York
52 Mengagumi
53 Di rumah Tuan Billy
54 Lucinta dan Lunara
55 Mulai misi
56 Pulang
57 Terjawab
58 Hari pertama sekolah
59 Cemburu
60 Ulah Kemal
61 Orang misterius
62 Sandiwara dimulai
63 Salah terka
64 Peperangan
65 Kemenangan Mirza
66 Mengejutkan
67 Sadar
68 Hamil?
69 Pulang
70 Ingin menjauh
71 Kekesalan Mirza
72 Kembar tiga
73 Ngidam konyol
74 Tusukan
75 Rencana pembalasan
76 Menemukanmu
77 Memaafkan
78 Tiba di rumah nenek
79 Membongkar jati diri
80 Ternyata
81 Salah lagi, kan?
82 Pusat perhatian
83 Terkena imbas
84 Diare karena sabalak
85 Berkenalan
86 Lagi-lagi salah
87 Minta bantuan
88 Ngidam belanja
89 Veronika
90 Rencana Mirza untuk Meyzin
91 Jejak Veronika
92 Makam Veronika
93 Lamaran dadakan
94 Menemukan Liontin
95 Bau terasi
96 Bukti baru
97 Penyesalan Meyzin
98 Balas dendam
99 Menutupi jati diri
100 Menerima
101 Ikut pulang
102 Terluka lagi
103 Bertemu Veronika
104 Penolakan Mirza
105 Bumil sensitif
106 Tuduhan Ayla
107 Dinner sambil kerja
108 Nyonya Alvero
109 Tidak setuju
110 Hukuman
111 Setuju
112 Hanya mimpi
113 Kemarahan Ibu Negara
114 Tertunda
115 Melahirkan
116 Keseharian Mirza
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal mula
2
Membuat surat perjanjian
3
Pilihan dari Mirza
4
Pelecehan
5
Pernikahan
6
Mabuk
7
Salah
8
Terpengaruh
9
Melawan
10
Pil KB
11
Ternodai
12
Luka dalam
13
Lemas
14
Pingsan
15
Pergi
16
Penyesalan
17
Kemal
18
Penyesalan
19
Membatalkan
20
Hadirnya kehangatan
21
Mencari bukti
22
Membeli mainan
23
Tidur bersama
24
Hukuman baru
25
Hasil tes DNA
26
Penyesalan Mirza
27
Kedatangan kakak
28
Kemarahan kakak Mirza
29
Hukuman
30
Bertemu lagi
31
Siap pulang
32
Tiba di rumah
33
Salah paham
34
Kemarahan Nada
35
Panik
36
Kejutan
37
Pesta
38
Malam kedua
39
Perjanjian lagi
40
Lunara hamil
41
Memanfaatkan perjanjian
42
Lebah jantan
43
Terbongkar
44
Membujuk Arini
45
Diary yang terlupakan
46
Membereskan semua kenangan
47
Bukan upah, tapi tumbal
48
Menuntaskan masalah
49
Di balik kotak putih
50
Puaskan aku
51
New York
52
Mengagumi
53
Di rumah Tuan Billy
54
Lucinta dan Lunara
55
Mulai misi
56
Pulang
57
Terjawab
58
Hari pertama sekolah
59
Cemburu
60
Ulah Kemal
61
Orang misterius
62
Sandiwara dimulai
63
Salah terka
64
Peperangan
65
Kemenangan Mirza
66
Mengejutkan
67
Sadar
68
Hamil?
69
Pulang
70
Ingin menjauh
71
Kekesalan Mirza
72
Kembar tiga
73
Ngidam konyol
74
Tusukan
75
Rencana pembalasan
76
Menemukanmu
77
Memaafkan
78
Tiba di rumah nenek
79
Membongkar jati diri
80
Ternyata
81
Salah lagi, kan?
82
Pusat perhatian
83
Terkena imbas
84
Diare karena sabalak
85
Berkenalan
86
Lagi-lagi salah
87
Minta bantuan
88
Ngidam belanja
89
Veronika
90
Rencana Mirza untuk Meyzin
91
Jejak Veronika
92
Makam Veronika
93
Lamaran dadakan
94
Menemukan Liontin
95
Bau terasi
96
Bukti baru
97
Penyesalan Meyzin
98
Balas dendam
99
Menutupi jati diri
100
Menerima
101
Ikut pulang
102
Terluka lagi
103
Bertemu Veronika
104
Penolakan Mirza
105
Bumil sensitif
106
Tuduhan Ayla
107
Dinner sambil kerja
108
Nyonya Alvero
109
Tidak setuju
110
Hukuman
111
Setuju
112
Hanya mimpi
113
Kemarahan Ibu Negara
114
Tertunda
115
Melahirkan
116
Keseharian Mirza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!