Disha melihat cincin kawin bertahtakan berlian tersemat di jarinya.
"Walau kita sudah sah dimata hukum dan agama, tapi aku masih belum bisa menerima mu,"ucap Disha.
"Kenapa?"tanya Alva menaikkan sebelah alisnya.
"Aku butuh waktu untuk menerima mu dalam hidup ku.Semua ini begitu tiba-tiba, bahkan kita tidak saling mengenal sebelumnya. Jadi biarkan aku menyesuaikan diri dulu dengan mu,"jawab Disha .
"Oke, aku akan memberimu waktu,"ucap Alva walaupun agak kecewa.
Alva merasa Disha seperti enggan membuka hati untuknya. Namun Alva mencoba untuk mengerti dan memberi waktu untuk Disha agar bisa menerima dirinya. Alva juga akan berusaha untuk mengambil hati Disha.
Mungkin Disha tidak suka dengan sikapnya yang suka menyentuh bahkan mencium Disha tanpa izin. Mulai saat ini Alva akan menahan diri untuk tidak melakukannya. Walaupun keinginan untuk menyentuh dan mencium gadis itu benar-benar sulit untuk dia tahan.
"Boleh aku bertanya?"tanya Disha yang sebenarnya penasaran dengan Alva.
"Apa yang ingin kau tanyakan?"Alva malah balik bertanya.
"Dari mana asal mu?"tanya Disha.
"Kota xx,"sahut Alva.
"Kenapa kamu tiba-tiba ada di kamarku?"tanya Disha.
"Aku tidak sengaja melihat transaksi senjata api ilegal, jadi mereka mengejar ku. Dan akhirnya aku bersembunyi di kamarmu,"jawab Alva jujur.
"Lalu kenapa kamu selalu memakai topi, masker dan kacamata hitam saat keluar rumah? Seolah-olah kamu seorang buronan polisi. Apa kamu memang buronan polisi?"selidiki Disha.
"Aku hanya risih jika dilihatin para perempuan karena wajahku yang tampan ini,"ucap Alva percaya diri.
"Narsis.!!"cibir Disha.
"Itu kenyataannya, aku memang tampan dan menawan. Bagaimana denganmu? Kenapa kamu memakai kacamata sedangkan matamu normal, dan memakai kawat gigi, sedangkan gigimu sudah rapi,"tanya Alva balik.
"Aku malas diganggu dan di kejar-kejar pria hidung belang. Apa kamu melanjutkan pernikahan ini karena aku cantik?"tanya Disha penasaran.
"Sudah aku katakan bahwa aku tidak menganggap pernikahan itu permainan. Banyak wanita cantik yang bersedia naik keranjang ku dengan suka rela walaupun tidak aku nikahi sekalipun. Tapi aku tidak tertarik dengan mereka,"jelas Alva.
"Ish..benar-benar narsis. Bagaimana jika seandainya aku jelek,apa kamu masih mau melanjutkan pernikahan ini?"tanya Disha lagi.
"Pada dasarnya semua perempuan itu cantik.Apalagi jika ada uang untuk perawatan, sejelek apapun seorang perempuan akan menjadi bidadari,"ucap Alva realistis.
"Lalu,apa orang tua mu masih ada?"tanya Disha.
"Masih,"jawab Alva singkat.
"Lalu kapan kamu akan mempertemukan ku dengan kedua orang tuamu?"tanya Disha.
"Aku belum tahu,"sahut Alva.
"Belum tahu? Maksudmu bagaimana?"tanya Disha yang tidak mengerti dengan jawaban Alva.
"Aku ada masalah dengan kedua orang tuaku. Jadi aku belum siap untuk memperkenalkan mereka dengan mu. Bahkan aku belum berani untuk pulang menemui mereka. Nanti jika waktunya sudah tepat, aku akan membawamu menemui kedua orang tuaku,"ucap Alva.
"Orang tuaku tidak akan setuju jika mengetahui aku menikah denganmu. Mereka pasti akan memintaku untuk menceraikan mu, dan aku tidak mau itu terjadi,"batin Alva.
"Lalu apa pekerjaan mu?"tanya Disha lagi.
'Aku punya pekerjaan yang bisa aku kerjakan dari rumah. Kamu tidak perlu khawatir, aku sanggup menafkahi mu,"sahut Alva.
Setelah berbincang cukup lama dan makan malam bersama, akhirnya mereka pun masuk ke dalam kamar.
Malam itu mereka kembali tidur bersama. Disha sudah mulai terbiasa tidur dengan Alva di sampingnya. Seperti biasanya, Disha selalu memakai tank top dan celana sebatas paha yang longgar. Membuat Alva susah payah menahan diri untuk tidak menerkamnya. Sedangkan Alva hanya memakai celana boxer saja.
"Boleh aku memelukmu? "tanya Alva pada Disha yang tidur memunggunginya. Alva jadi sulit untuk tidur, saat tidak memeluk tubuh Disha karena sudah dua Minggu Alva terbiasa tidur memeluk Disha.
"Emm.."sahut Disha yang sebenarnya juga sulit tidur karena terbiasa tidur dalam pelukan Alva.
Perlahan Alva mendekatkan tubuhnya ke tubuh Disha, memeluk tubuh Disha dari belakang, kemudian mengecup puncak kepala Disha.
"Aku ingin mengajakmu berbelanja besok, kamu boleh membeli apapun yang kamu mau,"ucap Alva.
"Emm..."sahut Disha.
Disha hanya diam merasa nyaman dalam pelukan Alva, kemudian mulai memejamkan mata hingga mereka sama-sama terlelap.
Keesokan harinya, sesuai janjinya Alva, mengajak Disha untuk berbelanja. Alva membiarkan Disha membeli apapun yang diinginkannya.
"Apa uangmu tidak akan habis jika aku belanja sebanyak ini?"tanya Disha setelah beberapa jam mereka berada di sebuah mall dan sudah membawa banyak belanjaan.
"Semua belanjaan mu ini tidak akan bisa menghabiskan uang ku,"ucap Alva enteng.
"Baik, kalau begitu aku tidak akan sungkan membeli apa yang aku suka,"balas Disha.
"Ini sudah siang, apa kamu tidak ingin kita makan siang?"tanya Alva melihat jam di pergelangan tangannya.
"Iya, aku sudah lapar,"ucap Disha.
"Kamu ingin kita makan apa?"tanya Alva.
"Apa saja. Kita makan di restoran dekat sini aja ya?"ajak Disha.
"Kamu tidak ingin kita makan di mall ini?"tanya Alva.
"Tidak,"jawab Disha.
"Oke,"sahut Alva, kemudian merekapun pergi ke restoran yang tak jauh dari mall itu dengan menggunakan taksi.
Setelah tiba di restoran, Alva memesan private room, mereka langsung memesan makanan. Selama menunggu makanan datang Alva lebih fokus pada handphone nya, membuat Disha jenuh.
"Sebenarnya apa pekerjaan mu,"tanya Disha memberanikan diri.
"Aku punya saham,"jawab Alva singkat tanpa menoleh pada Disha, membuat Disha semakin jenuh.
Setelah makanan datang pun mereka makan dalam diam, hingga mereka menyelesaikan makan siang mereka.
"Aku ke toilet dulu, kamu tunggu dulu di sini,"ucap Alva kemudian meninggalkan ruangan itu.
Karena menunggu Alva lumayan lama, akhirnya Disha berinisiatif keluar dari ruangan itu.Tapi ketika baru saja keluar dari ruangan itu tiba-tiba Disha bertabrakan dengan seorang pria.
"Akh..!!"pekik Disha yang hampir terjatuh namun tangan dan pinggangnya langsung diraih oleh pria yang bertabrakan dengan nya.
Alva yang sudah kembali dari toilet pun mengepalkan tangannya saat melihat istrinya disentuh oleh pria lain seperti itu.Dengan langkah cepat Alva ingin menghampiri mereka.
"Ayu.!! Kamu Ayudisha Putri kan?"tanya pria itu setelah ia melepaskan tangannya dari pinggang Disha namun tetap memegang tangan Disha.
"Hery.?!"tanya Disha memastikan.
"Iya, aku Hery kekasih mu,"ucap Hery memegang kedua pipi Disha, namun tiba-tiba ada tangan yang menarik tangan Hery.
"Jangan menyentuhnya,"ucap Alva dengan suara baritonnya penuh tekanan, menatap Hery dengan tajam.
"Siapa kamu berani melarang ku menyentuh kekasih ku?"ucap Hery sinis menatap pria yang memakai masker yang kini berhadapan dengannya.
"Kekasih?"tanya Alva menatap Hery dan Disha bergantian.
"Iya, kami sudah berpacaran sejak SMP, kami berpisah karena kuliah di tempat yang berbeda, tapi sekarang kami sudah bertemu kembali. Aku akan melamar dan menikahinya,"ucap Hery dengan percaya diri sedangkan Disha merasa salah tingkah berada di antara dua pria itu.
"Kamu terlambat. Disha sudah menikah,"ucap Alva menatap tidak suka pada Hery.
"Menikah? Tidak mungkin.!! Kami sudah berjanji akan saling setia dan menikah setelah kami bertemu kembali. Iya kan Ayu? Kita sudah berjanji akan menikah jika kita bertemu lagi,"ucap Hery memegang bahu Disha namun langsung ditepis oleh Alva.
"Aku bilang jangan menyentuhnya,"ucap Alva dengan penuh penekanan.
"Memangnya kamu siapa berani melarang ku menyentuhnya?!"ucap Hery sinis.
"Aku suaminya,"ucap Alva dengan tegas.
"Jangan mengaku-ngaku. Ayu adalah kekasih ku sejak SMP dan kami belum putus sampai sekarang,"sergah Hery.
"Aku tidak mengaku-ngaku. Tanyakan saja pada Disha jika kamu tidak percaya,"ucap Alva semakin terbakar emosi mengetahui Disha berpacaran dengan Hery sejak SMP dan belum putus sampai sekarang.
"Itu tidak benarkan Ayu? Kita sudah berjanji akan menikah, hidup bersama membangun rumah tangga. Kamu bilang kamu hanya mencintai aku dan akan selalu setia menunggu ku,"ujar Hery menatap lekat wajah Disha.
"Dia benar,"jawab Disha pelan, menundukkan wajahnya.
"Tidak.!! Itu tidak mungkin.!! Selama ini kita saling setia. Pasti dia telah memaksamu untuk menikah dengan nya kan? Kamu masih mencintaiku, aku tahu itu. Aku benar kan? Kamu masih mencintaiku,"ucap Hery berharap apa yang didengarnya itu tidak benar.
"Maaf,"ucap Disha menghapus air mata yang menetes di pipinya membuat hati Alva terasa sakit.
"Tinggalkan dia.!!"kata Hery menunjuk pada Alva, membuat emosi Alva semakin memuncak.
"Aku akan menerima mu kembali, dan kita......"
"Bugh,"belum sempat Hery melanjutkan kata-katanya Alva sudah memberikan bogem mentah pada Hery.
Hery yang tidak terima pun memukul balik Alva. Perkelahian pun tidak dapat dihindarkan, keduanya adu jotos hingga membuat Disha panik. Disha berusaha untuk melerai mereka tapi tidak dihiraukan Alva dan Hery. Hingga akhirnya Hery tersungkur dan akan diserang kembali oleh Alva.
"Hentikan Al.!!"pekik Disha memeluk Hery yang sudah tersungkur dan babak belur di hajar Alva.
Melihat Disha melindungi orang yang mengaku pacar Disha, Alva merasa sangat kecewa hingga akhirnya meninggalkan Disha di tempat itu menerobos kerumunan orang yang menyaksikan keributan itu namun tidak berani melerai.
"Maaf, ucap Disha pada Hery dengan air mata yang masih mengalir.
"Jadi benar dia suamimu?"tanya Hery dengan rasa kecewanya.
"Iya,"ucap Disha menghapus air matanya, kemudian membantu Hery bangkit.
"Aku akan mengantarmu ke rumah sakit, tapi tolong jangan bawa masalah ini ke pihak yang berwajib. Aku mohon,"ucap Disha memelas.
"Apa kamu mencintainya?"tanya Hery menatap Disha.
"Aku...."
"Sudah lah, tidak perlu kau jawab,"potong Hery tidak mau mendengar kata-kata yang mungkin akan menyakiti hatinya. Mengingat sudah dari SMP mereka pacaran tapi Disha malah berakhir menikah dengan orang lain.
Hery juga tidak dapat menyalah kan Disha jika Disha memilih pria lain dari pada dirinya karena semenjak mereka lulus SMA mereka lost contact hingga baru bertemu sekarang.
Akhirnya Disha mengantarkan Hery ke rumah sakit, dan setelah Hery selesai ditangani tenaga medis Disha pun pulang.
Sedangkan Alva, setelah meninggalkan restoran, langsung pergi ke sebuah pusat pelatihan beladiri untuk melampiaskan kemarahannya. Setelah puas melampiaskan amarahnya di sana, Alva tidak langsung pulang tapi mencari tempat sepi untuk menenangkan diri.
Disha yang sudah pulang dari rumah sakit tidak menemukan Alva di rumah. Sampai pukul sembilan malam Alva belum juga pulang.
"Kemana alien itu? Kenapa sampai malam seperti ini dia belum juga pulang? Aku tidak menyangka jika dia akan sangat marah dengan kejadian tadi. Aku juga tidak menyangka jika dia punya ilmu beladiri yang tinggi,"
"Dulu Hery selalu juara dalam lomba pertandingan beladiri, bahkan sampai tingkat provinsi. Tapi di depan Alva, Hery sama sekali bukan lawan Alva,"gumam Disha mengingat kejadian tadi siang.
Karena sudah menunggu sampai jam sebelas malam tapi Alva belum juga pulang, akhirnya Disha memilih untuk tidur.
Satu jam kemudian Alva pulang, Alva langsung masuk ke kamar, melirik istrinya yang nampak sudah terlelap. Alva lalu segera masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah selesai mandi, Alva langsung naik ke atas ranjang di sebelah istrinya.
"Maaf, aku tidak bisa mengontrol emosiku,"ucap Alva mengusap lembut rambut Disha kemudian mengecup kening Disha.
Disha yang baru terlelap pun terbangun karena merasakan sentuhan yang dilakukan Alva.
"Kamu.!!"ucap Disha menatap wajah Alva yang sudut bibirnya nampak membiru dan pelipisnya yang nampak memar.
"Kenapa kamu melakukan itu pada Hery? Apa kamu tahu kalau kamu bisa saja membunuhnya?!"ketus Disha yang sudah duduk berhadapan dengan Alva.
"Kamu marah karena aku memukulnya?"tanya Alva yang nampak tidak suka karena Disha marah padanya karena dia memukul mantan pacarnya oh tidak.. masih pacarnya karena sampai tadi mereka belum putus.
"Tentu saja aku marah, aku tidak suka dengan tindakan brutal mu yang menghajar Hery sampai seperti itu,"ketus Disha yang membuat amarah Alva kembali naik.
"Kamu masih mencintainya?"tanya Alva berusaha mengontrol emosinya.
"Aku masih mencintainya atau tidak itu bukan urusanmu,"ketus Disha yang masih kesal dengan Alva karena menurut Disha suaminya itu sudah sangat keterlaluan.
"Tentu saja itu menjadi urusan ku, karena kamu adalah istriku. Jadi itukah alasannya kenapa kamu selalu menolak ku dan tidak mau melayani ku?"tanya Alva dengan nada penuh penekanan.
"Kita menikah bukan karena cinta tapi karena terpaksa,"balas Disha menatap tajam pada Alva.
"Jadi kamu merasa aku memaksamu?"tanya Alva yang wajahnya semakin mengeras.
"Iya,"jawab Disha sengit.
"Akan aku tunjukkan bagaimana rasanya di paksa,"ucap Alva langsung menyerang Disha.
"Al...emp..."pekik Disha tak bisa lagi berkata-kata.
...🌟Kata Dilan cemburu itu berat, kataku cemburu itu gawat.Karena cemburu bisa membuat orang kehilangan akal sehat dan dikuasai amarah. Dan amarah itu bisa menjadi musibah."🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Natha
Disha jangan salahkan Alva.
salahkan saja Tuhanmu, mengapa Tuhanmu memberikan takdirmu kepada Alva..
Abaikan saja kewajibanmu.. apapun itu jalannya sebuah pertemuan jangan takut dosa.. bukankah kamu juga tidak mengakui takdir ..😅
2025-01-29
1
Note 2
walaupun dia kekasihmu tp knp lbih mementingkn dia sementara suamimu kau acuhkn dan mangantar ke rmh sakit
2025-01-29
1
Cut Nur Khadijah
hari gini lost contacts? mustahilll kecuali kesedot black hole 😂
2024-04-24
2