Bab 17 : Tak Dianggap.

“Bagaimana pekerjaan kalian hari ini? Apa semuanya berjalan lancar?” Suasana tenang di meja makan keluarga Wileen, kini mendadak terasa seperti ruang interogasi tak kasatmata, saat Simon akhirnya memecah keheningan di antara mereka. Pria itu sebenarnya tengah menanti cerita dari anak-anaknya, tetapi hingga pertengahan makan malam, tak satu pun dari mereka yang tampak berniat buka suara.

Elena mengangkat wajahnya perlahan dan melirik ke arah Evans yang duduk di seberangnya dengan raut beku tak bernyawa. Ia lalu mengukir senyum di wajahnya yang bahkan sudah terlalu letih untuk berpura-pura. “Iya, Pa, semua berjalan lancar,” jawab Elena dengan nada yang dibuat seramah mungkin, meski setiap katanya mengandung serpihan luka.

“Kakak juga sangat baik membimbingku, meski aku harus mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran ekstra, untuk bisa mengimbangi ritme kerja di kantor.” Senyum itu masih bertahan di wajahnya, rapuh tapi tampak elegan, mengiringi kalimat dustanya.

Evans yang mendengar jawaban Elena, hanya mengangkat kepala dan mengangguk pelan.

Melihat sikap sang kakak yang seperti tidak memiliki perasaan bersalah, Elena tanpa sadar menggenggam garpunya erat-erat.

“Baguslah,” ujar Simon, mencoba terdengar optimistis, meski sorot matanya mengandung kekhawatiran yang sulit disembunyikan. “Papa harap kalian bisa saling dekat satu sama lain setelah belasan tahun terpisah. Kalau hubungan kalian membaik, hati Papa dan Mama juga akan tenang.”

Kalimat itu menghujam tepat di dada Elena, hingga membuatnya nyaris tak sanggup menelan makanan yang sedari tadi hanya dipindah-pindahkan di atas piring.

Kalimat itu terlalu penuh dengan harapan yang sia-sia.

“Benar!” sambung Samantha, ibunda mereka, dengan suara lembut yang menyiratkan pengharapan pada putra-putrinya. “Kalian harus saling mendukung, karena Papa dan Mama tidak tahu sampai kapan bisa terus mendampingi kalian.”

“Iya, Pa, Ma,” jawab Elena sambil menunduk, enggan menatap wajah kedua orang tuanya.

Di sisi lain meja, Evans hanya memberikan anggukan kecil tanpa sepatah katapun.

...***...

Pagi ini, Elena terlihat turun dari lantai dua dengan terburu-buru. Percakapan larut malam melalui telepon bersama Albern, yang kini sedang menemani ayahnya dinas ke luar kota, membuat Elena baru bisa memejamkan matanya sekitar pukul tiga pagi.

“Aku berangkat dulu, Ma!” serunya sambil menggigit roti gandum berlapis selai kacang buatan sang ibu.

“Hati-hati, Sayang,” balas Samantha dengan senyum simpul, yang tak pernah tahu betapa banyak luka yang sedang ditutupi oleh putrinya.

Elena terpaksa menyetir sendiri menuju kantor, dan sesampainya di sana, ia langsung melangkah menuju lantai sepuluh, tempat di mana rapat pagi akan digelar.

Dalam perjalanan tadi, Jemima telah menelepon dan menyampaikan pesan Evans, agar membantu menyiapkan ruang rapat yang akan dimulai dalam waktu setengah jam.

“Nona Elena, ada yang bisa saya bantu?” tanya Emma, salah satu office girl kantor, ketika mendapati Elena tiba di ruang rapat.

“Rapat akan dimulai sebentar lagi, kan?” Elena balik bertanya sambil memeriksa ruangan.

“Iya, Non. Saya dengar ruangan ini yang akan digunakan,” jawab Emma santun.

“Baiklah!” seru Elena bersemangat. Emma sempat menawarkan diri, tetapi gadis itu menolaknya halus.

“Kalau begitu, saya bertugas di ruangan sebelah. Kalau butuh bantuan, silakan panggil saya, ya, Non?”

Elena tersenyum, berusaha tetap ramah meski tubuhnya akan terasa lebih berat dari biasanya.

Setelah menata semua kebutuhan rapat hingga sedetail mungkin, mulai dari botol air, fotokopi dokumen, AC, monitor, dan mikrofon, ia pun membiarkan pintu ruangan terbuka, demi memudahkan para peserta rapat masuk ke dalam ruangan tersebut.

...***...

"Beritahu mereka kalau rapat dipindahkan ke lantai dua belas. Pastikan semua orang tahu!” titah Evans mendadak, sesaat setelah Jemima memberitahukan bahwa Elena telah selesai menyiapkan ruangan.

Jemima terkejut. “Vans, Elena baru saja selesai menyiapkan ruangan!” tukasnya.

“Jangan membantah, Jem!” balas Evans tanpa nada, tapi terasa dingin dan tegas.

Jemima terdiam, lalu mengembuskan napas panjang. “Baiklah, aku akan menelepon Elena dulu.”

“Tidak perlu. Nanti juga dia akan tahu sendiri.”

Jemima mengatupkan bibirnya. Kali ini tampaknya Evans sudah sangat keterlaluan pada adiknya yang sedang mencoba bertahan.

Ia hanya bisa berharap, Elena bisa bertemu peserta rapat lain dan menemukan tempat yang sebenarnya.

...***...

Dua puluh menit pun berlalu. Namun, tidak ada satu pun anggota rapat yang datang ke ruangan itu. Wajah Elena sontak menegang kembali, saat menatap jam tangannya, karena rapat seharusnya sudah dimulai sejak tadi.

Gadis itu pun memilih untuk menunggu di depan lift, guna menunggu para peserta rapat di sana.

Namun, lagi-lagi lantai ini masih terasa sepi dan sunyi. Saat akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke ruangan, Emma pun muncul dengan tatapan iba yang menusuk hati.

“Nona Elena,” panggil Emma pelan.

“Ya, ada apa, Emma?” Elena tersenyum tipis.

“Tadi saya ke lantai dua belas dan bertemu Nona Jemima. Beliau menitipkan pesan, kalau rapat ternyata dipindahkan ke sana oleh Pak Evans.”

Elena tak menjawab. Dadanya terasa sesak seperti ada sesuatu yang meremas jantungnya.

Evans yang menyuruhnya untuk menyiapkan ruangan itu, tetapi ia pula yang mengubahnya tanpa memberi tahu apapun.

“Oh, iya! Ya ampun, aku lupa kalau beliau sempat bilang tadi!” dustanya dengan tawa kecil yang getir. Elena tak ingin membuat malu siapapun, termasuk dirinya sendiri.

Senyum tipis itupun kembali mengembang di bibirnya. “Terima kasih, Emma. Tolong rapikan ruangan ini, ya," pinta gadis itu lirih, tapi tetap terdengar biasa.

“Baik, Nona. Biar saya saja yang urus,” jawab Emma penuh simpati.

“Kamu baik sekali,” ujar Elena sambil menepuk lembut pundaknya, lalu berjalan pergi dengan langkah cepat nyaris tak berpijak.

“Jangan menangis, Bodoh! Jangan menangis!” batin Elena berteriak di sepanjang lorong kosong yang menggaung sepi.

Tak ada siapapun. Hanya ada dirinya, dan airmata yang kini mengalir membasahi pipi gadis itu.

Terpopuler

Comments

Yen Lamour

Yen Lamour

Sungguh terlalu 😖

2022-06-17

1

Siska Agustin

Siska Agustin

Evans belum pernah digampar pakai sandal kah?!! sini klo mau coba aku dg senang hati mau gampar lu?!!!

2022-06-16

0

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻

Makin Seru Kk
My Bestie mampir

2022-06-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Sepenggal Mimpi.
2 Bab 2 : Kepulangan Evans.
3 Bab 3 : Potongan Mimpi Kembali Hadir.
4 Bab 4 : Pertemuan Keduanya.
5 Bab 5 : Rencana Simon.
6 Bab 6 : Air Mata Luka.
7 Bab 7 : Terhina.
8 Bab 8 : Fakta Tentang Evans.
9 Bab 9 : Bayangan Leon.
10 Bab 10 : Perkenalan Albern dan Evans.
11 Bab 11 : Oswald Royal Museum (1)
12 Bab 12 : Oswald Royal Museum (2).
13 Bab 13: Panti Asuhan Maria Joseph.
14 Bab 14 : Prom Night.
15 Bab 15 : Hari Pertama Bekerja.
16 Bab 16 : Air Mata Elena.
17 Bab 17 : Tak Dianggap.
18 Bab 18 : Pertengkaran.
19 Bab 19 : "Elena!"
20 Bab 20 : Tragedi.
21 Bab 21 : Terbangun Di Tempat Asing.
22 Bab 22 : Sosok Leon di Mata Elena.
23 Bab 23 : Princess Airlea.
24 Bab 24 : Mimpi Evans (1).
25 Bab 25 : Mimpi Evans (2).
26 Bab 26 : Kondisi Elena.
27 Bab 27 : Aku Akan Terus Bersamamu.
28 Bab 28 : Seutas Janji.
29 Bab 29 : Elena Siuman.
30 Bab 30 : Semua Terungkap.
31 Bab 31 : Tanda Lahir Evans.
32 Bab 32 : Percaya Reinkarnasi?
33 Bab 33 : Mimpi Evans Kembali Hadir.
34 Bab 34 : Kandas.
35 Bab 35 : Nyaris Celaka.
36 Bab 36 : Satu Hati.
37 Bab 37 : Cinta Sejati?
38 Bab 38 : Break.
39 Bab 39 : Kecemburuan.
40 Bab 40 : Hilang?
41 Bab 41 : Ulah Albern.
42 Bab 42 : Iris.
43 Bab 43 : Leon - Evans.
44 Bab 44 : Penyelamatan Elena.
45 Bab 45 : Evans Mendapatkan Ingatannya.
46 Bab 46 : Vonis Albern.
47 Bab 47 : Takdir Tak Bisa Diubah.
48 Bab 48 : Sepenggal Ingatan.
49 Bab 49 : Hilang?
50 Bab 50 : Hidup Tanpanya.
51 Bab 51 : Kencan Buta.
52 Bab 52 : Dinas Luar Kota.
53 Bab 53 : Identitas Chris.
54 Bab 54 : Nyaris Bertemu.
55 Bab 55 : Pertemuan Kembali.
56 Bab 56 : Tak Akan Kubiarkan Kau Pergi.
57 Bab 57 : Ingin Bersamamu.
58 Bab 58 : Menyerah?
59 Bab 59 : Firasat.
60 Bab 60 : "Aku mencintaimu."
61 Bab 61 : Amnesia Disosiatif.
62 Bab 62 : Kasih Sayang Keluarga.
63 Bab 63 : Apartemen.
64 Bab 64 : Sebuah Pengakuan.
65 Bab 65 : Kembali atau Pergi?
66 Bab 66 : Princess Airlea.
67 Bab 67 : Pa Emër River.
68 Bab 68 : Perjodohan.
69 Bab 69 : Melarikan Diri.
70 Bab 70 : Akhir Kisah Kerajaan Oswald.
71 Bab 71 : Akhir Kisah.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 : Sepenggal Mimpi.
2
Bab 2 : Kepulangan Evans.
3
Bab 3 : Potongan Mimpi Kembali Hadir.
4
Bab 4 : Pertemuan Keduanya.
5
Bab 5 : Rencana Simon.
6
Bab 6 : Air Mata Luka.
7
Bab 7 : Terhina.
8
Bab 8 : Fakta Tentang Evans.
9
Bab 9 : Bayangan Leon.
10
Bab 10 : Perkenalan Albern dan Evans.
11
Bab 11 : Oswald Royal Museum (1)
12
Bab 12 : Oswald Royal Museum (2).
13
Bab 13: Panti Asuhan Maria Joseph.
14
Bab 14 : Prom Night.
15
Bab 15 : Hari Pertama Bekerja.
16
Bab 16 : Air Mata Elena.
17
Bab 17 : Tak Dianggap.
18
Bab 18 : Pertengkaran.
19
Bab 19 : "Elena!"
20
Bab 20 : Tragedi.
21
Bab 21 : Terbangun Di Tempat Asing.
22
Bab 22 : Sosok Leon di Mata Elena.
23
Bab 23 : Princess Airlea.
24
Bab 24 : Mimpi Evans (1).
25
Bab 25 : Mimpi Evans (2).
26
Bab 26 : Kondisi Elena.
27
Bab 27 : Aku Akan Terus Bersamamu.
28
Bab 28 : Seutas Janji.
29
Bab 29 : Elena Siuman.
30
Bab 30 : Semua Terungkap.
31
Bab 31 : Tanda Lahir Evans.
32
Bab 32 : Percaya Reinkarnasi?
33
Bab 33 : Mimpi Evans Kembali Hadir.
34
Bab 34 : Kandas.
35
Bab 35 : Nyaris Celaka.
36
Bab 36 : Satu Hati.
37
Bab 37 : Cinta Sejati?
38
Bab 38 : Break.
39
Bab 39 : Kecemburuan.
40
Bab 40 : Hilang?
41
Bab 41 : Ulah Albern.
42
Bab 42 : Iris.
43
Bab 43 : Leon - Evans.
44
Bab 44 : Penyelamatan Elena.
45
Bab 45 : Evans Mendapatkan Ingatannya.
46
Bab 46 : Vonis Albern.
47
Bab 47 : Takdir Tak Bisa Diubah.
48
Bab 48 : Sepenggal Ingatan.
49
Bab 49 : Hilang?
50
Bab 50 : Hidup Tanpanya.
51
Bab 51 : Kencan Buta.
52
Bab 52 : Dinas Luar Kota.
53
Bab 53 : Identitas Chris.
54
Bab 54 : Nyaris Bertemu.
55
Bab 55 : Pertemuan Kembali.
56
Bab 56 : Tak Akan Kubiarkan Kau Pergi.
57
Bab 57 : Ingin Bersamamu.
58
Bab 58 : Menyerah?
59
Bab 59 : Firasat.
60
Bab 60 : "Aku mencintaimu."
61
Bab 61 : Amnesia Disosiatif.
62
Bab 62 : Kasih Sayang Keluarga.
63
Bab 63 : Apartemen.
64
Bab 64 : Sebuah Pengakuan.
65
Bab 65 : Kembali atau Pergi?
66
Bab 66 : Princess Airlea.
67
Bab 67 : Pa Emër River.
68
Bab 68 : Perjodohan.
69
Bab 69 : Melarikan Diri.
70
Bab 70 : Akhir Kisah Kerajaan Oswald.
71
Bab 71 : Akhir Kisah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!