Jakarta 3 Tahun Lalu.
𝙎𝙀𝙉𝙂𝙂𝘼𝙇𝘼.
Proyek pembangunan tower provider di bukit di daerah Bogor memakan waktu cukup lama, kondisi cuaca saat ini menjadi kendala terbesar hujan disertai angin menyulitkan para pekerja merampungkan pekerjaannya.
Lokasi yang berada di atas perbukitan sulit dijangkau jika hujan turun, jalan setapak yang masih berupa tanah menyulitkan akses keluar masuk menuju lokasi belum lagi jika ada pohon tumbang.
Proyek ini memakan waktu cukup lama dari batas waktu yang diberikan mau tak mau kami harus bekerja ekstra untuk segera menyelesaikan semuanya.
Malam ini aku putuskan untuk bermalam di Bogor, bukan pilihan yang tepat karena kali ini ada dua wanita yang ikut memantau ke lokasi, tapi hujan deras yang mengguyur kota Bogor memaksa kami untuk melanjutkan pekerjaan esok hari.
Pagi tadi Suri ngotot untuk ikut, memastikan langsung yang terjadi di lokasi karena kata dia laporan operasional kacau karena proyek ini.
Seperti biasa Suri selalu bersama Hanindya, saat aku tanya kenapa harus Hanindya bukankah staf operasional banyak.
Jawabannya gak ada yang seasyik dan se pinter Hanindya, satu lagi gak ada yang secantik Hanin katanya lumayan buat cuci mata.
"Besok-besok kalau memang harus nginap info di awal napa Mas?" Gerutu Suri, kami tengah menikmati makan malam di hotel yang berada di kota Bogor.
"Gak ada yang ngajak lo buat ikut kan?" Jawabku acuh tak acuh melanjutkan makan malam.
"Kalau gue, gak ikut Mas gak puas sama laporan yang dikirim,banyak kejanggalan," ujarnya sembari mengunyah makan malamnya, sementara Rifat dan Hanin menjadi pendengar yang baik mendengarkan obrolan kami.
"Ya kan Han,," ujarnya mencari pembelaan, Hanin mengangguk mengiyakan ucapan Suri.
"Gue harus tahu kemana perginya biaya operasional yang membengkak, sial memang manager proyek lo Mas," bersungut-sungut kearahku. Proyek ini adalah salah satu proyek yang dananya diselewengkan oleh manajer proyek dan anak keuangan.
"Harusnya lo suruh dia ganti rugi dulu Mas bukan main pecat aja,"
"Kalau kayak gini susah kan kita,enak banget dia bebas gak ada tanggung jawabnya, " Suri masih terus mengungkapkan kekesalannya.
"Kayaknya lo harus cari ganti Mas, gue rekomendasikan Hanin sebagai manajer proyek gimana?" Hanin terbatuk-batuk saat namanya disebut Suri.
Aku memberinya segelas air karena posisi duduknya yang lebih dekat denganku.
"Uhuk,,, uhuk,,," dia masih terbatuk. Mengambil gelas diriku dan meneguk nya hingga tandas.
"Kenapa harus saya," ujarnya meletakan gelas yang sudah habis isinya.
"Karena lo bisa mengatasi semua ya gak sih,, ya kan Rifat,," Suri menyenggol lengan Rifat yang sejak tadi hanya menyimak dan menjadi pendengar yang baik tanpa berkomentar apapun.
"Ibu Suri, memangnya sudah siap ditinggal Hanin?" Rifat mengulum senyum melirik kearah Hanin.
Dan aku tidak menyukai lirikan mata Rifat pada Hanin.Apakah aku cemburu? Tentu tidak dan tidak boleh.
"Siap dong,, gimana Mas setuju kan?" jawab Suri menatapku.
"Nanti bisa kita diskusikan," Jawabku memundurkan kursi untuk beranjak, karena aku telah selesai menyantap makan malam ku.
"Sebaiknya kalian langsung istirahat besok pagi kita harus ke lokasi," ujarku sebelum meninggalkan mereka yang masih duduk menikmati makan malam.
Tiba di kamar hotel aku memilih membuka balkon kamar dan duduk menikmati dinginnya udara di Bogor.
Aku termenung memikirkan tentang pernikahan ku dan tentang rasa yang kini hadir di hatiku, rasa yang pernah ada saat dulu pertama kali aku bertemu Anggun.
Apakah rasa ini sama? Apakah aku selalu seperti ini terpesona pada pandangan pertama? Apakah aku sudah siap kembali membuka hati?
Namun tidak bisa di pungkiri Hanin memang mempesona dan dia bukan tipe wanita yang suka tebar pesona karena tanpa itu orang akan terpesona saat pertama kali melihatnya.
Senyumannya, tatapannya ahh sial- sial hanya membayangkan saja sesuatu dalam diri yang sudah lama padam kini berkobar kembali, aku lelaki normal yang memiliki gairah tinggi tapi itu dulu sebelum Anggun memadamkannya.
Aku segera menutup pintu balkon dan bergegas menuju kamar mandi, jangan sampai ada yang tahu akan hal ini. Jangan sampai ada yang tahu gairahku naik hanya karena membayangkan seorang wanita.
Sebagai pria normal aku juga butuh pelampiasan sayangnya tempat ku untuk melampiaskan tak senyaman dulu.
Kami melakukan hanya sebagai formalitas aku butuh tempat pelampiasan dan Anggun melakukan tugasnya sebagai istriku, brengsek memang tapi aku memang sudah mati rasa dengan Anggun gairah itu sudah padam jika bersama Anggun.
Bayangan Anggun mendesah di bawah lelaki lain selalu membuat ku jijik dan muak tapi aku butuh dia karena dia istriku, aku gak mau sembarangan melampiaskan hasrat ku pada wanita lain selain wanita yang halal aku sentuh.
Sudah cukup dulu aku terjebak dalam lingkaran setan, bermalam dengan banyak wanita terjerumus dalam kemaksiatan.
Sudah cukup aku merasakan semuanya dan kini aku adalah pria beristri , seorang kepala keluarga aku memiliki seorang anak yang menjadikan ku panutannya dan aku memiliki istri yang halal aku sentuh meskipun tak ada lagi gairah dan cinta di hubungan ini.
𝙃𝘼𝙉𝙄𝙉𝘿𝙔𝘼.
Setelah memberi kabar pada om Hardi aku bergegas menyusul Suri yang lebih dulu turun ke restoran, malam ini terpaksa kami menginap karena hujan deras yang turun sejak sore tadi.
Memasuki restoran yang berada di lantai dasar hotel tempat kami menginap aku berjalan menuju meja di mana Suri duduk bersama Pak Galla dan Rifat.
Aku duduk di sebelah pak Galla karena hanya kursi di sebelah pak Galla yang masih kosong, perasaanku canggung dan deg degan luar biasa.
Duduk berdekatan seperti ini membuat jantungku harus bekerja ekstra memompa aliran darah keseluruhan tubuh dan semoga saja pak Galla tidak mendengar degup jantungku.
Aku sama seperti wanita lain di kantor mengagumi pak Galla, atasan kami yang mempesona tapi kami hanya sekedar mengagumi bukan untuk memiliki karena kami tahu pak Galla adalah pria beristri.
Terlebih lagi berkali-kali istri pak Galla memberi peringatan padaku, padahal tak ada niatan sedikitpun untuk mendekati suaminya karena aku bukan Pelakor bukan perebut suami orang.
Bu Anggun wanita itu cantik dan sangat serasi bersanding dengan pak Galla, dia jauh lebih segalanya dari aku yang hanya seorang gadis dari kampung yang mengadu nasib merantau ke ibu kota.
Aku tak tahu apa yang membuat bu Anggun begitu membenciku bahkan di awal perjumpaan kami dengan lantang memperingatkan ku untuk menjauhi pak Galla.
Tanpa perlu diperingatkan aku juga tak pernah punya niatan untuk mendekati pak Galla, bisa bekerja di perusahaan ini saja sudah bersyukur,aku gak mau melakukan hal yang aneh-aneh seperti mendekati atasanku.
Meski mengagumi pak Galla bukan berarti harus memiliki kan? Aku masih tahu batasan ku dan pantang bagiku mengambil milik orang lain.
❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤
Terimakasih untuk yang sudah mampir baca.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Norainah Hani
marathon bacanya..
makasih kak thor..
Hanin, saya suka pikiranmu..mengagumi bukan berarti niat untuk memiliki..
2022-07-06
1
🎯aufaN⃟ʲᵃᵃ࿐
duh yg berdebar debar🤭
2022-07-04
0
Hayase °£
Bu Suri baik sama Hanin pi garang k Anggun. sesuai namanya ibu tiri ehh salah ibu Suri ya wkwkwk
2022-07-03
0