Tiga bulan telah berlalu, keadaan Ratih sudah membaik dan bisa beraktivitas tanpa bantuan orang lain. Keluarga Bramantyo dan Adiguna pun juga mulai mempersiapkan acara pernikahan putra putri mereka.
"Halo, Al,"sapa Ratih dalam panggilan telepon.
"Halo, ma. Gimana kabar mama?"tanya Alva.
"Mama baik-baik saja. Al, mama akan mulai melakukan persiapan untuk acara pernikahan mu,"ucap Ratih.
"Ma, aku tidak mau pernikahan nya diselenggarakan besar-besaran. Aku ingin yang sederhana saja,"ucap Alva.
"Tapi kamu itu adalah anak kami satu-satunya Alva. Masa iya kami hanya menyelenggarakan acara yang biasa-biasa saja,"protes Ratih.
"Ma, sampai saat ini aku selalu menuruti semua keinginan papa dan mama. Sekali ini tolong kabulkan keinginan Alva yang ini,"ucap Alva memohon.
"Tapi papa juga ingin mengundang rekan-rekan bisnisnya Al,"ujar Ratih.
"Oke, tapi hanya rekan bisnis saja. Aku tidak mau ada wartawan, reporter ataupun media pencari berita lainnya. Aku tidak mau pernikahan ini di sebar luaskan. Jika mama dan papa tidak setuju, aku akan berusaha untuk kabur lagi,"ancam Alva.
"Oke..Oke..mama akan bicarakan dengan papamu,"sahut Ratih mengalah.
"Dan satu lagi ma, aku mau acaranya di adakan di sini,"ucap Alva.
"Maksud mu kamu ingin acaranya di adakan di negara xx tempat mu sekarang berada?"tanya Ratih memastikan.
"Iya ma,"jawab Alva.
"Kenapa tidak di sini saja Al, di negara kita sendiri?"tanya Ratih yang tidak mengerti dengan kemauan putra semata wayangnya.
"Aku ingin nya di sini ma, atau pernikahan ini akan gagal untuk kedua kalinya,"sahut Alva.
"𝐉𝐢𝐤𝐚 𝐚𝐤𝐮 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐝𝐢 𝐬𝐚𝐧𝐚 𝐚𝐭𝐚𝐮 𝐩𝐮𝐧 𝐝𝐢𝐩𝐮𝐛𝐥𝐢𝐤𝐚𝐬𝐢𝐤𝐚𝐧, 𝐃𝐢𝐬𝐡𝐚 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐭𝐚𝐡𝐮 𝐤𝐚𝐥𝐚𝐮 𝐚𝐤𝐮 𝐬𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐦𝐞𝐧𝐢𝐤𝐚𝐡 𝐥𝐚𝐠𝐢. 𝐃𝐚𝐧 𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐢𝐝𝐚𝐤 𝐦𝐚𝐮 𝐢𝐭𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐣𝐚𝐝𝐢,"𝐛𝐚𝐭𝐢𝐧 𝐀𝐥𝐯𝐚.
"Oke..Oke..mama akan diskusikan dengan papa mu,"ucap Ratih kemudian mengakhiri sambungan telepon.
"Ada apa ma?"tanya Bramantyo menghampiri istrinya yang terlihat menghela nafas panjang.
"Alva,pa,"sahut Ratih.
"Ada apa dengan Alva?"tanya Bramantyo penasaran.
"Alva tidak mau pernikahan nya di adakan di negara ini. Tidak mau pernikahan nya diadakan besar-besaran apalagi di publikasikan.
"Tidak bisa begitu ma, papa juga akan mengundang kolega bisnis papa, ma,"kelas Bramantyo.
"Kalau hanya rekan bisnis katanya enggak apa-apa,pa,"sahut Bramantyo.
"Ini pasti akal-akalan anak itu agar kita menyerah untuk menikah kan dia,"sahut Bramantyo.
"Mama rasa juga begitu. Jadi bagaimana pa?"tanya Ratih.
"Papa akan membicarakannya dengan Adiguna. Mama tahu kan kita dan Adiguna sama-sama cuma punya satu anak saja?"sahut Bramantyo.
"Iya, pa. Sebaiknya kita diskusikan dengan Adiguna,"sahut Ratih.
***
Sementara Alva yang ada di negara xx.
"Aku tidak percaya mama akan menuruti keinginan ku. Aku harus cari cara agar semua berjalan sesuai rencana ku,"batin Alva.
Sambil mengetuk-ngetuk meja Alva mencoba mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapinya. Setelah agak lama berpikir akhirnya Alva mempunyai sebuah ide. Alva pun segera meraih handphonenya dan menghubungi seseorang.
"Halo sayang, tumben sekali kamu menelpon aku. Apa kamu sudah mulai merindukan aku,"tanya suara di seberang sana.
"Cih..aku tidak mungkin merindukan mu,"ucap Alva kesal.
"Terus ada apa kamu menelpon aku jika tidak merindukan aku?"tanya suara di seberang.
"Kamu dimana sekarang, aku ingin bertemu dengan mu secepatnya,"ucap Alva to the point karena tidak mau berlama-lama berbicara dengan perempuan itu.
"Kebetulan aku baru tiba di negara ini,"sahut perempuan itu.
"Kita bertemu di kafe xx satu jam lagi,"ucap Alva langsung memutuskan sambungan telepon tanpa menunggu jawaban dari seberang.
"Tut...Tut...Tut..."suara sambungan telepon yang telah di putus.
"Ih, menyebalkan sekali,"ucap perempuan yang tak lain adalah Anjani.
"Tapi aku senang, dia mau menelpon aku dan mengajak aku ketemuan. Ini baru pertama kalinya terjadi. Aku harus memakai baju yang paling bagus untuk bertemu dengan Alva,"gumam Anjani.
Satu jam kemudian Alva sudah duduk di sebuah kafe, dan tak lama kemudian Anjani pun sampai di tempat itu.Setelah mereka memesan minuman,Alva pun memulai pembicaraan.
"Aku ingin bicara soal pernikahan,"ucap Alva dengan wajah datar.
"Kenapa? Ada apa dengan pernikahan kita?"tanya Anjani penasaran.
"Aku ingin pernikahannya di adakan di negara ini. Hanya mengundang rekan bisnis saja, dan aku tidak mau pernikahan kita di publikasikan, jangan sampai ada reporter, wartawan atau pencari berita lainnya,"jelas Alva panjang lebar.
"Aku tidak mau. Dunia harus tahu kalau kamu adalah suamiku,"ucap Anjani.
"Kalau kamu tidak mau, aku pastikan untuk kedua kalinya kamu akan aku tinggalkan pada acara pernikahan,"ancam Alva dengan wajah serius.
"Aku akan menyuruh papaku untuk mengerahkan orang-orangnya agar kamu tidak bisa pergi meninggalkan ku di acara pernikahan kita nanti,"ucap Anjani percaya diri.
"Kamu pikir aku tidak akan bisa pergi dari penjagaan para bodyguard papamu dan papaku?"tanya Alva tersenyum miring.
"Aku yakin kamu tidak akan bisa melarikan diri kali ini,"ucap Anjani.
"Baiklah jika kamu begitu yakin dan percaya diri bahwa aku tidak akan meninggalkan mu di acara pernikahan nanti. Tapi jangan salahkan aku jika kamu akan malu untuk yang kedua kalinya,"ucap Alva kemudian bangkit dari duduknya dan meninggalkan Anjani.
Melihat kepercayaan diri Alva itu, Anjani jadi tidak yakin dengan dirinya sendiri. Bagaimana jika Alva benar-benar bisa kabur dari acara pernikahan mereka nanti? Dia pasti akan malu untuk kedua kalinya. Dengan cepat Anjani langsung beranjak dari duduknya dan berlari mengejar Alva.
"Tunggu.!!"teriak Anjani langsung menarik tangan Alva, namun langsung ditepis Alva.
"Ada apa lagi? Bukankah kamu begitu percaya diri jika aku tidak akan bisa kabur?"tanya Alva.
"Baiklah, aku setuju dengan persyaratan yang kamu minta,"ucap Anjani sambil mengatur napas setelah berlari mengejar Alva tadi.
"Oke, kita sepakat. Tapi jika sampai kalian melanggar kesepakatan kita aku tidak akan segan-segan untuk meninggalkan kamu. Camkan kata-kata ku ini,"ucap Alva dengan tatapan tajam mengintimidasi.
"Iya aku tidak akan melanggar nya,"ucap Anjani.
"Bukan cuma kamu, tapi aku tidak mau ada yang melanggar kesepakatan kita ini, walaupun itu orang tuaku dan juga orang tuamu. Jadi kamu harus memastikan bahwa tidak akan ada yang melanggar kesepakatan kita ini,"ucap Alva masih menatap tajam pada Anjani.
"Iya , akan aku pastikan,"ucap Anjani mencoba meyakinkan Alva.
Setelah mendengar kata-kata Anjani itu, Alva pun segera pergi dari tempat itu tanpa berkata apa-apa lagi.
...🌟"Sekuat apapun kamu berusaha dan berjuang untuk mengejar cinta seseorang, kamu tidak akan pernah bisa mendapatkan nya jika memang dia tidak di ditakdirkan untuk mu,"🌟...
..."Nana 17 Oktober"...
To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 286 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
hadeeeeehhhh... enk ya jdi laki2... mau nikah lagi pun boleh2 aja meski tanpa sepengetahuan istri prtama... apalagi istri pertamanya cuma nikah siri zg gak pnya kekuatan hukum, sedangkan istri kedua sah agama dan hukum jelas makin keenakan tuh klo jdi laki krna istri siri gak ada hak nuntut apa2
2025-01-03
1
Lailatus S
males banget🤦🏽♀️
2025-03-20
0
Anonymous
waduh alva nikah lagi terus disha gmn
2024-07-25
1