Bab 9 : Bayangan Leon.

Ketukan pintu yang sedari tadi dilayangkan Evans sama sekali tidak digubris Elena. Pria itu bahkan sempat memanggil-manggil namanya. Namun, tidak juga ada tanggapan.

Evans mendecih. Ia baru saja akan pergi dari sana, ketika tiba-tiba tangannya tanpa sengaja menekan handle pintu kamar Elena dan terbuka.

Mengetahui bahwa pintu kamar sang adik tidak terkunci, Evans lantas berjalan masuk ke dalam sana.

Pria itu mengerutkan keningnya dalam-dalam, ketika mendapati sang adik sedang menangis dengan mata terpejam. Ia benar-benar sedang menangis terisak-isak sembari memanggil nama seseorang.

"Leon? Siapa Leon? Apa dia kekasihnya?" Batin Evans saat mendengar nama tersebut terlontar dari mulut Elena.

Tangisan Elena pun semakin menjadi, dan itu membuat Evans mulai sedikit panik.

Takut tangisan sang adik terdengar sampai keluar kamar dan menimbulkan kesalahpahaman, Evans pun memutuskan untuk membangunkannya.

"Elena!" panggil Evans seraya menusuk pipinya dengan jari telunjuk selama beberapa kali.

Berkali-kali Evans terus memanggil namanya, tetapi Elena sama sekali tidak terbangun.

Namun, begitu Evans memanggil namanya tepat di telinga, Elena sudah terduduk lesu di atas ranjang dengan mata terbelalak, tapi memiliki pandangan kosong.

Evans yang melihat, tentu merasa semakin khawatir dan bingung. "El," panggil pria itu sembari memegang bahu sang adik.

Elena yang terkejut saat disentuh, refleks menepis tangan Evans dan meneriaki pria itu untuk tidak memegang tubuhnya.

"Hei, ini aku!" seru Evans.

"Tidak! Pergi! Pergi!" Elena memejamkan mata dan menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Hati Evans tiba-tiba melunak. Dengan gerakan selembut mungkin, pria itu mendekap tubuh adiknya dan mulai memberikan ketenangan.

"Hei, tenanglah! Tidak perlu takut, semua baik-baik saja!" kata Evans lembut tapi meyakinkan. Ia mengucapkan kalimat tersebut berkali-kali seraya mengelus kepala Elena.

Sadar bahwa dirinya kini berada dalam pelukan sang kakak, Elena akhirnya berhenti menangis.

Namun, tanpa sadar ia malah mencengkeram kuat kaos Evans, seolah meminta untuk tidak ditinggalkan.

Evans mau tidak mau tetap berada dalam posisi yang sama, hingga Elena benar-benar merasa tenang.

"Aku takut!" seru Elena dengan suara serak.

"Tenanglah, semua baik-baik saja," jawab Evans.

Setelah Elena benar-benar berhenti menangis, Evans kembali merebahkan tubuh sang adik dan memintanya beristirahat. "Tidurlah, nanti Lily akan mengantarkan makananmu ke sini," kata Evans.

Elena hanya bisa mengangguk. Ia memang tidak memiliki tenaga lagi untuk turun ke lantai bawah karena terlalu banyak menangis.

Mimpi yang baru saja dialaminya benar-benar terasa sangat nyata dan menakutkan.

...***...

"Kenapa lama sekali Sayang? Mana adikmu?" tanya Samantha begitu melihat sang putra muncul seorang diri.

"Tidur, Ma. Biar Lily saja yang mengantar makanan ke atas nanti." Jawab Evans.

Simon dan Samantha menanggukkan kepala. Sepertinya kedua putra-putri memang sedang tidak mengalami bentrokan kecil.

Keesokan paginya, Elena kembali bersikap biasa-biasa saja, seolah tak ada hal apapun yang terjadi kemarin.

Melihat itu, Evans merasa sedikit lega.

...***...

Hari libur biasanya menjadi hari yang sangat menyenangkan bagi Elena. Namun, tidak sejak kehadiran Evans. Ia jadi tidak pernah kerasan di rumah dan selalu pergi ketika ada kesempatan.

Namun, kali ini Elena terpaksa hanya menghabiskan waktu di rumah saja, karena kedua orang tuanya hendak pergi memenuhi undangan saudara jauh mereka.

"Kalian baik-baik di rumah ya," pesan Samantha. Beliau mencium pipi Evans dan Elena secara bergantian, begitu pula dengan Simon.

Elena memgangguk0 lesu, seolah sudah bersiap ingin menangis.

"Oke, kalau begitu aku aka—"

"Jangan mengurung diri di kamar, El! Kamu juga Evans! Dan dari pada hanya berleha-leha di kamar, lebih baik kalian bersihkan taman belakang. Pak Bardon sedang pulang ke kampung halamannya, dan Papa belum menemukan pengganti beliau sementara!" kata Simon panjang lebar.

"Good! Semakin indah hari liburku ini!" Batin Elena jengkel. Keduanya pun mau tidak mau mengiyakan perintah sang ayah.

Setelah kepergian Simon dan Samantha, mereka pun pergi menuju taman belakang rumah bersama Lily.

"Mana saja yang harus dibersihkan?" tanya Evans pada Lily. Nadanya yang terkesan dingin dan kurnag bersahabat lantas membuat Lily meringis.

"Ini semua Tuan Muda. Anda harus memotong rumput menggunakan lawn mower, lalu membersihkan daun mati pada tanaman-tanaman tersebut, dan menggantinya dengan yang baru jika ada tanaman yang sudah mati."

Helaan napas keluar dari mulut Evans begitu selesai mendengar penjelasan Lily. Matanya kemudian mengerling pada sang adik, seolah sedang memberi isyarat.

"Aku memotong rumput saja!" jawab Elena cepat.

Lily berjalan menghampiri gudang untuk mengambil mesin pemotong rumput dan peralatan lainnya. Ia pun memberi pengarahan singkat pada Elena tentang bagaimana caranya menggunakan mesin tersebut.

Ada tiga lawn mower yang mereka miliki, dan Lily memberikannya mesin teringan, agar majikan mudanya tersebut dapat mengendalikannya dengan mudah.

Di sisi lain, Evans mulai berkutat dengan tanaman-tanaman yang perlu diperbaiki. Mereka berdua tampak sibuk dengan kegiatan masing-masing, hingga tidak terasa setengah wilayah sudah selesai Elena bersihkan.

Lily memberikan Elena dan Evans masing-masing sebuah topi jerami besar untuk menghalau sinar matahari yang sudah mulai berada di atas kepala mereka.

"Beri aku waktu istirahat sebentar," pinta Elena dengan napas ngos-ngosan.

"Biar saya teruskan Nona!" Lily menawarkan diri menggantikan Elena, sementara gadis itu duduk di kursi taman yang berada tak jauh dari posisi Evans.

Anna, salah seorang maid lain yang tidak mengambil libur, datang menghampiri mereka sembari membawa nampan berisi seteko minuman dingin, dua gelas kosong, dan sepiring kue.

"Terima kasih, Anna," ucap Elena. Gadis itu menenggak minuman dinginnya, setelah Anna menuangkan minuman tersebut ke dalam gelas.

"Sama-sama, Nona."

Mata Elena kemudian bergulir pada Evans yang sedang merenggangkan seluruh otot-otot tubuhnya yang kaku.

Elena terpaku. Di bawah teriknya matahari, sosok pria yang semula dilihatnya sebagai Evans, tiba-tiba berubah seketika.

"Aku mencintaimu, Iris."

"Berjanjilah, kalau kita akan terus bersama."

Suara-suara asing tiba-tiba terdengar jelas di telinga Elena, hingga membuat kepala gadis itu mulai terasa berdenyut menyakitkan.

"Jangan pernah menangisi kematianku, Iris. Ingatlah, meski kita tak bisa meraih kebahagiaan pada kehidupan ini. Di kehidupan selanjutnya, aku berjanji akan membahagiakan dirimu!"

Gelas yang dipegang Elena pun jatuh seketika, seiring tetesan air mata yang mengalir membasahi pipi gadis itu.

"Nona El!"

"Nona Elena!"

Sebelum benar-benar tumbang, samar-samar Elena masih bisa mendengar teriakan Lily dan Anna, disusul siluet seorang pria yang berlari menghampirinya.

"Leon," ucap Elena lirih. Tubuh Elena pun melayang jatuh, nyaris menghantam rumput jika saja Evans tidak segera menangkapnya.

Terpopuler

Comments

Siska Agustin

Siska Agustin

knpa harus Elena yg dihantui akan kehidupan masa lalu??knp g Evans aja,biar dia juga ngrasain gmn rasanya kek Elena...

2022-06-16

1

Yen Lamour

Yen Lamour

Ceritanya bagus nih kak 👍😍 aku suka ❤️

2022-06-13

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Sepenggal Mimpi.
2 Bab 2 : Kepulangan Evans.
3 Bab 3 : Potongan Mimpi Kembali Hadir.
4 Bab 4 : Pertemuan Keduanya.
5 Bab 5 : Rencana Simon.
6 Bab 6 : Air Mata Luka.
7 Bab 7 : Terhina.
8 Bab 8 : Fakta Tentang Evans.
9 Bab 9 : Bayangan Leon.
10 Bab 10 : Perkenalan Albern dan Evans.
11 Bab 11 : Oswald Royal Museum (1)
12 Bab 12 : Oswald Royal Museum (2).
13 Bab 13: Panti Asuhan Maria Joseph.
14 Bab 14 : Prom Night.
15 Bab 15 : Hari Pertama Bekerja.
16 Bab 16 : Air Mata Elena.
17 Bab 17 : Tak Dianggap.
18 Bab 18 : Pertengkaran.
19 Bab 19 : "Elena!"
20 Bab 20 : Tragedi.
21 Bab 21 : Terbangun Di Tempat Asing.
22 Bab 22 : Sosok Leon di Mata Elena.
23 Bab 23 : Princess Airlea.
24 Bab 24 : Mimpi Evans (1).
25 Bab 25 : Mimpi Evans (2).
26 Bab 26 : Kondisi Elena.
27 Bab 27 : Aku Akan Terus Bersamamu.
28 Bab 28 : Seutas Janji.
29 Bab 29 : Elena Siuman.
30 Bab 30 : Semua Terungkap.
31 Bab 31 : Tanda Lahir Evans.
32 Bab 32 : Percaya Reinkarnasi?
33 Bab 33 : Mimpi Evans Kembali Hadir.
34 Bab 34 : Kandas.
35 Bab 35 : Nyaris Celaka.
36 Bab 36 : Satu Hati.
37 Bab 37 : Cinta Sejati?
38 Bab 38 : Break.
39 Bab 39 : Kecemburuan.
40 Bab 40 : Hilang?
41 Bab 41 : Ulah Albern.
42 Bab 42 : Iris.
43 Bab 43 : Leon - Evans.
44 Bab 44 : Penyelamatan Elena.
45 Bab 45 : Evans Mendapatkan Ingatannya.
46 Bab 46 : Vonis Albern.
47 Bab 47 : Takdir Tak Bisa Diubah.
48 Bab 48 : Sepenggal Ingatan.
49 Bab 49 : Hilang?
50 Bab 50 : Hidup Tanpanya.
51 Bab 51 : Kencan Buta.
52 Bab 52 : Dinas Luar Kota.
53 Bab 53 : Identitas Chris.
54 Bab 54 : Nyaris Bertemu.
55 Bab 55 : Pertemuan Kembali.
56 Bab 56 : Tak Akan Kubiarkan Kau Pergi.
57 Bab 57 : Ingin Bersamamu.
58 Bab 58 : Menyerah?
59 Bab 59 : Firasat.
60 Bab 60 : "Aku mencintaimu."
61 Bab 61 : Amnesia Disosiatif.
62 Bab 62 : Kasih Sayang Keluarga.
63 Bab 63 : Apartemen.
64 Bab 64 : Sebuah Pengakuan.
65 Bab 65 : Kembali atau Pergi?
66 Bab 66 : Princess Airlea.
67 Bab 67 : Pa Emër River.
68 Bab 68 : Perjodohan.
69 Bab 69 : Melarikan Diri.
70 Bab 70 : Akhir Kisah Kerajaan Oswald.
71 Bab 71 : Akhir Kisah.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 : Sepenggal Mimpi.
2
Bab 2 : Kepulangan Evans.
3
Bab 3 : Potongan Mimpi Kembali Hadir.
4
Bab 4 : Pertemuan Keduanya.
5
Bab 5 : Rencana Simon.
6
Bab 6 : Air Mata Luka.
7
Bab 7 : Terhina.
8
Bab 8 : Fakta Tentang Evans.
9
Bab 9 : Bayangan Leon.
10
Bab 10 : Perkenalan Albern dan Evans.
11
Bab 11 : Oswald Royal Museum (1)
12
Bab 12 : Oswald Royal Museum (2).
13
Bab 13: Panti Asuhan Maria Joseph.
14
Bab 14 : Prom Night.
15
Bab 15 : Hari Pertama Bekerja.
16
Bab 16 : Air Mata Elena.
17
Bab 17 : Tak Dianggap.
18
Bab 18 : Pertengkaran.
19
Bab 19 : "Elena!"
20
Bab 20 : Tragedi.
21
Bab 21 : Terbangun Di Tempat Asing.
22
Bab 22 : Sosok Leon di Mata Elena.
23
Bab 23 : Princess Airlea.
24
Bab 24 : Mimpi Evans (1).
25
Bab 25 : Mimpi Evans (2).
26
Bab 26 : Kondisi Elena.
27
Bab 27 : Aku Akan Terus Bersamamu.
28
Bab 28 : Seutas Janji.
29
Bab 29 : Elena Siuman.
30
Bab 30 : Semua Terungkap.
31
Bab 31 : Tanda Lahir Evans.
32
Bab 32 : Percaya Reinkarnasi?
33
Bab 33 : Mimpi Evans Kembali Hadir.
34
Bab 34 : Kandas.
35
Bab 35 : Nyaris Celaka.
36
Bab 36 : Satu Hati.
37
Bab 37 : Cinta Sejati?
38
Bab 38 : Break.
39
Bab 39 : Kecemburuan.
40
Bab 40 : Hilang?
41
Bab 41 : Ulah Albern.
42
Bab 42 : Iris.
43
Bab 43 : Leon - Evans.
44
Bab 44 : Penyelamatan Elena.
45
Bab 45 : Evans Mendapatkan Ingatannya.
46
Bab 46 : Vonis Albern.
47
Bab 47 : Takdir Tak Bisa Diubah.
48
Bab 48 : Sepenggal Ingatan.
49
Bab 49 : Hilang?
50
Bab 50 : Hidup Tanpanya.
51
Bab 51 : Kencan Buta.
52
Bab 52 : Dinas Luar Kota.
53
Bab 53 : Identitas Chris.
54
Bab 54 : Nyaris Bertemu.
55
Bab 55 : Pertemuan Kembali.
56
Bab 56 : Tak Akan Kubiarkan Kau Pergi.
57
Bab 57 : Ingin Bersamamu.
58
Bab 58 : Menyerah?
59
Bab 59 : Firasat.
60
Bab 60 : "Aku mencintaimu."
61
Bab 61 : Amnesia Disosiatif.
62
Bab 62 : Kasih Sayang Keluarga.
63
Bab 63 : Apartemen.
64
Bab 64 : Sebuah Pengakuan.
65
Bab 65 : Kembali atau Pergi?
66
Bab 66 : Princess Airlea.
67
Bab 67 : Pa Emër River.
68
Bab 68 : Perjodohan.
69
Bab 69 : Melarikan Diri.
70
Bab 70 : Akhir Kisah Kerajaan Oswald.
71
Bab 71 : Akhir Kisah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!