“Sialan! Awas aja bakal gue balas kalian bajingan!” umpat-Nya saat telah keluar dari markas geng Cobra. Nasib nya benar-benar sial, sangat memalukan.
Apalagi saat mendapatkan tatapan aneh, jijik dan tawaan dari orang-orang di jalan.
“ya tuhan. Orang gila dari mana itu!”
“Sayang sekali padahal masih muda tapi gila”
Berbagai macam bisikan terdengar dari orang-orang pejalan kaki, bahkan yang berkendaraan sempat berhenti melihat pemandangan memalukan itu.
“Hiks...mama tolong anakmu” rasanya ingin menangis kejar tapi kalo dilakukan orang orang makin berpikir dirinya benaran sudah gila.
Ditempat lain.
Tampak seorang remaja seumuran Alister menatap tajam teman-temannya atau lebih tepatnya mungkin anak buahnya.
“Bego, kenapa bisa kalian malah kabur tapi malah ninggalin si bodoh itu!” Remaja itu mengangkat kerah baju salah satu dari mereka dengan kasar lalu mendorong nya tak kalah kasarnya.
“Gue kan udah bilang dari awal kalian cukup buat bos mereka salah paham” Sentak nya sekali lagi.
“Lo gak usah marahin kita bos, mending Lo tanya aja sama Deran, gue yakin dia pasti udah lakuin sesuai perintah Lo, jadi Lo gak usah emosi an gini” Salah satu temannya menyahuti.
“Cari bocah itu, kalo dia masih belum kabur biarin aja sampe mampus sama anak-anak Cobra” Mendengar perintah bos nya, mereka segera pergi mencari Deran.
“Jadi bos, buat apa Lo buat rencana gini. Emang nya geng kita ada masalah apa sama anak Cobra” tanya salah satu teman nya.
“Ck, gimana sih Lo, bukan kemarin si bos udah cerita. Maka otak tuh di gunain bukannya bokep mulu dipikirin jadi mumet kan” Sentak cowok yang bernama Fandi memandang jengah temannya tersebut.
Yang dibilangin hanya mendengus, “So’uzon aja Lo, kapan coba gue liatin yang begituan, elo kali”
“Jimul, terus apa yang Lo download kemarin Hah! Cipokan” Sarkas Fandi ngegas.
Jimul, cowok itu hanya meliarkan tatapannya, “itu kan cuman adegan plus plus bukan apa-apa njiim” sama aja kali masih belum ngaku nih anak.
“bukannya Lo bilang anak yang hajar Lo waktu itu ternyata ketua geng Cobra ya” Sengaja Jimul mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin tuduhan fakta Fandi.
“Itu tau ngapain masih nanya, geblek” Cetus Fandi yang hanya dibalas cengiran bodoh oleh Jimul.
Remaja yang di panggil bos melirik jengkel Jimul, entah kenapa ia bisa memiliki teman bodoh seperti nya.
“Mending lo beresin sampah Lo daripada gue tonjok Lo sampe masuk kuburan!” ujar remaja bernama lengkap Teo Darius Amorrie, si cowok garang, pemarah dan kasar, pemimpin geng Dragon tersebut.
“Kok gue sih bos, Fadil juga ikutan” Jimul protes.
“Enak aja. Gue gak ikutan yah, cuman Lo sama Pino”
Pino yang sedari tadi main ponsel seketika menoleh mendengar namanya di sebut.
“lo gak liat gue lagi ngapain sedari tadi, fitnah Lo. Ingat fitnah itu lebih besar dari pembunuhan!”
“Kapan gue fitnah Lo Pinokio, kenyataan nya gitu, gue liat sendiri. Pantasan nama Lo Pinokio kerjaan bohong mulu”
“nama gue cuman Pino anjiim bukan pinokio, enak benar Lo ubah nama keren gue” Fadil mencibir keren dari mana yang ada aneh.
“Bisa diam kan kalian, makin puyeng gue dengar bacotan kalian!” Sentak Teo yang sudah emosi, sudah moodnya buruk ditambah mendengar keributan mereka membuat mood nya makin mumet.
“sudahlah, sebelum beres awal kalian bisa pulang, gue hajar satu satu!” Garang banget bos Dragon ini. Tapi itulah yang membuat anak-anak Dragon menakutinya. Jika keinginan nya tidak di turuti maka terima saja perlakuan kasar Teo.
☀️
☀️
☀️
Keesokan harinya.
Sepulang sekolah Azka bersama sahabatnya memilih mendatangi secara langsung markas anak Warriors, Mereka harus tau maksud penyerangan kemarin.
“Woy...keluar kalian!”
Di dalam markas Alister dan teman-temannya di kagetkan saat mendengar suara teriak tersebut.
“Kayak nya ada yang cari masalah paketu” Naufal heboh sendiri sembari menggulung lengan bajunya keatas.
“Gak udah gegaya Lo” Cibir Samuel, lalu mereka keluar saat melihat Alister telah pergi duluan.
Diluar anak-anak Warriors sudah menghadang Azka dan sahabatnya.
“Biarin gue masuk, ini urusan gue ama ketua kalian!” Sarkas Azka memandang songong mereka semua.
“Iya nih, kalo gak mau benjol pala Lo mending minggir!” Sahut Nano tak kalah sarkas nya.
“Wahhh...songong juga kalian!” anak anak Warriors saling ketawa maksud mengejek Azka dan Nano.
“Ada apa?!” Terlihat Alister berjalan kearah mereka dengan diikuti ketiga sahabatnya. Mereka seketika minggir melihat sang ketua.
“Ini ketua, mereka dateng dateng buat keributan mana songong lagi!” kata salah satu dari mereka.
Alister mengerutkan alisnya saat melihat siapa yang mereka maksud, anak nakal ternyata.
“Wahhh... bukannya Lo bocah itu yah, ada masalah apa Lo sama teman-teman Lo mampir kesini” Seru Naufal. Kenzi dan Samuel juga tak kalah bingung, gak ada angin gak ada hujan tumben sekali mereka kesini, mungkin bisa di bilang pertama kali.
“Emang ada masalah kalo gak mana sudi gue datang ke gubuk kalian!” Pedas sekali mulut Azka ini, gak tau apa ada iblis sedang tidur disana.
“Level berapa mulut Lo enak aja sebut markas keren kita gubuk...mau gelut Lo!” Samuel mengangkat lengan bajunya keatas.
“Napa gak terima Lo! Siapa takut, lo pikir gue takut human modelan Lo!” Azka mana mau digituin.
“Ayok” Saat mereka sudah melakukan ancang-ancang gelut terdengar suara dingin Alister.
“Jelaskan!”
“Wahhh...cocok nih temanan aman si kulkas” Cetuk Azka dengan sinis lalu melirik Bagas yang tampak hanya memasang wajah datar seperti tidak ada yang terjadi. Lio, Radit dan Nano malah memutar bola matanya males, bos nya ini tidak bisa serius apa.
“Bocah, Lo bisa to the poin kan. Sekarang jelasin maksud kedatangan Lo!” itu suara Kenzi yang sudah muak melihat perbacotan Azka sedari tadi.
“Eh... dimana-mana tuh kalo ada tamu harusnya Lo ajak masuk dulu baru tanya tanya” kata Azka sembari berkecak pinggang mana ngegas lagi.
“Gak liat kaki gue pegal berdiri sedari tadi mana haus lagi!” Seketika keempat sahabatnya tepuk jidat, lagian siapa suruh teriak-teriak.
“Lah itu sih derita Lo, sejak kapan juga Lo jadi tamu kita” Naufal masih kesal ternyata, sejak tadi dia mulu yang jawab.
“Bos” Lio menyenggol lengan Azka.
“Paan, gue lagi kesal ama mereka” Sewot Azka.
“Tapi gue benaran haus dah, kalian benaran gak mau nih tawarin gue minuman”
“Bukan bos gue!” Batin mereka bersamaan termasuk Bagas.
“Ogah!” Sekali lagi Naufal menjawab sedangkan yang lain hanya menjadi penonton.
“Masuk” Mereka memandang Alister heran, gak biasa nih anak ngajak orang asing masuk, walaupun mereka sudah kenal Azka tapi masih baru kenal belum dekat.
“Nah ini yang gue suka, walaupun rada dingin tapi like gue!” Dan dengan santai ia merangkul pundak Alister Walaupun harus sedikit berjinjit karena bagaimanapun Alister lebih tinggi darinya, lihat saja bahkan seperti tidak terjadi apa-apa.
Alister yang diperlukan seperti itu tak tau harus berkata apa, bukan apa? Ia itu paling tidak suka di rangkul begitu bahkan sahabat nya saja tidak pernah se berani itu.
“Yok bro!” Alister malah menuruti saja, entah apa yang merasuki pikiran seorang Alister mau nurut ama bocah tak tau malu itu.
“Njiir...berani banget tuh anak!” Samuel melotot lebar begitupun Naufal. Sedangkan Kenzi hanya cengo begitu pun anak-anak Warriors lainnya.
“tapi kok si paketu gak marah sih” Heran Naufal yang dibalas gelengan dari Samuel.
Tak jauh beda dengan Lio, Radit, Nano dan Bagas. Apa bos mereka sudah tidak waras. Bergaya seperti orang sudah akrab, padahal niatan awal ingin mengamuk tapi kenapa jadi gini sih.
“Gas, Lo sepikiran sama gue kan?” Radit menoleh kearah Bagas yang berada di sebelah nya.
“Emang Bagas tau apa yang Lo pikirin” Sahut Nano menautkan alisnya.
“Lah mana dia tau orang dia gak ngomong” Lio ikut nimbrung.
“Bodo” Bagas memilih berjalan mengikuti Azka yang sudah masuk markas Warriors duluan.
Ketiga remaja itu saling tatapan, “Kita juga ikutan masuk nih”
“Kayaknya gak usah deh”
“Tapi kalo sampe si bos di apa-apain gimana? Gue gak rela ya tubuh mulus dan suci si bos di sentuh ama makhluk modelan mereka” Protes Nano yang malah nyeleneh kemana-mana membuat mereka mengerutkan keningnya tak mengerti.
“Maksud Lo apa? Lo kira si bos homo”
“Lah bukan homo ogeb, maksud gue mereka, emang Lo tau mereka normal apa belok” emang nih otak Nano perlu di cuci.
“Dasar goblok! Otak lo perlu di servis kayaknya. Dah yuk masuk lama lama ikutan goblok juga gue” Lio segera menyusul Bagas.
“Salah gue dimana coba” Nano malah menunjuk dirinya sendiri dengan bodoh membuat Radit memutar bola matanya melas.
“pikirin aja sendiri!”
Nano yang ditinggal hanya menggaruk tengkuknya bingung.
“Njiir...gue ditinggal” Saat menyadari dirinya malah ditinggal.
BERSAMBUNG...
LIKE >> KOMEN >> VOTE >> FAVORIT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments