Jakarta 5 Tahun Lalu.
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉.
Setelah acara ulang tahun Aryo sikap mas Galla berubah kepadaku, Mas Galla menjadi lebih pendiam dan seperti menjaga jarak denganku.
Apakah mas Galla tahu apa yang aku lakukan di belakangnya? Aku harus mencari tahu tentang perubahan sikap mas Galla padaku.
"Mas nanti malam aku ada live di istana negara mungkin akan bermalam di bogor," pamit ku pagi ini, ini sebenarnya alasan ku saja karena Pak Riko memintaku ikut bersamanya.
"Oke aku akan ajak Aryo menginap di rumah bunda," ujarnya datar, tak seperti biasanya jika biasanya aku ada liputan keluar kota maka Mas Galla akan ikut serta atau menyusul bersama Aryo.
"Kamu gak ikut atau nyusul aku Mas?" Tanyaku keheranan.
"Gak aku lagi banyak kerja," menyudahi sarapan pagi ini.
"Kamu nanti di antar supir saja, aku ada meeting," perubahan Mas Galla sangat kentara tak biasanya dia meminta supir untuk mengantarkanku, aku semakin di buat cemas dengan sikap Mas Galla.
Setelah mobil Mas Galla meninggalkan rumah aku menghubungi Pak Riko memintanya untuk menjemput dirumah jadi aku gak perlu ke kantor lagi.
Di sini aku juga salah karena menikmati hubungan terlarang dengan Pak Riko, jujur di antara mereka Mas Galla dan pak Riko, Pak Riko paling bisa memanjakan dan memuaskan aku saat kami tengah bertukar saliva di atas ranjang.
Gila, aku memang Gila aku penghancur rumah tanggaku sendiri, dan aku menikmati semuanya, walau kadang ada perasaan cemas dan takut tapi sekali lagi dosa ini terlalu manis dan indah untuk ditinggalkan.
Pak Riko menjemputku ke rumah sengaja tak mampir dan langsung berangkat,karena kami akan memadu kasih terlebih dahulu sebelum pak Riko bertugas dan aku mengerjakan pekerjaan ku.
Mobil yang dikendarai pak Riko melesat menuju ke arah Bogor, acara liputan sebenarnya sore nanti. Kegiatan di luar kantor selalu kami manfaatkan untuk bisa saling memuaskan di atas ranjang.
Hubungan ini tertutup rapat hanya aku dan Pak Riko yang tahu karena ada hati yang harus kami jaga.
Menjelang makan siang kami tiba di sebuah hotel tak jauh dari istana negara,Pak Riko langsung membawaku masuk ke kamar ternyata dia sudah check in terlebih dahulu.
Dan siang yang cerah ini kami habiskan untuk saling memuaskan bertukar saliva dan mendesah di atas ranjang, aku terlena dan menikmati dosa ini.
Sudah hampir dua tahun aku terbuai dalam kubangan dosa rasa penyesalanku sirna, aku seperti wanita binal yang haus akan belaian.
Kadang aku yang meminta untuk dipuaskan oleh Pak Riko, karena jujur kehidupan ranjang kami hambar setelah acara ulang tahun Aryo.
***Jakarta 8 Tahun Lalu.
𝘼𝙉𝙂𝙂𝙐𝙉***.
Kisah rumah tangga yang sempurna antara aku dan Mas Galla hanyalah kisah di luar rumah, karena nyatanya hubungan kami semakin menjauh.
Aku gak pernah tahu apa yang terjadi dengan mas Galla, suamiku berubah menjadi dingin jika kami hanya berdua saja bahkan Mas Galla jarang tidur bersamaku.
Namun sikapnya akan menjadi hangat seperti dulu saat kami berkumpul bersama keluarga atau saat berada di depan Aryo.
Ya aku ibu yang payah buat Aryo aku bukanlah panutan buat putra semata wayangku, Aryo begitu dekat dengan mas Galla dan keluarganya.
Bahkan beberapa kali Aryo tinggal di rumah bunda saat aku sedang keluar gilanya, dengan dalih tugas luar kota.
Aku semakin terlena karena kemudahan yang aku dapatkan, suami yang jarang komplain, mertua yang mau aku titipkan anak.
Harusnya aku sadar, tapi aku makin terperosok dalam lembah kehinaan.
"Mas minggu depan kita pulang ke Solo ya," Mas Galla yang baru keluar dari kamar mandi menoleh kearah ku.
"Ada acara apa?" Tanyanya.
"Ibu kemarin telepon pengen ketemu Aryo," Ibu sudah 3 bulan ini menderita stroke ringan dan tidak bisa kemana-mana, bahkan Mas Galla menyewakan perawat untuk merawat ibu karena ibu tak mau dibawa ke Jakarta.
"Kamu berangkat dulu saja sama Aryo, aku besok pagi berangkat ke Surabaya," melangkah memasuki ruang ganti yang terletak di sudut kamar.
"Mas ke Surabaya berapa lama?" Aku mengikuti mas Galla menuju ruang ganti.
Tak biasanya mas Galla keluar kota mendadak seperti ini, bukan mendadak tapi baru memberitahu sekarang.
Aku rindu sosok suamiku yang hangat dan bermanja denganku, harusnya aku sadar kalo aku lah yang membuat keadaan seperti ini.
"Minggu depan aku menyusul ke Solo, kamu pergi saja dulu mau naik pesawat atau,,?"
"Aku sama supir aja," jawabku dan Mas Galla mengangguk pelan.
Nyatanya aku bukan berangkat dengan supir aku meminta Pak Riko mengantarkan ku, bahkan gilanya aku mengenalkan Pak Riko pada Aryo.
Putraku, anak yang ramah seperti mas Galla dulu, bahkan cepat akrab dengan Pak Riko.
Sampai Solo, pak Riko mengantarkan kami ke rumah ibu aku tahu ibu terkejut karena aku datang bukan bersama Mas Galla.
Namun saat aku jelaskan,kalau aku ada pekerjaan ibu hanya diam dan meninggalkan kami.
Aku menjadi anak dan istri paling durhaka aku membohongi semuanya.Pekerjaan adalah tameng buatku untuk bisa berduaan dengan pak Riko.
Hari kedua berada di Solo aku meninggalkan Aryo bersama ibu, aku mengatakan ada liputan dengan walikota Solo, ibu tahu kalau itu bukan pekerjaanku aku adalah staff bukan reporter, namun aku berdalih kalau aku membantu reporter.
"Kamu gak lagi ada masalah dengan Galla kan?" tanya ibu pagi ini, ibu hanya mengalami kelumpuhan beruntung ibu masih bisa berbicara karena stroke hanya menyerang badan ibu.
"Masalah?Nggak bu Mas Galla nanti nyusul kesini kok, pulang dari Surabaya nanti," ibu hanya diam apakah mungkin ibu merasakan kalo anaknya ini sudah bermain gila?
"Jangan sering-sering kamu ambil tugas, kamu sudah punya keluarga utuh, suami yang perhatian dan penyayang jangan sampai seperti ibu dan bapakmu," Aku menggenggam tangan ibu.
"Iya bu, Anggun juga lagi ngurus untuk pindah divisi," kalau ini aku jujur sepertinya aku harus pindah divisi untuk menghentikan kegilaan ini.
"Galla dan Aryo itu prioritasmu saat ini, jangan sampai kamu abaikan," nasehat ibu pagi ini dan aku bertekad akan mengakhiri semuanya aku sadar aku gak bisa terus seperti ini.
Sepanjang hari ini aku terlihat murung memikirkan nasehat ibu dan rumah tanggaku yang terasa hambar dua tahun ini.
"Pak sepertinya kita harus menyudahi semuanya," ujarku saat kami telah selesai memadu kasih.
"Yakin kamu mau menyudahi," pak Riko melirikku mencibir permintaan ku.
"Aku gak bisa pak, kita sudah melukai banyak hati," ujarku mendesah pelan.
"Kamu sudah siap saya kirim video kita ke suamimu?" ancamnya,ancaman sejak dulu selalu itu.
"Silahkan pak, karena aku sudah siap menerima konsekuensinya aku mau memperbaiki rumah tanggaku begitupun bapak," aku meraih tasku dan tanpa menoleh aku keluar dari dalam kamar.
Aku harus berhenti dan memulai dari awal aku harus meminta maaf pada Mas Galla dan menata kembali rumah tangga ini.
Keluar dari lift aku tersentak kaget, tubuhku menegang saat mendapati seseorang yang aku kenal berdiri di lobby hotel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Lusyana Ardhika
anggun oh anggun
2022-06-27
1
🎯aufaN⃟ʲᵃᵃ࿐
baru nyadar😂😂
2022-06-26
2
⸙ᵍᵏKᵝ⃟ᴸ🦎ᵏᵉʸ
wow.... 😱😱😱😱
2022-06-23
2