Dengan penuh amarah Alva langsung mencium bibir Disha dengan agresif. Disha berusaha melepaskan diri dari Alva namun Alva malah mendorong tubuh Disha hingga terlentang di ranjang dan langsung menindihnya.
"Alva...emp..."pekik Disha kembali dibungkam dengan bibir Alva.
Alva langsung mencium kembali bibir Disha dengan agresif seperti seorang musafir yang kehausan di Padang pasir sedang menemukan mata air.
Disha yang tidak mampu lagi melawan Alva pun akhirnya pasrah. Alva yang tidak lagi mendapatkan perlawanan pun akhirnya membuai Disha dengan lembut hingga tanpa disadari Disha, Alva telah melucuti pakaian mereka satu persatu tanpa berhenti membuai Disha .
Setelah Disha benar-benar terhanyut dalam permainannya, Alva pun segera memposisikan dirinya menghujam Disha dengan gerakan perlahan yang lama kelamaan bertambah cepat.
Disha mencengkeram kedua lengan Alva, menahan sakit di bagian intinya yang semakin bertambah seiring semakin cepatnya gerakan Alva.
Alva yang baru kali itu merasakan sebuah penyatuan pun tidak bisa lagi mengontrol dirinya. Semakin lama Alva bergerak semakin cepat hingga membuat Disha memekik menahan sakit di bagian intinya saat Alva menghujamkan senjatanya hingga sepenuhnya melesak ke dalam bagian inti Disha.
Disha mencakar punggung Alva bahkan mengigit pundak Alva, untuk meluapkan rasa sakit yang luar biasa saat benda itu masuk ke dalam intinya.Tanpa terasa buliran air bening itu keluar dari matanya.
Disha merasakan intinya penuh dan sesak oleh benda itu. Alva yang berhenti sejenak agar Disha tidak kesakitan. Alva kembali membuai tubuhnya dengan menjilat, menghisap dan meremas dua benda kenyal miliknya yang tergolong besar itu.
Disha yang terbuai pun tidak bisa lagi mengontrol suara yang keluar dari bibirnya saat Alva berlaku seperti seorang bayi kepadanya, hingga membuat Alva sudah benar-benar tidak tahan untuk mendiamkan senjatanya di dalam sarungnya yang terasa begitu sempit itu.
Alva pun perlahan kembali menghujamkan senjatanya dengan perlahan, merasakan sensasi nikmat jepitan, gesekkan dan cengkraman pada senjatanya yang tidak tertahankan hingga membuat Alva menggila mempercepat gerakannya, merengkuh kenikmatan yang begitu memabukkan.
Sedangkan Disha yang tadinya merasa sakit pada bagian intinya, lama kelamaan sakit itu hilang berganti rasa nikmat yang baru kali ini dia rasakan hingga tanpa sadar membalas semua yang dilakukan Alva padanya membuat mereka semakin tidak bisa lagi mengendalikan diri.
Alva dan Disha mencari kenikmatan yang lebih dan lebih hingga tubuh mereka sama-sama menegang mencapai puncak kenikmatan surga dunia yang sama-sama baru mereka rasakan.
Beberapa saat Alva berhenti untuk mengatur nafasnya kemudian kembali mengulangi pergulatannya untuk mencapai kenikmatan seolah tidak merasa lelah sedikit pun.
Malam itu Alva tidak merasa puas jika hanya melakukannya sekali. Karena keinginan nya yang sudah lama dia tahan, Alva melakukan penyatuan berkali-kali hingga mereka kelelahan dan tertidur dibawah selimut dengan tubuh polos tanpa sehelai benang. Memeluk erat tubuh Disha seolah takut kehilangan.
Suara burung berkicau bersahutan menandakan pagi telah tiba. Dua insan yang tertidur pulas itu pun akhirnya terbangun karena silaunya sinar matahari yang menembus celah-celah gorden jendela kamar yang tertiup angin.
Disha berusaha melepaskan pelukan Alva, hingga membuat Alva yang sebenarnya sudah bangun itu membuka mata.
"Kamu mau kemana sayang?"ucap Alva dengan suara serak khas orang bangun dari tidur, membuat Disha langsung menatapnya karena Alva memangilnya dengan sebutan sayang.
"Apa aku tidak salah dengar? Alien tukang maksa itu memanggil ku 'sayang' .?! Kenapa dia jadi manis sekali.?!"batin Disha bertanya-tanya.
"Sayang..?!!"panggil Alva lagi, membuat Disha tersadar dari lamunannya.
"Aku ingin membersihkan diri,"jawab Disha dengan wajah yang cemberut karena semalaman Alva membuatnya hampir tidak bisa tidur.
"Akan aku bantu,"tawar Alva beranjak untuk bangkit.
"Tidak perlu.!! Aku bisa sendiri,"ketus Disha.
"Kamu masih marah padaku?"tanya Alva melembutkan suaranya.
"Tidak usah sok perhatian, dan sok manis!!"sergah Disha yang melihat Alva berubah jadi perhatian dan manis padanya.
"Awhh.!!"pekik Disha saat mencoba berjalan dengan selimut yang membalut tubuhnya.
"Sudah aku bilang, biar aku bantu,"ucap Alva langsung mengangkat tubuh Disha dengan tubuh yang polos tanpa sehelai benang pun.
"Ini semua gara-gara kamu,"hardik Disha memukuli bahu Alva namun tidak dihiraukan oleh Alva.
"Aku akan membantu mu mandi,"ucap Alva menurunkan Disha dari gendongannya.
"Aku tidak mau.!!"hardik Disha langsung membalikkan tubuhnya membelakangi alva, membuat Alva menghembuskan nafas kasar.
"Tapi aku memaksa.!! Kamu tahu kan aku ini pria yang suka memaksa,"bisik Alva ditelinga Disha yang berdiri membelakanginya,membuat Disha bergidik ngeri.
"Apa dia punya kepribadian ganda? Sekarang sifat tukang maksa nya kembali lagi,"batin Disha.
"Aku tidak mau, aku malu jika kamu melihat tubuhku,"ucap Disha jujur.
"Kenapa harus malu, aku sudah melihat seluruh tubuhmu,"bisik Alva kemudian menjilat leher Disha.
"Alva...!!"hardik Disha menjauhkan tubuhnya dari Alva.
"Diam lah, atau aku akan membuatmu merasakan surga dunia di kamar mandi ini,"ucap Alva datar kemudian menyalakan shower.
"Ya Tuhan, kenapa sifatnya berubah-ubah hanya dalam waktu sekejap ?"batin Disha yang tidak mengerti sifat Alva yang sebentar manis, sebentar suka maksa dan sebentar kemudian jadi pemarah.
Akhirnya Disha pun pasrah saat Alva mulai menggosok tubuhnya dengan lembut.
"Tubuhmu sungguh menggoda, sulit bagiku untuk menahan diri jika bersamamu,"ucap Alva yang berdiri di belakang Disha. Menciumi leher Disha, sedangkan tangan Alva tiba-tiba sudah meremas dua benda kenyal milik Disha hingga membuat Disha mengeluarkan suara yang memancing hasrat Alva.
"Aku menginginkan mu lagi,"ucap Alva sengaja menggesekkan sesuatu yang sudah mengeras ke tubuh Disha.
"Alva henti.....achh..." ucap Disha tidak bisa lagi melanjutkan kata-katanya saat Alva sudah seperti bayi memainkan dua benda kenyal di dadanya hingga membuat Disha menjambak rambut Alva dan malah membenamkan kepala Alva di antara dua bukit kembar miliknya. Disha benar-benar kehilangan akal jika Alva sudah membuainya seperti itu.
Akhirnya Alva kembali menghujam tubuh Disha hingga membuat Disha meneriakkan namanya berkali-kali.
"Al....achh....Alva....."
"Kamu begitu nikmat sayang,"ucap Alva terus menghujam Disha dari belakang sambil sesekali mencium leher Disha dengan tangan yang sangat aktif mengelus serta meremas dimana pun yang dia suka.
Sedangkan Disha hanya bisa menikmati permainan Alva, menghadap ke dinding, menahan tubuhnya agar tidak menempel di dinding dengan kedua tangannya.
Alva bergerak semakin cepat hingga suara racauan mereka bersahutan sampai akhirnya mereka berhasil mencapai puncak kenikmatan.
Setelah puas akhirnya mereka sama-sama membersihkan diri. Setelah itu Alva langsung mengangkat tubuh Disha dan mendudukkannya di atas ranjang. Sekilas Alva tersenyum senang saat melihat noda darah yang ada di sprei diatas ranjang tempat mereka bercinta bukti bahwa dia adalah orang yang pertama bagi istrinya. Alva kemudian mengambil baju Disha dan baju untuknya sendiri.
"Biar aku pakai sendiri,"ketus Disha merebut pakaian di tangan Alva yang hendak di pakaikan padanya.
"Baiklah,"ucap Alva tanpa malu melepaskan handuk yang melilit di pinggangnya dihadapan Disha.
"Alien mesuum..!!!"pekik Disha langsung memalingkan wajahnya.
"Tidak usah malu-malu, bukannya kamu sudah melihat seluruh tubuhku? Bahkan kamu sudah merasakan bagaimana rasanya bercinta denganku,"ucap Alva sambil memakai pakaiannya.
'Alien.!!"pekik Disha merasa malu dengan ucapan Alva.
'Pakailah bajumu sekarang atau aku akan memakan mu lagi,"ucap Alva mulai mendekati Disha.
Tanpa berpikir panjang lagi Disha langsung memakai pakaiannya sedangkan Alva mencari sprei dalam lemari untuk mengganti seprei yang sudah kotor oleh noda darah dan noda bekas percintaan mereka semalam.
***
Di perusahaan Bramantyo.
"Riky, apa Alva belum juga menghubungi mu?"tanya Bramantyo yang yang terpaksa kembali menjadi presiden direktur di perusahaan karena Alva yang kabur dari penikahannya.
"Belum Tuan,"ucap Riky sambil menyerahkan dokumen yang di bawanya.
"Bagaimana dia hidup di luar sana tanpa uang?"gumam Bramantyo tapi masih bisa di dengar oleh Riky.
"Tuan Muda akan baik-baik saja walaupun tidak pulang selamnya, Tuan Besar. Saham yang dimiliki oleh Tuan Muda di dalam dan luar negeri melebihi kekayaan yang anda miliki,"batin Riky.
Riky adalah asisten pribadi Alva, dan mengetahui jika Alva memiliki banyak saham baik di dalam maupun di luar negeri karena selama ini Riky lah yang membantu Alva menyembunyikan semua yang dimiliki oleh Alva.
Dari kecil Alva suka menabung dan saat SMA Alva sudah mencoba membeli saham dengan uang jajan yang ditabungnya. Dan hasilnya, saham yang dimiliki Alva semakin banyak tanpa diketahui kedua orang tuanya.
"Tapi menurut saya memang lebih baik jika sementara waktu Tuan Muda berada di luar sana Tuan besar,"sahut Riky.
"Kenapa?"tanya Bramantyo.
"Biar tahu bagaimana rasanya jadi orang susah agar tidak seenaknya memecat karyawan Tuan Besar,"jawab Riky tanpa dosa.
"Maksud mu?"tanya Bramantyo tidak mengerti dengan kata-kata Riky.
"Selama saya bekerja dengan Tuan Muda, entah sudah berapa banyak sekretaris yang di pecat oleh Tuan Muda. Saya sampai bingung harus mencari sekretaris yang seperti apa. Nyari sekretaris perempuan, Tuan Muda tidak suka karena mereka selalu menggoda bikin jijik, kalau cowok kata Tuan Muda kurang luwes,"
"Saya jadi bingung, Tuan Muda mau mencari sekretaris atau penari mangkanya pengen nyari yang luwes. Apa saya carikan yang setengah laki-laki, setengah perempuan saja ya Tuan Besar.?!"curhat Riky panjang lebar.
"Pletakk,"kepala Riky di pukul dengan pena oleh Bramantyo.
"Sakit Tuan Besar,"keluh Riky mengusap kepalanya.
"Mangkanya kalau bicara jangan sembarangan.!! Berani-beraninya kamu mau mencari perempuan jadi jadian untuk sekretaris putra saya.!!"hardik Bramantyo.
"Saya capek bolak balik harus cari sekretaris untuk Tuan Muda,Tuan Besar,"sahut Riky lagi.
"Jika tidak ingat kamu itu bisa diandalkan dan satu-satunya asisten yang awet bekerja dengan putra saya, sudah saya pecat kamu. Cuma kamu yang berani mengeluh seperti itu kepada saya,"gerutu Bramantyo.
Riky adalah orang yang suka ceplas-ceplos dengan siapapun tidak pandang bulu, kadang pula omongannya begitu bikin orang geregetan. Namun jika orang yang dihadapinya dalam situasi marah, Riky tidak akan banyak bicara seperti saat Bramantyo marah karena Alva kabur kemarin. Riky hanya akan menjawab seperlunya saja.
Bagi Alva, Riky sangat istimewa karena kecerdasannya dalam menangani segala tugas yang diberikan, setia, bisa diandalkan dan dipercaya, karena itu Alva tetap mempertahankan Riky sebagai asistennya.
Selain itu hanya Riky yang mampu bertahan bekerja dengan Alva yang dingin, datar, dan tukang maksa itu.
"Peace Tuan Besar,"ucap Riky sambil mengacungkan jari tengah dan telunjuknya ditambah dengan senyum ala iklan pasta gigi di televisi.
"Jika mendengar ceritamu tentang alasan Alva memecat sekretarisnya seperti itu, berarti kamu harus mencari sekretaris yang cerdas, serba bisa, tidak banyak tingkah, dan tidak suka menggoda Alva,"
"Dengan begitu Alva tidak akan memecatnya. Beri denda pada kedua belah pihak kalau perlu jika salah satu dari mereka memutuskan kontrak kerja, biar kamu nggak bolak-balik nyari sekretaris,"ujar Bramantyo panjang lebar.
"Wah..itu ide yang bagus Tuan Besar,"sahut Riky tersenyum cerah.
***
Kembali pada pasangan pengantin baru.
Setelah kejadian malam pertama itu, Disha jadi tidak banyak bicara.Saat hari sudah malam dan Alva masih diluar kamar, Disha langsung mengunci pintu kamarnya. Alva yang akan masuk kedalam kamar pun tidak bisa membuka pintunya.
"Sayang, buka pintunya. Sayang..!!"panggil Alva dari luar kamar.
"Jika aku membiarkan mu tidur sekamar dengan ku, kamu pasti akan mengeksekusi ku tanpa ampun. Dan sialnya aku tidak bisa menolak apalagi melawan mu,"
"Aku merasa seperti berada di dalam kandang harimau kelaparan yang akan memakan ku kapan saja. Ya Tuhan... bagaimana caranya agar aku terbebas darinya?!"batin Disha.
"Sayang...aku salah. Tolong maafkan aku, buka pintunya ya?!"rayu Alva dari luar kamar.
"Aku tidak akan termakan dengan bujuk rayumu.Dasar buaya darat!!"batin Disha.
"Sayang, kamu boleh memarahi ku, kamu juga boleh memukul ku, tapi jangan mendiamkan aku seperti ini,"ucap Alva namun sama sekali tidak ada jawaban dari Disha.
"Mana aku percaya sama kamu, sikapmu itu terlalu cepat berubah,"batin Disha.
Alva yang tidak mendapat respon dari istrinya pun akhirnya pergi dari depan pintu kamar Disha kemudian masuk ke kamar yang pertama kali dia tempati.
Malam semakin larut dan tiba-tiba angin berhembus kencang, kilat mulai menyambar disusul dengan suara petir yang begitu memekakkan telinga, kemudian hujan pun turun dengan derasnya.
"Huh...kamar ini bocor lagi. Sekarang aku harus tidur dimana?"gumam Alva keluar dari kamarnya.
Alva berjalan mendekati kamar istrinya, mencoba membuka pintu kamar, tapi masih tetap terkunci dari dalam. Akhirnya Alva tidur di sofa usang yang ada di ruang tamu rumah itu.
Dini hari Disha keluar dari kamarnya. karena air minum yang ada di kamarnya habis.
"Plak...plak...."terdengar dari ruang tamu ada orang yang sedang menepuk nyamuk.
Disha berjalan perlahan kearah ruang tamu, terlihat di sana Alva yang tidur meringkuk, sesekali menepuk nyamuk yang mengigit tubuhnya.
"Aku lupa, pasti kamarnya bocor hingga dia tidur di situ,"batin Disha yang merasa tidak tega melihat Alva yang nampak tidak nyaman tidur meringkuk di sofa yang kecil.
"Al...!! Al..!! "panggil Disha.
"Sayang.."ucap Alva menatap istrinya kemudian segera bangun dari tempatnya berbaring.
"Masuklah ke kamar,"ucap Disha yang tidak tega melihat Alva tidur meringkuk, dikerubuti nyamuk. Kemudian Disha melangkah pergi ke dapur untuk mengambil air minum, diikuti Alva. Setelah minum Disha kembali masuk ke dalam kamarnya.
Disha menatap malas pada Alva yang berjalan mengekornya sampai masuk kamar dan menutup kembali pintu kamar.
Disha kemudian membaringkan tubuhnya di pinggir ranjang membelakangi Alva. Perlahan Alva ikut naik ke atas ranjang di sebelah Disha.
"Sayang..."
"Jangan sentuh aku.!!"hardik Disha memotong kata-kata Alva, menepis tangan Alva yang baru saja menyentuh lengannya.
"Maafkan aku sayang,"ucap Alva menghela nafas berat kemudian membaringkan tubuhnya di samping Disha. Tidak berani menganggu istrinya agar tidak bertambah marah.
"Aku benar-benar tidak mengerti dengan mahkluk ini. Apa dia ini benar-benar alien? Kenapa sifatnya terus berubah-ubah,"batin Disha.
Waktu terus bergulir, tapi Alva belum juga bisa terlelap, hingga akhirnya memberanikan diri untuk memeluk Disha yang membelakanginya.
"Kenapa aku merasa sangat nyaman saat memeluk mu? Aku begitu menyukai aroma tubuh mu. Aku benar-benar sudah gila karena mu. Aku tidak bisa menahan diri jika dekat dengan mu, tapi aku juga tidak bisa tidur tanpa memeluk mu. Mantra apa yang kamu rapalkan hingga aku bisa tergila-gila padamu?!"
"Sebelumnya aku tidak pernah tertarik dengan seorang wanita, tapi saat aku menyentuh dan melihat tubuhmu malam itu, aku benar-benar tidak bisa melupakannya,"batin Alva.
...🌟"Jangan terlalu berharap, nanti kecewa. Jangan terlalu benci nanti kamu cinta. Jangan terlalu mencinta, nanti kamu terluka."🌟...
..."Nana 17 Oktober "...
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Sweet Girl
Bwahahahaha ngeelaamaaak
2024-04-05
1
Bundanya Jamal
huh desy. gk suka. sama kepribadiannya sukanya marah " sa suami
2024-01-26
3
Rima Sinulingga
Byk bicata dalam Batin nya ya thor/Proud/
2024-01-02
1