Jakarta 2 Tahun Lalu.
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Pesawat udara dari lombok tiba di bandara internasional Soekarno-Hatta pukul 8.15 wib. Aku bergegas mengambil bagasi dan keluar mencari Segara adikku yang datang untuk menjemputku.
Semalam aku tidak bisa kembali langsung selain sudah tidak ada penerbangan aku juga harus melimpahkan tanggung jawab pekerjaan pada manajer proyek.
"Ayah gimana?" tanyaku pad Gara adikku.
"Masih di ICU belum sadar," jawab Gara menatap lurus ke depan, fokus mengemudikan mobil.
"Kenapa bisa?"
"Gue juga gak tau mas, bunda belum mau cerita,,," Gara menghembuskan nafas pelan.
Aku memilih diam percuma juga bertanya pada adikku dia hanya di rumah saat waktu tidur selebihnya waktunya dia habiskan di luar rumah.
Tiba di rumah sakit aku langsung menuju ruang ICU di depan ruangan terlihat Bunda dan Anggun tengah duduk saling berpelukan.
"Bunda,,," aku mendekat memeluk Bunda.
"Mas,, ayah mas,,, ayah,,," air mata bunda luruh dalam pelukanku.
"Ayah jatuh mas, sekarang belum juga sadar," ujar bunda menangis tersedu, wajahnya terlihat kuyu.
Aku mengusap punggung bunda memberi ketenangan pada wanita yang telah melahirkanku.
"Galla lihat Ayah dulu ya Bun," aku mengurai pelukanku menghapus air mata di wajah bunda, menatap lekat wajah bunda matanya sembab dan terlihat pucat.
"Bunda bisa istirahat dulu, bunda pulang ya sama Anggun," aku melirik Anggun yang hanya berdiri salah tingkah menatap ku, Bunda pasti tak tidur semalaman.
"Ada Mas Galla sama Gara, Bunda pulang sama Anggun ya," Anggun mendekat mengusap bahu bunda.
"Bunda istirahat ya, Galla sama Gara yang akan jagain ayah," aku membujuk bunda karena bunda menolak untuk meninggalkan ayah.
"Bunda harus istirahat,makan dulu bund jangan sampai bunda sakit juga," celetuk Gara, aku melotot memperingatkan adikku, anak itu memang selalu begitu.
Akhirnya bunda mau pulang setelah aku dan Gara memastikan jika akan segera menghubungi bunda saat ayah tersadar nanti.
Setelah kepulangan Bunda aku meminta ijin pada perawat untuk menjenguk ayah ke dalam, meski tak ada yang bisa aku lakukan seenggaknya aku tahu keadaan ayah.
Ayah terbaring lemas dengan berbagi selang yang tersambung ke alat-alat medis tubuh pria yang menjadi panutan ku kini tak berdaya matanya terpejam rapat.
Aku duduk di sebelah ranjang ayah, menatap lekat pada tubuh yang terbaring, bertanya dalam hati apakah ada yang aku lewatkan tentang Ayah? Selama ini tak pernah ada keluhan atau cerita tentang kesehatan ayah dan bunda.
Atau aku yang memang terlalu sibuk dengan urusanku dan tidak memperhatikan orang di sekitarku,ayah, bunda, Aryo ya bahkan aku juga tak tahu bagaimana kabar Aryo putraku.
Seminggu sudah ayah terbaring belum sadarkan diri atas saran dari dokter dan kesepakatan bersama ayah akan dirujuk ke rumah sakit di Singapura.
Bunda dan Gara yang akan menemani ayah selama di rawat di sana, sementara aku bukan aku tidak mau tapi banyak urusan yang harus aku selesaikan di sini.
Aryo kembali kerumah kami karena di rumah bunda tidak ada siapapun, tadinya Anggun meminta ibu untuk datang ke Jakarta. Tapi aku melarang keras karena kondisi kesehatan ibu yang tidak memungkinkan.
Aku meminta Anggun sementara untuk mengajukan cuti untuk beradaptasi mengatur waktu antara pekerjaan dan Aryo.
Sebulan berlalu ayah sudah mulai sadar namun masih harus menjalani perawatan, Anggun juga sudah mulai bisa mengatur waktu antara pekerjaan dan Aryo.
Minggu depan aku memutuskan kembali ke lombok untuk meninjau ulang proyek yang hampir rampung, Hanin wanita itu sangat membantu dan bisa diandalkan.
"Kamu ke lombok sama perempuan itu mas?" Tanya Anggun saat aku mengatakan akan meninjau ulang proyek.
"Hanin namanya Hanin, dia memang berada di sana sejauh ini dia penanggung jawabnya kenapa?" aku menoleh pada wanita yang kunikahi delapan tahun lalu.
"Aku gak suka kamu deket sama dia," aku tertawa aneh rasanya mendengar dia mengatakan itu kenapa bisa dia tidak menyukai kedekatan ku dengan lawan jenis.
"Apa karena dia cantik? Aku tahu batasanku," ujarku.
"Iya mas tahu batasan mas, tapi perempuan itu,,,"
"Dia bekerja profesional dan dia bukan kamu," aku menutup koper ku. Menatap Anggun.
"Tidak semua orang seperti apa yang kamu pikirkan," ujarku meninggalkan Anggun.
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉.
Sebulan ini Aryo mulai tinggal bersama kami, harusnya aku senang karena bisa dekat dengan Aryo tapi aku merasa gak bebas seperti saat Aryo tinggal bersama Bunda.
Malam itu Bunda mengabarkan Ayah masuk rumah sakit karena jatuh dan tak sadarkan diri, aku di antar mbak Linda dan Richard menuju rumah sakit.
Seminggu kemudian Ayah dirujuk kerumah sakit di Singapura dan Bunda menemani ayah mau tak mau Aryo akan tinggal bersama kami.
Aku sempat meminta ibu untuk datang ke Jakarta tapi Mas Galla menolak keras, aku hanya beralasan saja tentu saja aku gak berharap ibu akan datang ke Jakarta, aku gak mau hidupku diatur oleh ibu.
Selama sebulan ini aku tidak pernah bertemu dengan Richard aku menceritakan keadaanku saat ini yang tidak memungkinkan untuk bertemu walaupun aku ingin.
Minggu depan Mas Galla akan pergi kembali ke Lombok bersama wanita itu yah aku masih tidak suka dengan wanita yang bernama Hanin, wanita yang diangkat Mas Galla menjadi manajer proyek.
Bagiku wanita itu ancaman, aku takut Mas Galla terjerat cinta oleh wanita itu bisa saja kan dari rekan kerja menjadi cinta seperti aku dengan Pak Riko dulu?.
Pagi ini setelah Aryo berangkat sekolah aku dikejutkan oleh kedatangan mbak Linda dan Richard.
"Kalian nekat,," ujarku mempersilahkan mereka masuk.
"Emang suamimu ada di rumah?" tanya mbak Linda.
"Baru pagi tadi terbang ke lombok," Ujarku.
"Kalian lanjutkan kangen-kangennya di dalam sana,," ujar mba Linda mencibir saat Richard memeluk ku.
"Mba Linda di sini atau?" tanyaku.
"Gue ada urusan nanti gue jemput," ujarnya berpamitan.
Kami melepas rindu diatas ranjang yang semalam aku tempati bersama Mas Galla, aku sempat protes dan mengajak Richard untuk ke apartemen mbak Linda saja tapi Richard memaksa katanya sudah satu bulan lebih.
"Sekali saja nanti kita lanjut di apartemen mbak Linda," ujarnya.
Setengah hari kami habiskan untuk saling melepas rindu dan berbagi kenikmatan tak cukup sekali karena nyatanya kami terlena dan aku lupa jika di rumah ini saat ini bukan hanya diriku saja.
Aku lupa waktu jika sudah bersama Richard aku lupa jika hari ini Aryo hanya bersekolah setengah hari saja.
Saat keluar dari kamar aku dikejutkan oleh tatapan menyelidik dari bocah yang memiliki tatapan tajam seperti Mas Galla.
"Om itu siapa? "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🎯aufaN⃟ʲᵃᵃ࿐
ga semua kaya kmu nggun😡
2022-07-04
0
Hayase °£
ya ampun Gun, inget anak dong. Emak lucnut km Gun. Maap ya Thor aku kesel sama Anggun 😁
2022-07-03
0
aniek mardiana
istri yang nggak bersyukur malah bandingin dirinya dengan wanita lain,woiii ingett kelakuann🤣🤣
2022-06-27
1