17. Asisten Licik

"Surat pengunduran diri?!"tanya Alva dengan ekspresi wajah yang tidak dapat diartikan.

"Iya, saya ingin mengundurkan diri,"jawab Disha tegas menatap Alva.

"Apa alasan kamu ingin mengundurkan diri?"tanya Alva yang berusaha tenang.

"Saya ingin mencari pengalaman di tempat lain,"jawab Disha tenang.

"Apakah kamu sudah menyiapkan uang dendanya?"tanya Riky tiba-tiba menyela, membuat Alva mengernyitkan keningnya.

"Uang denda? Uang denda apa maksud Bapak?"tanya Disha tidak mengerti. Alva melihat raut wajah kebingungan dari Disha.

"Uang denda sebesar lima miliar jika kamu mengundurkan diri,"ucap Riky serius membuat Alva tertarik dengan kata-kata Riky.

"Apa?! Anda bercanda?! Tidak ada perjanjian seperti itu dalam kontrak kerja yang saya tandatangani,"sahut Disha tegas.

"Di dalam surat kontrak kerja kamu tertera, masa kontrak kamu adalah tiga tahun. Jika kamu mengundurkan diri, kamu harus membayar denda sebesar lima miliar, tapi jika Presdir yang memecat mu, maka Presdir yang harus membayar mu lima miliar,"

"Saya membuatnya dua rangkap, satu untuk kamu dan satunya lagi untuk Presdir, saya akan menunjukkannya jika kamu tidak percaya,"ucap Riky kemudian mengambil sebuah map dari sebuah lemari penyimpanan berkas.

"𝑫𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒂𝒔𝒊𝒔𝒕𝒆𝒏 𝒍𝒊𝒄𝒊𝒌, 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒌𝒆𝒔𝒂𝒍 𝒑𝒂𝒅𝒂𝒌𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒄𝒂𝒑𝒆𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒄𝒂𝒓𝒊𝒌𝒂𝒏 𝒂𝒌𝒖 𝒔𝒆𝒌𝒓𝒆𝒕𝒂𝒓𝒊𝒔. 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒔𝒖𝒌 𝒂𝒌𝒂𝒍 𝒊𝒕𝒖 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒊𝒌𝒊𝒓 𝒖𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒄𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒌𝒓𝒆𝒕𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒌𝒖. 𝑻𝒂𝒑𝒊 𝒂𝒌𝒖 𝒉𝒂𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒖, 𝑫𝒊𝒔𝒉𝒂 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒕𝒂𝒑 𝒅𝒊𝒔𝒊𝒔𝒊𝒌𝒖 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝒔𝒖𝒓𝒂𝒕 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒓𝒋𝒂 𝒌𝒐𝒏𝒚𝒐𝒍 𝒎𝒖 𝒊𝒕𝒖. 𝑷𝒊𝒏𝒕𝒂𝒓 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒂𝒊 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒊𝒑𝒖 𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊 𝒌𝒖,"batin Alva.

"Ini, silahkan kamu baca lagi.! Bukankah dulu saya sudah pernah mengatakan agar kamu membacanya lagi?"tanya Riky tersenyum licik, menyodorkan map itu kepada Disha.

Disha pun langsung mengambil map yang disodorkan oleh Riky, kemudian langsung membacanya dengan seksama. Kemudian menghembuskan nafas berat sambil memijit pelipisnya.

Disha memang salah karena waktu itu tidak membaca sampai habis surat kontrak kerja yang diberikan Riky .

"𝑺𝒊𝒂𝒍𝒍.!! 𝑨𝒌𝒖 𝒅𝒊𝒋𝒆𝒃𝒂𝒌 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒔𝒆𝒌𝒓𝒆𝒕𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒂𝒍𝒊𝒆𝒏 𝒊𝒏𝒊. 𝑨𝒌𝒖 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂 𝒋𝒊𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒌𝒓𝒆𝒕𝒂𝒓𝒊𝒔 𝒂𝒍𝒊𝒆𝒏 𝒊𝒏𝒊 𝒍𝒊𝒄𝒊𝒌,"batin Disha.

"Sebaiknya sekarang kamu bersiap-siap, karena satu jam lagi kita akan berangkat ke luar kota sesuai jadwal kerja kita kemarin,"ucap Riky dengan senyum kemenangan.

"Saya permisi,"ucap Disha datar kemudian keluar dari ruangan itu.

Setelah Disha keluar dari ruangan itu, wajah Riky langsung berubah saat melihat wajah Alva yang tersenyum penuh misteri kepadanya bahkan berjalan mendekatinya.

"Maaf, Tuan. Saya tidak bermaksud menipu atau memperdaya Tuan dengan isi surat kontrak kerja itu,"ucap Riky ketakutan.

"Kamu pintar sekali sampai bisa membuat surat kontrak kerja seperti itu. Aku harus berterimakasih padamu karena otakmu yang pintar itu, sekretaris ku tidak jadi mengundurkan diri,"ucap Alva dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya.

"Maafkan saya Tuan. Saya melakukan itu karena Disha itu sangat cerdas dan bisa diandalkan. Selama tiga bulan bekerja di sini, kinerjanya sangat bagus,Tuan. Bahkan hasil kerjanya melebihi ekspektasi saya. Sulit mencari sekretaris seperti Disha Tuan,"ucap Riky berharap Tuan nya tidak marah.

"Aku akan memberikan kamu hadiah karena kamu bisa mencegah Disha untuk mengundurkan diri,"ucap Alva.

"Be.. benarkah Tuan? Tuan tidak marah pada saya?"tanya Riky gugup karena tidak tahu Tuan nya benar-benar tidak marah atau pura-pura tidak marah padanya.

"Aku tidak marah, dan malah berterimakasih padamu. Sebagai tanda terimakasih ku, aku akan memberikan bonus satu bulan gaji padamu,"ucap Alva sambil menepuk bahu Riky.

"Terimakasih, Tuan. Saya akan membelikan baju baru untuk ibu dan adik-adik saya atas rasa syukur telah diberikan rezeki yang banyak,"ucap Riky senang setelah yakin bahwa Tuan nya benar-benar tidak marah.

"Kalau kamu akan membelikan baju untuk ibu dan adik-adik mu, aku akan memberikan kamu bonus dua bulan gaji,"ucap Alva.

"Benarkah Tuan? Terimakasih Tuan,"ucap Riky dan spontan memeluk Alva setelah Alva menganggukkan kepalanya.

"Sudah, lepaskan.!! Siapkan keberangkatan kita untuk ke luar kota,"ucap Alva melerai pelukan Riky.

"Baik, Tuan,"sahut Riky, dengan semangat langsung pergi untuk menyiapkan semua keperluan untuk perjalanan bisnis ke luar kota mereka.

"𝑰𝒏𝒊 𝒂𝒅𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒌𝒆𝒔𝒆𝒎𝒑𝒂𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒂𝒈𝒂𝒓 𝒂𝒌𝒖 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝑫𝒊𝒔𝒉𝒂. 𝑨𝒌𝒖 𝒔𝒖𝒅𝒂𝒉 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒔𝒂𝒃𝒂𝒓 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒍𝒆𝒑𝒂𝒔 𝒓𝒊𝒏𝒅𝒖 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝒊𝒔𝒕𝒓𝒊 𝒌𝒖 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒄𝒂𝒏𝒕𝒊𝒌 𝒅𝒂𝒏 𝒔𝒆𝒌𝒔𝒊 𝒊𝒕𝒖,"batin Alva yang sudah tidak sabar ingin bersama dengan istri yang sudah tiga bulan ini dia rindukan.

***

Sedangkan Anjani, setelah di usir Alva, Anjani keluar dari kantor Alva dengan berderai air mata. Para karyawan perusahaan Alva yang melihatnya pun merasa penasaran, kenapa perempuan yang dikabarkan telah menikah dengan atasan mereka itu menangis.

Tanpa memperdulikan tatapan orang-orang kepadanya, Anjani langsung melajukan mobilnya ke rumah papanya.

"Pa...papa.!!!"teriak Anjani setelah masuk ke dalam rumah.

Adiguna yang mendengar putrinya berteriak-teriak pun langsung keluar mencari keberadaan putri kesayangannya itu. Adiguna hari ini memang tidak masuk kantor karena masih merasa capek setelah melakukan perjalanan jauh.

"Ada apa sayang?"tanya Adiguna setelah melihat putrinya.

Anjani yang melihat papanya menghampirinya pun langsung menghambur memeluk papanya.

"Pa, Alva jahat padaku,pa. Dia menyakiti aku,"adu Anjani pada papanya.

"Apa?! Alva menyakiti kamu?"tanya Adiguna berang.

"Iya,pa. Lihatlah ini.! Tangan ku memar karena dihempaskan Alva,"adu Anjani pada papanya sambil menunjukkan lengannya yang memar.

"Berani sekali dia,"ucap Adiguna marah.

Adiguna kemudian menghubungi nomor Alva, tapi tidak aktif karena saat itu Alva sedang rapat dengan para pemegang saham. Kemudian Adiguna pun menelepon Bramantyo dan mengadukan tentang perbuatan Alva kepada putrinya.

***

Sore itu Alva, Disha, Riky, dan seorang supir melakukan perjalanan ke luar kota. Tidak ada percakapan apapun di dalam mobil itu. Alva sibuk dengan laptopnya, sedang Riky dan Disha menatap jalanan yang mereka lewati melalui jendela mobil.

Setelah beberapa jam dalam perjalanan akhirnya mereka sampai di kota tujuan mereka. Riky langsung memesan kamar hotel untuk mereka berempat. Setelah masuk kekamar hotel merekapun segera membersihkan diri dan bersiap-siap untuk bertemu dengan klien.

Pertemuan bisnis itupun akhirnya berakhir dengan kesepakatan kedua belah pihak untuk bekerja sama dalam pembangunan sebuah hotel di kota itu. Dan karena hari sudah agak larut malam mereka pun langsung masuk ke kamar masing-masing.

Namun tidak lama kemudian Alva keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu kamar istrinya.

"Ada perlu apa Tuan menemui saya,"tanya Disha dengan nada ketus, setelah membuka pintu kamarnya, tanpa mempersilahkan Alva masuk.

"Sayang, aku ingin bicara denganmu,"ucap Alva menatap lekat wajah istrinya.

"Kalau begitu tunggu sebentar, saya akan mengambil handphone saya dulu. Kita bicara di restoran hotel saja,"ucap Disha bermaksud menutup pintu kamarnya. Namun secepat kilat Alva langsung menerobos masuk dan mengunci pintu kamar itu.