Nama : Azka Vincent Aldebaran
Berusia 18 tahun, putra yang dibuang Abraham Aldebaran hanya karena putra tirinya.
“Menarik” pria yang bernama lengkap Rafael Reindraen Anderson itu menyunggingkan senyuman nya sehabis membaca informasi tentang remaja yang menabrak mobilnya tiga hari yang lalu.
“Marko, awasi remaja ini untuk ku!” Titahnya tak terbantahkan.
“Baik tuan”
...
Di sisi lain, Azka bersama para sahabat malah asyik bernyanyi-nyanyi untuk menghilangkan rasa bosan mereka karena tidak ada guru yang masuk.
“ku yang dulu bukan yang sekarang” nyanyi Nano samberi memukul meja nya.
“Dulu di sayang sekarang malah ditendang” sahut Azka tak kalah kerasnya.
“Yuhu...asyik” Radit ikut menyahuti sambil menggulung buku belajarnya untuk dijadikan seperti mic dan malah dijabangi seluruh teman-teman kelasnya.
“Dulu dulu ku bahagia sekarang ku menderita!” Sambung Azka lagi menjadikan sapu sebagai mic nya yang malah terbawa suasana, sedikit.
“Hidupku dulu nya hanya seorang biduan pulang pagi malah bawa uang ratusan...” sahut teman-teman kelasnya.
“Eaaak...asyik!” Lio malah bersorak gembira tidak menyesuaikan arah lagunya sambil bergoyang-goyang seperti tak waras.
“Music nul” teriak Azka pada Abnul si ketua kelas yang malah ikutan tak waras.
“Siap bestie” balas Abnul lalu menghidupkan music.
“Di goyaang maasss...” semuanya ikut bergoyang baik cowok maupun cewek tanpa menyadari ulah nakal mereka membuat kelas sebelah terganggu bahkan sampai kedengaran ke kelas lainnya. Gimana gak kedengaran suara music nya keras banget, kelas 11 IPS2 emang kumpulan murid-murid no have akhlak.
Braakk
“IKUTI SAYA KERUANGAN BK SEKARANG JUGA!!”
...
Di ruangan BK.
Disini mereka sekarang hanya Azka dan para sahabatnya termasuk Abnul sebagai ketua kelas mewakili teman-teman kelasnya.
“Jadi siapa diantara kalian yang memulai duluan!” Vivi sebagai guru BK memandang tajam ke-lima anak nakal yang masih berdiri di hadapannya.
“Alangkah lebih baik nya bucan persilahkan kita duduk dulu atau kasih minum kek biar kita lebih rileks menjawab pertanyaan nye!” Kata Azka dengan santai nya tanpa ada rasa takut dan sopan sedikit pun.
“Benar tuh bu, seharusnya ibu sebagai tuan rumah menyambut seorang tamu dengan baik” Radit ikut nimbrung yang mana dianggukan oleh Nano, Lio, Bagas dan Abnul.
Tidak tau saja perkataannya itu membuat si empu makin marah, “DIAM”
“Asu!” umpat Azka.
“Berani kamu ngumpat di depan saya!” sedang Azka yang merasa hanya mengorek telinga dengan acuh.
“Salah kali bucan, mana ada saya ngumpat” mana mengelak lagi, emang dasar Azka.
“Dimana sopan santun kamu”
“Mana saya tau saya kan pangeran kodok” masih menjawab.
“Njiir...emang Lo mau jadi kodok bos” mereka malah tertawa ngakak, Abnul malah ikut-ikutan juga, kecuali Bagas hanya terkekeh.
Vivi sebagai guru tentu merasa tidak dihargai, sungguh kemarahan nya sudah atas ubun-ubun.
“Sabar Vi, ingat Lo harus bersabar ngeladani anak-anak bad seperti mereka!” Vivi terus menarik nafasnya berkali-kali lalu kembali dihembuskan.
“Inalilahi...sesak ya bucan” ucap Azka dengan gaya paniknya, pura-pura sih sebenarnya.
“Diam kamu, sekarang jelaskan kenapa kalian melakukan hal tadi! Apa kalian tidak memikirkan perbuatan kalian itu membuat kegiatan belajar kelas lain terganggu!” Sudahlah dia sudah tidak tahan lagi dengan anak-anak ini apalagi yang satu ini, membuat nya darah tinggi.
“Ah...itu bucan, kita benaran kagak dipersilahkan duduk nih” tanya Azka sekali lagi, emang no have akhlak nih anak satu.
“Iya Bu, pegal nih kaki kita” Nano mengerakkan kaki seperti kelelahan.
Sudah cukup.
“Saya tidak peduli, sekarang jawab pertanyaan saya! Dan siapa diantara kalian yang memulainya!” Azka malah terkikik melihat wajah merah ibu Vivi.
“Maaf bu, pertanyaan yang mana ya!” Dengan bodoh nya Nano malah bertanya balik membuat wajah Bu Vivi makin merah.
“ABNUL!” sudah percuma saja ia bertanya pada anak-anak kurang akhlak ini, guru saja masih di jahilin.
Abnul yang mendengar namanya disebut seketika terlonjak, “i-iya Bu dengan saya sendiri” sambil menyengir bodoh.
“Kenapa kamu sebagai ketua kelas malah ikut-ikutan, seharusnya kamu tegur mereka!” suara ibu Vivi langsung naik oktaf.
“Karna saya...”
“Ya karna Abnul sendiri yang mulai duluan Bu, karna kan ponsel dia sendiri yang ber music!” Potong Azka dengan cepat. Abnul tentu saja tercengang, “enak aja, bukan Bu saya cuman korban disini”
“kagak bu, disini kita yang jadi korban” bantah Azka yang malah di dukung keempat sahabatnya.
“Ck, benar bu, kita kan cuman anggota sedangkan dia ketua nya jadi sudah jelas siapa yang salah” saut Lio.
“Betul” Bagas yang biasanya diam malah ikut juga.
Abnul yang jadi bahan pembullyan seketika berteriak frustrasi, “Aarrhgg... ampunilah hamba mu ini Tuhan!” sambil bersujud seperti orang kehilangan semangat hidup. Bahkan ibu Vivi dibuat kaget, mungkin stress.
“Nah liatkan Bu, dia aja ngaku dosa nya”
“He’em...dah Bu, mending kita keluar aja ye, soalnya saya kasihan sama bucan” kata Azka. Vivi hanya diam.
“Yuk gusy...”
Lalu mereka menarik Abnul dengan tak elit nya keluar dari ruangan tersebut.
“SIAPA YANG MENYURUH KALIAN KELUAR!” Teriak Bu Vivi cetan membahana, sedang kan anak-anak nakal itu sudah lari terbirit-birit seperti dikejar setan.
Buk
“Njiir...siapa sih yang terok dinding sembarangan, pantat gemoy gue jadi tepos kan!” pekik Azka menggerutu kesal sambil berdiri mengusap-usap pantat gemoy nya yang habis mencium lantai.
“EHEM!”
“Eh...kok ada suaranya” dengan pelan mengangkat kepalanya untuk melihat dan seketika matanya melotot melihat siapa didepan.
“Demi kolor ternyata elo lobster gue pikir beton tadi!”
“Ngapain Lo lari-lari kayak dikejar hantu!” tanya Alister dengan muka datarnya sembari bersedekap dada menatap tajam adik kelas nya tersebut. Sebenarnya ia kesal di panggil lobster tapi memilih diamkan saja.
“Bukan hantu asu tapi bucan” mana ngegas lagi jawab nya, Alister hanya menaikkan alisnya bingung siapa yang dimaksud anak ini.
“AZKA KEMBALI KAMU!”
“Njiir ternyata gue dikejar, dasar bucan gak capek apa!” tanpa ba-bi-bu lagi ia kembali berlari menghindari kejaran bu Vivi.
“Apa kagak capek tu ibu-ibu” awalnya ia pikir kagak bakal dikejar ternyata tidak sesuai pikirannya. Mana larinya juga cepat lagi.
“Kenapa juga harus gue sih” sedangkan para sahabatnya ia tidak tau karena pas keluar BK tadi mereka malah ke pisah mungkin karena panik.
Sekarang ia hanya bisa mengumpati para sahabatnya, bukannya mereka tapi semua teman sekelasnya.
Alister sekarang mengerti siapa yang dimaksud Azka, ia hanya geleng-geleng kepala, lalu melanjutkan langkahnya ketempat para sahabatnya yang berada di basecamp di bagian belakang sekolah.
☀️
☀️
☀️
Azka memilih berhenti, Lagian tuh ibu-ibu betah banget ngejar nya sejauh ini.
“Hosh...hosh... ternyata capek juga lari-larian” sembari berjongkok mengatur nafasnya. Lalu melirik ke belakang, “aman” saat tak melihat batang hidung bu Vivi.
“Enaknya yang dingin-dingin nih tapi kagak mungkin gue balik ke kantin” lalu memilih tiduran di atas rumput tersebut, tidak peduli seragam sekolah nya akan kotor. Posisinya sekarang ia berada di taman belakang sekolah. Tidak dengan para sahabatnya itu entah dimana.
...
Cklek
“Ngapain, lama amat Lo!” Kenzi, lengkap nya Kenzi Fachrul Abimayu salah satu sahabat Carlos sekaligus Wakil ketua Geng Warriors.
Al yang baru sampe memilih duduk disalah satu sofa tunggal dan menjawab, “ketemu bocah”
“Bocah, siapa?” Dia Samuel, lengkapnya Samuel Drax Fransisco, juga sahabat Al sekaligus inti Geng warriors.
“Azka”
“Oh...anak itu, emang ada apa? tumben Lo ketamuan ama dia” Samuel mengangguk dan bertanya dengan rasa penasaran.
“Kepo lo! Dia kan katemu gebetan wajar dong” Dia Naufal, lengkap nya Naufal Dary Regantara, sahabat Al dan juga inti nya Geng Warriors.
“Lo bilang paketu belok njiir!” Samuel mengeplak pala sahabatnya itu, suka sekali ngomong gak benar mana orang nya si paketu lagi.
“Wahh...parah Lo, ngeplak sih boleh tapi kagak usah pala gue juga njiir”
“Bacot!” Kenzi mengarahkan jari tengah nya pada mereka, ****!
Sedangkan, Al hanya melirik mereka males, lalu memilih memejamkan matanya, mending tidur daripada meladeni bacotan mereka, gak penting.
Begitu lah Al, orang nya cuek banget tapi kagak datar-datar amat sih, ngomong nya juga tidak terlalu irit amat. Tapi kalo sudah marah mah jangan dilawan, ngeri banget.
BERSAMBUNG...
LIKE >> KOMEN >> VOTE >> FAVORIT
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments