Keesokan harinya.
Azka yang baru keluar langsung saja mendapatkan tamparan keras, bagaimana tidak ayahnya yang selama ini memberikan luka begitu banyak sekarang malah menambah rasa kekecewaan mendalam baginya.
“A-yah, K-kenapa?!” Mata Azka berkaca-kaca, sungguh dia tidak ingin seperti ini. Ayahnya begitu tega mengusirnya, membuangnya hanya karena anak tirinya.
Pandangan Abraham tetap sama tidak pernah berubah sama sekali. “Apa kau tidak mendengar perkataan ku Hahh! Mulai sekarang kau bukan putra ku lagi, saya tidak sudi memiliki putra berandalan seperti mu...”
“Lebih baik kau pergi dan jangan pernah datangi rumah ini lagi!” Bagaimana di sambar petir disiang bolong saat mendengar semua kata-kata yang keluar dari ayah kandungnya sendiri. Apa segitu bencinya ayahnya pada nya sampai melihat wajah nya saja tidak sudi. Apa segitu sayangnya ayahnya pada anak tirinya itu sampe anak kandung sendiri di buang.
“A-yah...”
“Stop panggil saya dengan sebutan itu lagi! Saya bukan ayahmu, ingat itu! Sekarang juga pergi kau dari sini, sudah muak saya melihat wajah berandalan mu!” Bahkan Abraham menunjuk kan jalan keluar untuk Azka, mengingatkannya.
Azka hanya memandang ayahnya sendu, berbagai luka tersimpan di netra tersebut. Sesaat kemudian, ia memaksakan tersenyum pada sang ayah sambil berucap, “Baiklah kalo itu keinginan ayah, aku pasti akan pergi dan enggak akan kembali lagi...tapi Azka mohon izinkan untuk sekali ini saja Azka peluk ayah!” Ia juga tidak melihat kedua makhluk astral itu, mungkin ngumpet kali sambil ketawa-ketawa karena berhasil membuat nya terusir.
Entah kenapa saat mendengar suara bergetar Azka dan permintaan itu membuat hatinya sakit tapi dia malah menutupi nya, dia tidak akan pernah membiarkan itu terjadi.
“Sudah saya bilang jangan panggil ayah lagi, dan satu lagi jangan bermimpi kamu menyentuh saya!”
Jedaaar...
Ah ternyata memang sudah tidak gunanya lagi, Azka hanya tersenyum kecut.
“Oh...satu lagi jangan harap kau membawa fasilitas apapun dari saya!” Azka hanya diam, dia juga tidak akan membawa apapun selain pakaian di badannya serta motor nya karena itu ia beli uang hasil balapan bukan milik ayahnya.
“Anda tenang saja saya tidak akan membawa satu pun fasilitas dari anda” Setelah itu, Azka keluar dan membawa motornya pergi dari rumah besar tersebut, padahal sangat banyak kenangan saat masih bersama Ibunda nya dulu. Tapi sekarang lupakan saja, karena ibunda tetap tidak akan pernah terlupakan.
Selama mengendarai motor pikiran nya tidak terlalu fokus terkadang hampir saja dia menyenggol pengendara lain. Tepat saat akan berhenti di lampu merah, motor nya tidak sengaja menabrak sebuah mobil mewah di depan.
“Shiit...!” Azka hanya bisa mengumpat dalam hati, ia yakin sebentar lagi pemilik mobil bakal mengomel dan lebih parahnya lagi minta ganti rugi.
Tapi saat lampu telah berganti hijau orangnya tidak keluar juga dan itu membuat Azka lega. Lagian cuman penyok dikit nggak parah benar.
“Tuan apa perlu saya hentikan pengendara motor itu!”
“Tidak perlu” Jawab si tuan mobil, namun tatapan nya menyiratkan sesuatu saat melihat motor sport hitam melewati mobilnya, ia yakin itu motor yang menabrak mobilnya.
“Cukup cari tau siapa orangnya!”
“Baik tuan”
☀️
☀️
☀️
Azka yang telah sampai didepan apartemen milik almarhum Ibunda nya sama sekali tidak tau jika dirinya sedang dicari tau, entah apa yang terjadi padanya nanti tidak ada yang tau. Tapi doa kan saja tidak hal buruk, sudah cukup dia diperlakukan buruk oleh ayahnya sendiri.
“Hahh...udah lama gue enggak kesini” Selesai memakirkan motornya, Azka membawa langkah nya untuk memasuki apartemen tersebut.
Tidak tau saja para sahabatnya sudah mengkhawatirkan nya sejak kemarin malam, bahkan mereka tidak niat masuk sekolah gara-gara memikirkan Azka.
“Gimana kalo sekarang kita susul kerumah bokap nya, gue yakin tuh anak disana!” kata Radit memberi saran.
“Iya, gue setuju” Nano mengangguk setuju, anak itu sudah mulai baikkan.
“Oke, gini aja sekarang mending Lo tanya ama Fano, mungkin dia lagi sekolah, biar gue sama Bagas kerumah bokap nya!” kata Lio yang disetujui Nano dan Bagas.
“Yaudah, coba gue telpon dulu” Radit mengeluarkan ponselnya buat menghubungi Fano yang mungkin berada disekolah nya.
“Ck, nggak diangkat”
“Mending kita kesana aja, biar lebih pasti!” sahut Nano.
“benar tuh, gue sama Bagas duluan!” Lio dengan Bagas menaiki motor mereka masing-masing dan melesat pergi.
“bentar gue pamit ama nyokap luan, nanti kena omel lagi gue!” Ya, sekarang mereka berada di rumah Nano. Radit hanya mengangguk.
“Dah yuk” ajak Nano setelah selesai pamitan pada macannya.
“nanti kalo udah ketemu Azka, jangan lupa bawa kesini ya no, mama rindu!” teriak mamanya dari dalam.
Nano yang sudah naik motor hanya meringis mendengar nya, “Iya ma...” balasnya tak kalah keras nya. Ia juga terkekeh mendengar kata rindu dari si mama.
“Ck, Lo mah sama aja sama emak Lo” Degus Radit.
“Jelaslah diakan emak gue, gimana sih Lo!”
Radit hanya melongos, lalu langsung saja melesat mendahului Nano. “Si anjiiir main tinggal aja!”
...
Sedangkan di sisi lain, Azka tampak sibuk membereskan dan membersihkan apartemen nya karena sudah banyak debunya. Wajar lah sudah hampir setahun ia tidak kesana.
“Hufff... ternyata melelahkan juga!” desahnya saat telah menyelesaikan pekerjaannya sambil mendudukkan bokongnya diatas sofa kecil disana.
“Berarti nama gue cuman Azka Vincent dong, nggak ada marga si raham lagi!” ucap nya saat mengingat hal tersebut. Sedetik kemudian, ia tersenyum miring saat mendapatkan sebuah ide.
“Heh...gimana kalo gue tambah sendiri aja, kan bagus tuh!”
“Hmm...Azka Vincent Reymond, keren juga nama gue!” Azka tertawa ngakak sambil jingkrak-jingkrak sendiri mungkin siapa pun melihat akan berpikir sudah gila.
“bunda dengar kan sekarang nama Azka Vincent Reymond” serunya pada figura foto Ibunda yang tergantung di dinding, ya emang ia sengaja meletakkan disana biar selalu melihat ibundanya.
“Bunda pasti kecewa dan marah banget sama ayah kan, sama Azka juga bahkan Azka lebih sakit...Azka ngerasa in semuanya! Lelaki yang bunda cintai, lelaki yang penyayang dulunya udah enggak ada lagi bunda! Ayah Azka udah enggak ada lagi, ayah Azka udah mati!” Menyandarkan kepalanya pada figura besar tersebut sambil tersenyum sendu.
“Seandainya bunda masih ada, pasti enggak bakal begini Azka pasti nggak ngerasain sakit ini! Bunda jangan marah ya dengar omongan Azka tadi, soalnya Azka udah terlalu kecewa sama ayah, dia bahkan udah buang putra bunda jadi Azka nggak salah dong bilang ayah udah mati!”
“Udah ya Bun, Azka mau mandi bentar udah dua hari enggak mandi!” Azka beranjak dari sana memasuki kamar mandi, pakaian juga ada disana hanya beberapa saja karena itu pakaiannya yang tertinggal dulu saat pernah tidur disana.
“Iya ya, gue baru ingat belum ngabarin mereka” ujar saat mengingat para sahabatnya, pasti mereka sedang mengkhawatirkan ia.
“Nih ponsel juga kemana sih” kesalnya saat tidak menemukan ponselnya dalam saku celananya, padahal kemarin ia masuk kesana.
“Kok enggak ada sih, ck...sial! pasti jatuh di gudang jahanam itu!” Azka menghentakkan kakinya saking kesalnya, mau balik kesana tidak mungkin. Jadi sekarang dia harus bagaimana, mana tuh ponsel ia beli mahal banget.
“Kalo belinya pakai uang si raham mah bodoamat aje, lah ini pakai uang gue sendiri, anjiiim!” Kan jadi terbuang sia-sia ponsel mahal nya.
“Harus ke markas kayaknya, padahal gue pen bogan” Gerutu nya dan melanjutkan langkahnya memasuki kamar mandi.
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
Da Hendra
next
2022-08-11
1