Penyesalan

Suara ketukan pintu semakin memburu. Nada memeluk nenek Zubaida dengan erat. Mereka berada di sudut kamar yang sangat kecil dan rapuh. Takut jika itu adalah rentenir yang beberapa hari ini terus datang untuk menagih hutang. 

"Jangan keluar, Nad. Nenek takut." Nenek Zubaida menarik tangan Nada yang hampir keluar. 

"Tapi, Nek. Mereka akan tetap memaksa masuk dan meminta kita untuk membayar hutang," jawab Nada dengan suara pelan. 

Nenek Zubaida terpaksa berhutang pada rentenir karena Haira tak mengirim uang. Namun, ia tak bisa mengembalikan karena tak ada penghasilan, sedangkan Nada pun belum bisa mencari uang karena belum lulus sekolah. 

Akhirnya nenek melepaskan tangan Nada dan membiarkan gadis itu menemui mereka. 

Nada pembuka tirai jendela. Menatap beberapa orang yang ada di depan rumahnya. Meskipun lampu teras sedikit redup, ia bisa melihat dengan jelas jika itu bukanlah rombongan rentenir, melainkan orang asing.

Lalu, Nada menatap penampilan beberapa pria yg memakai seragam hitam. Mereka tampak rapi daripada suruhan Tuan Hilden  yang sering menagih hutang di rumahnya.

Lalu siap mereka? Nada semakin penasaran. 

Ketukan pintu kembali terulang. Nada memberanikan diri membukanya. Berharap jika itu bukan orang jahat. 

"Di mana Nona Haria?" tanya seorang laki-laki yang bertubuh kekar. 

Nada mengerutkan alisnya. 

"Kak Haira?" Nada tanya balik, memastikan jika ia tak salah dengar. 

"Iya, kami mencari Nona Haira."

"Kakak nggak pernah pulang, malahan dia juga nggak kirim uang," ucap Nada dengan bibir bergetar menahan takut.

Meskipun mereka bukan orang yang ia maksud, tetap saja penampilannya seperti preman. 

Beberapa orang itu saling berbisik lalu mundur beberapa langkah. Berbicara lewat telepon. Setelah itu kembali menghampiri Nada yang masih diselimuti ketakutan. 

"Anda tidak berbohong, Nona?" tanya pria itu lagi. 

Nada menggeleng tanpa suara.

Orang itu membalikkan tubuhnya. Baru beberapa langkah menuju mobil, satu rombongan datang menghampiri Nada yang masih berada di ambang pintu. 

"Kebetulan kamu ada di luar," teriak seorang yang baru datang. 

Bukan kawanan pria yang menanyakan Haira, namun itu adalah Tuan Hilden, sang rentenir yang Nada takuti. 

Hawa panas datang seketika membuat sekujur tubuh Nada dipenuhi dengan peluh. Dinginnya malam tak lagi bereaksi seperti tadi.

"Katanya kamu mau bayar hutang, kapan? Jangan janji-janji terus, kalau malam ini nggak mau bayar, aku pastikan besok kita menikah," bentak Tuan Hilden yang membuat nada menciut. 

"Am… ampun, Tuan. Saya benar-benar belum punya uang."

Nada menundukkan kepala. Kedua tangannya saling meremas jari, menunjukkan ketakutan yang luar biasa. Malam ini adalah penentuan baginya, membayar atau menjadi budak pria itu untuk selamanya. 

"Sekarang ikut aku!" Tuan Hilden menarik tangan Nada dengan paksa. 

Satu tangan Nada meraih tiang dan langsung bersimpuh, memohon belas kasihan pria itu. 

"Tuan, saya mohon jangan bawa saya, saya janji akan secepatnya mencari uang untuk membayar hutang."

Tuan Hilden melepaskan tangan Nada hingga gadis itu terjatuh ke belakang. "Pasti itu yang kamu ucapkan, tapi tidak pernah dibuktikan."

Nada menangis histeris yang membuat nenek Zubaida ikut keluar. Wanita yang berambut putih dengan kulit yang keriput itu merengkuh tubuh Nada dengan erat. 

"Tuan, kasih waktu pada kami. Saya akan melunasinya."

"Tidak, malam ini juga aku akan menikahi Nada." Mendorong nenek Zubaida lalu meraih tubuh Nada dengan kasar. 

"Tunggu!" sergah suara berat dari arah belakang. Nada menoleh menatap suara yang terdengar asing di telinganya. 

Seorang pria tampan yang berkulit putih dengan setelan jas mahal itu berjalan dari arah kegelapan. Ia mencengkal tangan Tuan Hilden. Mengembalikan Nada ke dalam pelukan sang nenek.

"Berapa hutang mereka?" tanya nya pada Tuan hilden. Seakan menantang kekayaan yang dimiliki pria itu. Apakah masih di atasnya, atau justru sebaliknya. 

Tuan Hilden membuka buku yang dibawa dan langsung menghitung semua hutang nenek Zubaida beserta bunga yang harus dibayar. 

Setelah itu ia tersenyum sinis menatap penampilan pria di depannya itu dari atas sampai bawah. 

"Jangan sok kaya, aku yakin kamu nggak mungkin sanggup membayar hutang mereka." Menunjuk nenek Zubaida yang masih memeluk Nada. 

"Nama saya Mirza. Jangan takut, berapapun hutang nenek, tetap akan saya bayar."

Mirza mengeluarkan sebuah cek lalu tanda tangan di sana. 

"Tulis saja berapa yang Anda mau. Tapi jangan ganggu mereka," ucapnya menyodorkan kertas itu di depan Tuan Hilden. 

Setelah Tuan Hilden pergi, Mirza mendekati nenek Zubaida. Ini pertama kali ia melakukan sesuatu dengan hatinya. 

"Tuan siapa?" tanya nenek Zubaida menatap wajah Mirza dengan lekat.

"Namaku Mirza. Aku kesini mencari Haira."

"Haira?" Nenek Zubaida mengulang ucapan Mirza yang memang sudah jelas. 

Mirza mengangguk pelan. 

Seketika itu juga nenek Zubaida menumpahkan air matanya. 

"Sudah lima bulan dia bekerja. Tapi dua bulan ini Haira tak mengirim uang ke nenek. Nomor hp nya juga nggak aktif. Nenek juga kangen dengannya, dia __" 

Nenek Zubaida tak sanggup melanjutkan ucapannya dan kemabli memeluk Nada. 

Hati Mirza terasa teriris. Mengingat sikapnya selama ini yang sangat kejam pada Haira. 

Kalau Haira nggak pulang ke rumah, lalu ke mana dia? 

Mirza bertanya dalam hati. Ia tak mungkin menceritakan nasib Haira pada nenek Zubaida. Dan tak mungkin pula ia mengakui wanita itu sebagai istrinya. 

"Apa aku boleh bertanya pada, Nenek?" 

"Silahkan masuk dulu, Tuan. Tidak baik berbicara di depan pintu."

Mirza mengikuti langkah nenek Zubaida. Ia duduk di kursi ruang tamu. Sedangkan Erkan dan yang lain menunggu di depan. 

"Apa nenek yakin kalau Haira tidak pulang ke rumah?" tanya Mirza lagi. 

Nenek Zubaida menggeleng tanpa suara. 

"Memangnya Tuan mengenal Haira?" tanya nenek Zubaida antusias. 

"Panggil saja Mirza, Nek. Aku tidak mengenalnya dengan baik. Aku hanya __"

Aku hanya pecundang yang membuat hidupnya menderita. Melanjutkan ucapannya dalam hati. 

"Haira itu pendiam. Kalau ada masalah selalu disembunyikan dari nenek. Dia bekerja setelah lulus sekolah. Ini pengalaman pertamanya. Terakhir kali menelpon Haira bilang kalau dia akan pulang saat ulang tahun Nada, tapi bulan terakhir ini nggak ada kabar."

Itu  karena hp dia rusak. Dan akulah penyebab semua ini. 

Dada Mirza terasa sesak dipenuhi rasa sesal yang kian mendalam.

"Apa nenek punya saudara di tempat lain?" tanya Mirza lagi. 

Nenek Zubaida hanya menggeleng. 

Mirza beranjak dari duduknya. Ia tak bisa berdiam diri dengan situasi ini. 

"Aku pulang dulu, Nek. Jangan khawatir. Aku yang akan membiayai hidup nenek." 

Erkan masuk, lalu meletakkan kartu di atas meja. Memberikan penjelasan pada Nada supaya menggunakan kartu itu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Mirza melangkah dengan berat. Ia masuk mobil dengan membawa hati yang semakin hampa. membuka kaca nya, menatap nanar ke arah rumah nenek Zubaida yang sangat sederhana. 

Aku sudah menghancurkan hidup keluarga Haira. Ke mana dia pergi, nggak mungkin dia bisa pergi jauh dari sini tanpa uang. 

"Erkan, kamu cari Haira sampai ketemu, kerahkan seluruh anak buahmu!"

"Baik, Tuan," jawab Erkan lalu mengetik ponsel yang ada di tangannya. 

Terpopuler

Comments

Katherina Ajawaila

Katherina Ajawaila

kapok itu akan kena karma kamu Mirza🤗

2024-04-25

1

Heni Nurhaeni

Heni Nurhaeni

hahaaa rasain looo

2024-03-31

0

Cinta Rodriques

Cinta Rodriques

rasain,mampus jngn plng Ra....biarin laki2jht...

2024-03-21

2

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Membuat surat perjanjian
3 Pilihan dari Mirza
4 Pelecehan
5 Pernikahan
6 Mabuk
7 Salah
8 Terpengaruh
9 Melawan
10 Pil KB
11 Ternodai
12 Luka dalam
13 Lemas
14 Pingsan
15 Pergi
16 Penyesalan
17 Kemal
18 Penyesalan
19 Membatalkan
20 Hadirnya kehangatan
21 Mencari bukti
22 Membeli mainan
23 Tidur bersama
24 Hukuman baru
25 Hasil tes DNA
26 Penyesalan Mirza
27 Kedatangan kakak
28 Kemarahan kakak Mirza
29 Hukuman
30 Bertemu lagi
31 Siap pulang
32 Tiba di rumah
33 Salah paham
34 Kemarahan Nada
35 Panik
36 Kejutan
37 Pesta
38 Malam kedua
39 Perjanjian lagi
40 Lunara hamil
41 Memanfaatkan perjanjian
42 Lebah jantan
43 Terbongkar
44 Membujuk Arini
45 Diary yang terlupakan
46 Membereskan semua kenangan
47 Bukan upah, tapi tumbal
48 Menuntaskan masalah
49 Di balik kotak putih
50 Puaskan aku
51 New York
52 Mengagumi
53 Di rumah Tuan Billy
54 Lucinta dan Lunara
55 Mulai misi
56 Pulang
57 Terjawab
58 Hari pertama sekolah
59 Cemburu
60 Ulah Kemal
61 Orang misterius
62 Sandiwara dimulai
63 Salah terka
64 Peperangan
65 Kemenangan Mirza
66 Mengejutkan
67 Sadar
68 Hamil?
69 Pulang
70 Ingin menjauh
71 Kekesalan Mirza
72 Kembar tiga
73 Ngidam konyol
74 Tusukan
75 Rencana pembalasan
76 Menemukanmu
77 Memaafkan
78 Tiba di rumah nenek
79 Membongkar jati diri
80 Ternyata
81 Salah lagi, kan?
82 Pusat perhatian
83 Terkena imbas
84 Diare karena sabalak
85 Berkenalan
86 Lagi-lagi salah
87 Minta bantuan
88 Ngidam belanja
89 Veronika
90 Rencana Mirza untuk Meyzin
91 Jejak Veronika
92 Makam Veronika
93 Lamaran dadakan
94 Menemukan Liontin
95 Bau terasi
96 Bukti baru
97 Penyesalan Meyzin
98 Balas dendam
99 Menutupi jati diri
100 Menerima
101 Ikut pulang
102 Terluka lagi
103 Bertemu Veronika
104 Penolakan Mirza
105 Bumil sensitif
106 Tuduhan Ayla
107 Dinner sambil kerja
108 Nyonya Alvero
109 Tidak setuju
110 Hukuman
111 Setuju
112 Hanya mimpi
113 Kemarahan Ibu Negara
114 Tertunda
115 Melahirkan
116 Keseharian Mirza
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal mula
2
Membuat surat perjanjian
3
Pilihan dari Mirza
4
Pelecehan
5
Pernikahan
6
Mabuk
7
Salah
8
Terpengaruh
9
Melawan
10
Pil KB
11
Ternodai
12
Luka dalam
13
Lemas
14
Pingsan
15
Pergi
16
Penyesalan
17
Kemal
18
Penyesalan
19
Membatalkan
20
Hadirnya kehangatan
21
Mencari bukti
22
Membeli mainan
23
Tidur bersama
24
Hukuman baru
25
Hasil tes DNA
26
Penyesalan Mirza
27
Kedatangan kakak
28
Kemarahan kakak Mirza
29
Hukuman
30
Bertemu lagi
31
Siap pulang
32
Tiba di rumah
33
Salah paham
34
Kemarahan Nada
35
Panik
36
Kejutan
37
Pesta
38
Malam kedua
39
Perjanjian lagi
40
Lunara hamil
41
Memanfaatkan perjanjian
42
Lebah jantan
43
Terbongkar
44
Membujuk Arini
45
Diary yang terlupakan
46
Membereskan semua kenangan
47
Bukan upah, tapi tumbal
48
Menuntaskan masalah
49
Di balik kotak putih
50
Puaskan aku
51
New York
52
Mengagumi
53
Di rumah Tuan Billy
54
Lucinta dan Lunara
55
Mulai misi
56
Pulang
57
Terjawab
58
Hari pertama sekolah
59
Cemburu
60
Ulah Kemal
61
Orang misterius
62
Sandiwara dimulai
63
Salah terka
64
Peperangan
65
Kemenangan Mirza
66
Mengejutkan
67
Sadar
68
Hamil?
69
Pulang
70
Ingin menjauh
71
Kekesalan Mirza
72
Kembar tiga
73
Ngidam konyol
74
Tusukan
75
Rencana pembalasan
76
Menemukanmu
77
Memaafkan
78
Tiba di rumah nenek
79
Membongkar jati diri
80
Ternyata
81
Salah lagi, kan?
82
Pusat perhatian
83
Terkena imbas
84
Diare karena sabalak
85
Berkenalan
86
Lagi-lagi salah
87
Minta bantuan
88
Ngidam belanja
89
Veronika
90
Rencana Mirza untuk Meyzin
91
Jejak Veronika
92
Makam Veronika
93
Lamaran dadakan
94
Menemukan Liontin
95
Bau terasi
96
Bukti baru
97
Penyesalan Meyzin
98
Balas dendam
99
Menutupi jati diri
100
Menerima
101
Ikut pulang
102
Terluka lagi
103
Bertemu Veronika
104
Penolakan Mirza
105
Bumil sensitif
106
Tuduhan Ayla
107
Dinner sambil kerja
108
Nyonya Alvero
109
Tidak setuju
110
Hukuman
111
Setuju
112
Hanya mimpi
113
Kemarahan Ibu Negara
114
Tertunda
115
Melahirkan
116
Keseharian Mirza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!