Pelecehan

Arini menatap penampilan Haira dari atas hingga bawah. Dalam hati berkata jika wanita itu adalah calon pembantu di rumah sang kakak. 

Mirza kembali menaiki tangga menuju lantai dua. Membiarkan Haira yang masih dalam kebingungannya. Tak tahu mau kemana, semua orang yang ada di rumah itu hanya cuek dan tak menyambut kedatangannya. 

Ia bukan seperti mempelai yang disambut hangat, namun bak pengemis yang kesasar. Tak tahu arah dan tempat yang akan ia kehendaki. Ingin bertanya, ia pun tak mengenal siapapun, satu-satunya orang yang berinteraksi dengannya pun sudah pergi. 

Arini berjalan lenggang menghampiri Haira yang masih mematung di tempat. 

"Kamu siapa?" tanya Arini ketus. Memutari tubuh Haira yang lebih pendek darinya. 

Melihat penampilannya yang kampungan  saja sudah menjijikkan membuat Arini mual dan geli. Apalagi Mirza, pasti tidak akan sudi mendekatinya. 

"Saya calon istri Tuan Mirza," jawab Haira lantang, bahkan tak hanya Arini yang mendengar, beberapa pelayan yang ada di sekelilingnya pun ikut menghentikan aktivitasnya. Memastikan apa yang mereka dengan dari bibir ranum Haira. Mengejutkan, mana mungkin Tuan Mirza yang terhormat memiliki calon istri yang jauh di atas kriteria.

Arini bergelak tawa, menarik rambut Haira dari belakang hingga sang empu tersentak kaget. 

"Calon istri? Jangan mimpi kamu." Arini mendorong tubuh Haira. Melepaskan tangannya hingga gadis itu terhuyung dan hampir jatuh. 

Terus aku harus bilang apa, bukankah itu yang ada di tulisan tadi. 

Haira hanya mengucap dalam hati. Ia tak ingin memperkeruh suasana yang memang sudah mencekam. 

Salah satu pelayan paruh baya menghampiri Haira. 

"Nona silakan, saya akan tunjukkan kamar, Anda." 

Wanita itu berjalan diikuti Haira dari belakang. Meninggalkan Arini yang masih nampak kesal padanya. Tak mengelak jika rumah itu sangat mewah, namun sedikitpun tak ada kenyamanan di sana yang membuat hati Haira gelisah. 

Setibanya di depan sebuah ruangan, wanita itu menghentikan langkahnya. Membantu Haira membuka pintu. 

"Ini kamar, Nona. Silahkan masuk, semua barang-barang Anda sudah ada di dalam." 

Haira menyembulkan kepala. Matanya menyusuri ruangan yang lumayan luas. Benar saja, ia melihat koper miliknya sudah bertengger di sisi ranjang. 

Tempat apa ini, Ya Tuhan. Sebentar lagi aku terjebak pernikahan dengan Tuan Mirza, apa sebaiknya aku bicara lagi sebelum menikah. 

"Terima kasih, Bi," ucap Haira lembut. 

"Bi," panggil Haira sebelum wanita tadi menjauh. 

"Nama Bibi siapa?" tanya Haira. 

"Panggil saya Bi Enis, Nona."

Haira mengangguk lalu menutup pintu setelah bi Enis berlalu."

"Dari kemarin aku belum menghubungi nenek, pasti dia sangat  khawatir padaku."

Haira mengambil tas kecilnya lalu duduk di tepi ranjang. Merogoh benda pipihnya yang  jadul.

Akibat kecelakaan itu, layar ponsel Haira pun pecah, untung masih bisa dipakai, meskipun sedikit tak layak, ia tetap mempertahankan benda itu demi bisa berkomunikasi dengan keluarganya. Apalagi gaji bulan ini belum masuk, hingga ia tak bisa mengirim uang. 

Haira segera menghubungi Nenek Jubaida dan sang adik. 

"Halo, Ra," sapa nenek Jubaida dengan nada yang lemah. 

Mata Haira berkaca, ia tak sanggup mengatakan apa yang terjadi pada dirinya. Pasti nenek akan ikut merasakan apa yang ia rasakan saat ini. Terlebih tubuhnya yang sudah lanjut usia tak mungkin mampu mengemban beban pikiran yang berat. 

Haira menjauhkan ponselnya sejenak. Mengusap air matanya yang lolos membasahi pipi. 

Aku harus kuat, semua ini pasti berlalu dan aku bisa hidup dengan tenang bersama nenek dan Nada. 

Haira menempelkan benda pipihnya di telinga, menahan tangis yang hampir meledak. 

"Halo, Nek. Maaf aku tidak bisa menghubungi, Nenek." 

"Pasti kamu sibuk," sahut nenek Jubaida sambil tertawa renyah. 

"Nggak papa, Ra. Yang penting kamu sehat, jaga diri kamu baik-baik, nenek dan Nada akan selalu berdoa untuk kamu. Nanti hari ulang tahun Nada kamu bisa pulang, kan?" tanya nenek Jubaida. 

Pasalnya, Haira sudah berjanji akan pulang saat sang adik ulang tahun. 

Bagaimana ini, apa Tuan Mirza akan mengizinkanku. Ah bodo amat, itu urusan nanti, yang penting aku menjawab Iya supaya nenek lega. 

"Iya, Nek. Aku pasti pulang." 

Ceklek

Pintu terbuka lebar 

Haira hanya menoleh dengan ponsel yang masih terhubung dengan neneknya. 

Tubuh tinggi Mirza mematung di ambang pintu. Berjalan pelan menghampiri Haira. Merebut ponsel milik gadis itu lalu membanting nya hingga hancur berkeping-keping. 

Haira menatap nanar ponsel kesayangannya itu tergeletak tak berbentuk. Bagaimana ia bisa menghubungi neneknya jika benda itu remuk. Hanya itu satu-satunya jalan untuk mengurai rindu, namun kini sudah musnah. 

"Tu…Tuan, kenapa hp saya dibuang?" ucap Haira dengan bibir bergetar. Wajahnya pucat pasi. Ia menggeser duduknya saat Mirza terus melangkah mendekat. 

Mirza mengulurkan tangannya. Mencengkram rahang Haira dengan kuat. Mendekatkan wajahnya pada wajah gadis itu yang tampak meringis kesakitan. 

Saking dekat nya, Haira bisa merasakan hembusan nafas Mirza yang memburu.

"Kamu sudah menanda tangani surat perjanjian itu, artinya kamu tidak berhak ikut campur dengan apa yang aku lakukan." Melepaskan cengkeramannya. Menarik tubuh Haira ke tengah ranjang, lalu menghempaskannya dengan kasar. Kedua lututnya mengunci Haira hingga gadis itu tak bisa berkutik. 

"Tuan mau apa?" tanya Haira lirih. 

Mirza melepas sabuk yang melingkar di perutnya. Wajahnya pias dipenuhi dengan ambisi. Pergerakannya terlalu cepat hingga Haira tak bisa menghindar lagi, ia menerima begitu saja saat Mirza mengikat kedua tangannya ke atas. 

"Aku punya permainan untuk kamu, tenang saja."

Mirza meraba bagian dada Haira yang terlihat kembang kempis. Tertawa meledek saat gadis di bawahnya itu nampak semakin ketakutan. 

"Tuan, saya mohon jangan!" ucap Haira memohon, kakinya berusaha menendang-nendang. Namun percuma, Mirza sudah mengungkungnya dengan rapat dan tak memberi ruang untuk bergerak. 

Mirza melepas kancing baju Haira bagian atas. Menampakkan dada putihnya, bahkan penutup gunung kembar Haira yang berwarna hitam ikut terekspos. 

Kini Haira merasa hancur. Harga dirinya diinjak-injak. Hatinya bak terhimpit batu besar. Sakit, bahkan lebih sakit dari apapun saat Mirza melecehkannya. 

"Tuan, saya akan melakukan apa saja, asalkan jangan nodai saya," lanjut Haira di sela-sela tangisnya.

Mirza merobek semua baju Haira hingga tubuh gadis itu  hanya tertutup bra dan celana segitiga yang menutupi area sensitifnya.

Jemari Mirza merayap. Menyusuri setiap bagian lekuk tubuh Haira, hingga membuat sang empu menangis histeris. 

"Kamu sudah menghancurkan hidupku. Sekarang giliranku yang akan menghancurkan hidupmu," ucap Mirza penuh penekanan. Tangannya berhenti di paha Haira. 

"Ampuni saya, Tuan. Jangan lakukan ini!" Haira tak henti-hentinya memohon, berharap belas kasih pada Mirza yang kini menguasai dirinya. 

Mirza menyunggingkan bibirnya. Ia yakin Haira menganggap jika dirinya akan benar-benar menyentuh tubuh gadis itu.

"Kamu pikir aku akan menyentuhmu? Menjijikkan, bahkan sampai kapanpun aku tidak akan menjadikanmu istri sungguhan, aku hanya ingin membuat hidupmu hancur dan tidak punya masa depan," ujar Mirza turun dari ranjang. 

Haira mengucap syukur dalam hati, meskipun harga dirinya kini sudah direndahkan setidaknya kesuciannya masih bisa terselamatkan. 

Mirza membuka pintu tanpa melepas ikatan tangan Haira. Membiarkan gadis itu telanjang. 

"Kalian bantu dia ganti baju, pernikahannya akan dilangsungkan satu jam lagi," ucap Mirza pada seseorang yang ada di depan pintu. 

Terpopuler

Comments

Enny Kurniasih

Enny Kurniasih

/Frown//Grin/

2024-04-06

0

Sweet Girl

Sweet Girl

Yaaaa Nek... wong cuma ulang tahun ngapain nyuruh pulang Haira Nek...

2024-03-19

0

annethewie

annethewie

wes tuwek baca ginian mau nyabet penulisnya...tapi namanya jg imajinasi bebas mau buat apa juga. beda saat tarik napas kembali ke realita

2024-03-09

3

lihat semua
Episodes
1 Awal mula
2 Membuat surat perjanjian
3 Pilihan dari Mirza
4 Pelecehan
5 Pernikahan
6 Mabuk
7 Salah
8 Terpengaruh
9 Melawan
10 Pil KB
11 Ternodai
12 Luka dalam
13 Lemas
14 Pingsan
15 Pergi
16 Penyesalan
17 Kemal
18 Penyesalan
19 Membatalkan
20 Hadirnya kehangatan
21 Mencari bukti
22 Membeli mainan
23 Tidur bersama
24 Hukuman baru
25 Hasil tes DNA
26 Penyesalan Mirza
27 Kedatangan kakak
28 Kemarahan kakak Mirza
29 Hukuman
30 Bertemu lagi
31 Siap pulang
32 Tiba di rumah
33 Salah paham
34 Kemarahan Nada
35 Panik
36 Kejutan
37 Pesta
38 Malam kedua
39 Perjanjian lagi
40 Lunara hamil
41 Memanfaatkan perjanjian
42 Lebah jantan
43 Terbongkar
44 Membujuk Arini
45 Diary yang terlupakan
46 Membereskan semua kenangan
47 Bukan upah, tapi tumbal
48 Menuntaskan masalah
49 Di balik kotak putih
50 Puaskan aku
51 New York
52 Mengagumi
53 Di rumah Tuan Billy
54 Lucinta dan Lunara
55 Mulai misi
56 Pulang
57 Terjawab
58 Hari pertama sekolah
59 Cemburu
60 Ulah Kemal
61 Orang misterius
62 Sandiwara dimulai
63 Salah terka
64 Peperangan
65 Kemenangan Mirza
66 Mengejutkan
67 Sadar
68 Hamil?
69 Pulang
70 Ingin menjauh
71 Kekesalan Mirza
72 Kembar tiga
73 Ngidam konyol
74 Tusukan
75 Rencana pembalasan
76 Menemukanmu
77 Memaafkan
78 Tiba di rumah nenek
79 Membongkar jati diri
80 Ternyata
81 Salah lagi, kan?
82 Pusat perhatian
83 Terkena imbas
84 Diare karena sabalak
85 Berkenalan
86 Lagi-lagi salah
87 Minta bantuan
88 Ngidam belanja
89 Veronika
90 Rencana Mirza untuk Meyzin
91 Jejak Veronika
92 Makam Veronika
93 Lamaran dadakan
94 Menemukan Liontin
95 Bau terasi
96 Bukti baru
97 Penyesalan Meyzin
98 Balas dendam
99 Menutupi jati diri
100 Menerima
101 Ikut pulang
102 Terluka lagi
103 Bertemu Veronika
104 Penolakan Mirza
105 Bumil sensitif
106 Tuduhan Ayla
107 Dinner sambil kerja
108 Nyonya Alvero
109 Tidak setuju
110 Hukuman
111 Setuju
112 Hanya mimpi
113 Kemarahan Ibu Negara
114 Tertunda
115 Melahirkan
116 Keseharian Mirza
Episodes

Updated 116 Episodes

1
Awal mula
2
Membuat surat perjanjian
3
Pilihan dari Mirza
4
Pelecehan
5
Pernikahan
6
Mabuk
7
Salah
8
Terpengaruh
9
Melawan
10
Pil KB
11
Ternodai
12
Luka dalam
13
Lemas
14
Pingsan
15
Pergi
16
Penyesalan
17
Kemal
18
Penyesalan
19
Membatalkan
20
Hadirnya kehangatan
21
Mencari bukti
22
Membeli mainan
23
Tidur bersama
24
Hukuman baru
25
Hasil tes DNA
26
Penyesalan Mirza
27
Kedatangan kakak
28
Kemarahan kakak Mirza
29
Hukuman
30
Bertemu lagi
31
Siap pulang
32
Tiba di rumah
33
Salah paham
34
Kemarahan Nada
35
Panik
36
Kejutan
37
Pesta
38
Malam kedua
39
Perjanjian lagi
40
Lunara hamil
41
Memanfaatkan perjanjian
42
Lebah jantan
43
Terbongkar
44
Membujuk Arini
45
Diary yang terlupakan
46
Membereskan semua kenangan
47
Bukan upah, tapi tumbal
48
Menuntaskan masalah
49
Di balik kotak putih
50
Puaskan aku
51
New York
52
Mengagumi
53
Di rumah Tuan Billy
54
Lucinta dan Lunara
55
Mulai misi
56
Pulang
57
Terjawab
58
Hari pertama sekolah
59
Cemburu
60
Ulah Kemal
61
Orang misterius
62
Sandiwara dimulai
63
Salah terka
64
Peperangan
65
Kemenangan Mirza
66
Mengejutkan
67
Sadar
68
Hamil?
69
Pulang
70
Ingin menjauh
71
Kekesalan Mirza
72
Kembar tiga
73
Ngidam konyol
74
Tusukan
75
Rencana pembalasan
76
Menemukanmu
77
Memaafkan
78
Tiba di rumah nenek
79
Membongkar jati diri
80
Ternyata
81
Salah lagi, kan?
82
Pusat perhatian
83
Terkena imbas
84
Diare karena sabalak
85
Berkenalan
86
Lagi-lagi salah
87
Minta bantuan
88
Ngidam belanja
89
Veronika
90
Rencana Mirza untuk Meyzin
91
Jejak Veronika
92
Makam Veronika
93
Lamaran dadakan
94
Menemukan Liontin
95
Bau terasi
96
Bukti baru
97
Penyesalan Meyzin
98
Balas dendam
99
Menutupi jati diri
100
Menerima
101
Ikut pulang
102
Terluka lagi
103
Bertemu Veronika
104
Penolakan Mirza
105
Bumil sensitif
106
Tuduhan Ayla
107
Dinner sambil kerja
108
Nyonya Alvero
109
Tidak setuju
110
Hukuman
111
Setuju
112
Hanya mimpi
113
Kemarahan Ibu Negara
114
Tertunda
115
Melahirkan
116
Keseharian Mirza

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!