Bab 2 : Kepulangan Evans.

"Terima kasih, Sayang," ucap Elena saat mereka tiba di depan rumah keluarga Wileen. "Kamu tidak mau mampir dulu?" tanya gadis itu kemudian.

"Sudah terlalu sore dan kamu juga belum istirahat. Sampaikan salamku pada papa dan mama saja, ya?" Albern mengusap kepala Elena dan memagut bibirnya mesra.

Pipi Elena bersemu merah. Ia selalu saja terbuai dengan perlakuan pria pujaan hatinya itu. Pria yang begitu lembut dalam bersikap dan bertutur kata.

Selama hampir satu tahun berpacaran, Albern tak pernah bersikap dan berkata yang menyakitkan. Pergaulannya di kampus pun terbilang sangat baik. Maka tak heran jika Elena sangat tergila-gila pada Albern.

Perkenalan mereka sebenarnya cukup singkat dan sedikit memalukan, yaitu saat Elena menumpahkan minuman dinginnya pada kemeja Albern, ketika ia dan Jenny baru saja datang ke kafe dan hendak mencari tempat duduk.

Hanya butuh tiga kali pertemuan, Albern langsung menyatakan perasaannya pada Elena dan mulai menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih.

"Aku turun dulu. Telepon aku kalau sudah sampai di rumah!" pesan Elena malu-malu.

Albern melempar senyum tipis pada sang kekasih lalu mengangguk singkat.

Elena membuka pintu mobil dan menurunkan satu kakinya. Namun, sebelum benar-benar ke luar dari sana, ia kembali masuk dan menarik kerah kemeja Albern untuk mendaratkan sebuah ciuman balasan.

Albern tertawa kecil. Pria yang selalu terbuai dengan manisnya bibir sang kekasih itu dengan senang hati menyambutnya. Mereka baru sama-sama saling melepaskan diri ketika oksigen yang terhirup hampir habis.

...***...

"Aku pulang!" seru Elena sumringah sembari berlari masuk ke dalam rumah.

Samantha, sang ibu, yang sedang menikmati secangkir teh jahe dan cookies, menyambut kedatangan putri bungsunya tersebut.

"Sepertinya putri Mama sedang senang sekali. Pasti karena pujaan hati, ya?" tukas Samantha. Beliau memang sangat senang menggoda anak gadisnya yang sedang kasmaran.

Elena tersenyum malu-malu. "Oh iya, Albern titip salam untuk Papa dan Mama," katanya.

Samantha mengangguk. "Suruh dia main lagi ke sini, Sayang."

Elena mengangguk semangat, sebelum kemudian berpamitan pada sang ibu untuk mandi dan berganti pakaian.

...***...

Sementara itu, jauh di tempat lain, seorang pria berwajah tampan dan berpenampilan rapi tampak terdiam memandangi hamparan laut dari balkon rumahnya. Pria itu termenung, seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Evans, semua sudah siap. Pesawat akan berangkat pukul setengah delapan malam nanti. Apa ada yang kamu butuhkan lagi?" Seorang wanita berpenampilan modis dengan surai pendek kecoklatan datang menghampiri Evans.

Evans terdiam. Helaan napas keluar dari mulutnya. Meski berat, mau tak mau ia harus menuruti perintah sang ayah untuk meninggalkan negara yang sudah lima belas tahun ditinggalinya ini.

Kalau saja sang ayah tidak sakit, ia mungkin akan menolak mentah-mentah permintaan beliau untuk pulang ke tanah air. Adanya seseorang membuat pria itu lebih memilih menetap di sini dalam waktu tidak ditentukan.

Evans lantas berbalik dan berjalan menghampiri Jemima, orang kepercayaan yang sudah membersamainya selama hampir tujuh tahun.

...***...

Elena hampir saja menyemburkan makanannya ketika mendengar kabar dari Simon, sang ayah, bahwa kakaknya akan menetap bersama mereka.

Wajah Elena yang semula penuh dengan keceriaan mendadak suram.

Simon terpaksa harus beristirahat dari kegiatan kantornya karena memiliki riwayat penyakit jantung. Oleh karena itu, ia meminta sang putra sulung untuk pulang guna mengurus perusahaan keluarga mereka.

Semula Evans memang sempat bimbang. Namun, berkat desakan sang ayah, anak itu akhirnya mau kembali dan meninggalkan karirnya yang cukup sukses sebagai pengusaha di sana.

Selain karena penyakit, Simon juga ingin kedua anaknya memiliki hubungan yang harmonis. Sebab, Evans lah yang akan bertanggung jawab atas Elena, ketika mereka tiada kelak.

"Sayang," panggil Samantha saat Elena bangkit dari kursi makannya.

"Aku sudah kenyang, Pa, Ma. Aku mau langsung tidur." Elena mengulas senyum tipis dan bergegas pergi memisahkan diri.

Samantha hanya bisa menatap cemas anak bungsunya.

"Apa kamu yakin, Sayang?" kata Samantha pada sang suami.

"Ya, Sayang. Aku tidak rela perusahaan yang telah kubangun selama puluhan tahun harus jatuh ke tangan orang lain." Simon memegang tangan sang istri dan menepuknya halus. "Evans sudah dewasa, dan dia pasti sudah lebih mengerti. Percayalah hubungan mereka akan baik-baik saja."

...***...

Elena menutup pintunya dan bergegas naik ke atas tempat tidur. Gadis itu terlihat sedih dan takut, karena orang yang paling membenci dirinya akan pulang ke rumah setelah belasan tahun tinggal di luar negeri.

Sejak Elena kecil, ia memang tidak pernah sekalipun merasakan kehadiran sang kakak.

Kenangan bersamanya pun, Elena tak punya, sebab sejak usia Elena tiga tahun, mereka sudah hidup terpisah. Jarak usia mereka pun terbilang cukup jauh, yaitu 12 tahun.

Elena yang sudah semakin besar baru menyadari sikap kakaknya, ketika mereka sekeluarga beberapa kali menjenguk pria itu.

Beberapa kali Elena datang, Evans tidak pernah bersikap baik padanya, bahkan cenderung menganggap Elena seperti orang lain.

Itulah yang menjadi alasan cukup bagi Elena, untuk tidak pernah lagi ikut kedua orang tuanya menemui Evans.

Elena bukannya tidak pernah menanyakan sikap Evans pada ayah dan ibunya. Namun, mereka sendiri juga tidak mengetahui alasan Evans yang sampai tega membenci adik kandungnya sendiri.

Elena mengacak rambutnya frustrasi. Hidup seperti apa yang akan ia jalani saat pria itu tiba di sini nanti?

...***...

Jenny menatap Elena perihatin. Gadis bersurai keemasan itu menepuk punggung sang sahabat, guna membantu menenangkan kerisauan yang hinggap di hati Elena sekarang.

Kedekatan mereka membuat keduanya tak pernah menyembunyikan apapun satu sama lain, termasuk aib keluarga masing-masing.

"Benar kata ayahmu, El, mungkin Kak Evans sudah berubah. Buktinya dia mau pulang ke rumah dan berkumpul bersama," kata Jenny mencoba berpikir positif.

"Itu karena sakit ayahku, bukan karena aku, Jen," sahut Elena lesu. Gadis itu bertopang dagu di atas tumpukan buku matematika miliknya.

"Ya sama saja, El. Kalau Kak Evans masih membencimu, dia pasti akan memberi banyak alasan untuk tidak menetap di sini."

Elena mengembuskan napasnya keras-keras. Gara-gara memikirkan hal tersebut, gadis itu tak dapat tidur semalaman. Ajaibnya lagi, ia tidak tertidur di kelas saat jam pelajaran Mrs. Jane berlangsung.

"Semoga saja apa yang kamu katakan benar, Jen, karena kalau tidak, aku mungkin akan meminta ayah dan ibu untuk tinggal di kost saja."

Mendengar itu, Jenny mengangkat bahunya santai. "Terserah padamu saja, El," ujar gadis itu.

Terpopuler

Comments

YouTrie

YouTrie

Mereka buakn saudara kandung kali??

2022-06-23

1

YouTrie

YouTrie

Aku datang lagi

2022-06-22

1

Siska Agustin

Siska Agustin

mreka sodara kandung tp knp sikap Evans begitu sama adiknya,apa dia g suka punya adik gitu maksudnya??

2022-06-16

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 : Sepenggal Mimpi.
2 Bab 2 : Kepulangan Evans.
3 Bab 3 : Potongan Mimpi Kembali Hadir.
4 Bab 4 : Pertemuan Keduanya.
5 Bab 5 : Rencana Simon.
6 Bab 6 : Air Mata Luka.
7 Bab 7 : Terhina.
8 Bab 8 : Fakta Tentang Evans.
9 Bab 9 : Bayangan Leon.
10 Bab 10 : Perkenalan Albern dan Evans.
11 Bab 11 : Oswald Royal Museum (1)
12 Bab 12 : Oswald Royal Museum (2).
13 Bab 13: Panti Asuhan Maria Joseph.
14 Bab 14 : Prom Night.
15 Bab 15 : Hari Pertama Bekerja.
16 Bab 16 : Air Mata Elena.
17 Bab 17 : Tak Dianggap.
18 Bab 18 : Pertengkaran.
19 Bab 19 : "Elena!"
20 Bab 20 : Tragedi.
21 Bab 21 : Terbangun Di Tempat Asing.
22 Bab 22 : Sosok Leon di Mata Elena.
23 Bab 23 : Princess Airlea.
24 Bab 24 : Mimpi Evans (1).
25 Bab 25 : Mimpi Evans (2).
26 Bab 26 : Kondisi Elena.
27 Bab 27 : Aku Akan Terus Bersamamu.
28 Bab 28 : Seutas Janji.
29 Bab 29 : Elena Siuman.
30 Bab 30 : Semua Terungkap.
31 Bab 31 : Tanda Lahir Evans.
32 Bab 32 : Percaya Reinkarnasi?
33 Bab 33 : Mimpi Evans Kembali Hadir.
34 Bab 34 : Kandas.
35 Bab 35 : Nyaris Celaka.
36 Bab 36 : Satu Hati.
37 Bab 37 : Cinta Sejati?
38 Bab 38 : Break.
39 Bab 39 : Kecemburuan.
40 Bab 40 : Hilang?
41 Bab 41 : Ulah Albern.
42 Bab 42 : Iris.
43 Bab 43 : Leon - Evans.
44 Bab 44 : Penyelamatan Elena.
45 Bab 45 : Evans Mendapatkan Ingatannya.
46 Bab 46 : Vonis Albern.
47 Bab 47 : Takdir Tak Bisa Diubah.
48 Bab 48 : Sepenggal Ingatan.
49 Bab 49 : Hilang?
50 Bab 50 : Hidup Tanpanya.
51 Bab 51 : Kencan Buta.
52 Bab 52 : Dinas Luar Kota.
53 Bab 53 : Identitas Chris.
54 Bab 54 : Nyaris Bertemu.
55 Bab 55 : Pertemuan Kembali.
56 Bab 56 : Tak Akan Kubiarkan Kau Pergi.
57 Bab 57 : Ingin Bersamamu.
58 Bab 58 : Menyerah?
59 Bab 59 : Firasat.
60 Bab 60 : "Aku mencintaimu."
61 Bab 61 : Amnesia Disosiatif.
62 Bab 62 : Kasih Sayang Keluarga.
63 Bab 63 : Apartemen.
64 Bab 64 : Sebuah Pengakuan.
65 Bab 65 : Kembali atau Pergi?
66 Bab 66 : Princess Airlea.
67 Bab 67 : Pa Emër River.
68 Bab 68 : Perjodohan.
69 Bab 69 : Melarikan Diri.
70 Bab 70 : Akhir Kisah Kerajaan Oswald.
71 Bab 71 : Akhir Kisah.
Episodes

Updated 71 Episodes

1
Bab 1 : Sepenggal Mimpi.
2
Bab 2 : Kepulangan Evans.
3
Bab 3 : Potongan Mimpi Kembali Hadir.
4
Bab 4 : Pertemuan Keduanya.
5
Bab 5 : Rencana Simon.
6
Bab 6 : Air Mata Luka.
7
Bab 7 : Terhina.
8
Bab 8 : Fakta Tentang Evans.
9
Bab 9 : Bayangan Leon.
10
Bab 10 : Perkenalan Albern dan Evans.
11
Bab 11 : Oswald Royal Museum (1)
12
Bab 12 : Oswald Royal Museum (2).
13
Bab 13: Panti Asuhan Maria Joseph.
14
Bab 14 : Prom Night.
15
Bab 15 : Hari Pertama Bekerja.
16
Bab 16 : Air Mata Elena.
17
Bab 17 : Tak Dianggap.
18
Bab 18 : Pertengkaran.
19
Bab 19 : "Elena!"
20
Bab 20 : Tragedi.
21
Bab 21 : Terbangun Di Tempat Asing.
22
Bab 22 : Sosok Leon di Mata Elena.
23
Bab 23 : Princess Airlea.
24
Bab 24 : Mimpi Evans (1).
25
Bab 25 : Mimpi Evans (2).
26
Bab 26 : Kondisi Elena.
27
Bab 27 : Aku Akan Terus Bersamamu.
28
Bab 28 : Seutas Janji.
29
Bab 29 : Elena Siuman.
30
Bab 30 : Semua Terungkap.
31
Bab 31 : Tanda Lahir Evans.
32
Bab 32 : Percaya Reinkarnasi?
33
Bab 33 : Mimpi Evans Kembali Hadir.
34
Bab 34 : Kandas.
35
Bab 35 : Nyaris Celaka.
36
Bab 36 : Satu Hati.
37
Bab 37 : Cinta Sejati?
38
Bab 38 : Break.
39
Bab 39 : Kecemburuan.
40
Bab 40 : Hilang?
41
Bab 41 : Ulah Albern.
42
Bab 42 : Iris.
43
Bab 43 : Leon - Evans.
44
Bab 44 : Penyelamatan Elena.
45
Bab 45 : Evans Mendapatkan Ingatannya.
46
Bab 46 : Vonis Albern.
47
Bab 47 : Takdir Tak Bisa Diubah.
48
Bab 48 : Sepenggal Ingatan.
49
Bab 49 : Hilang?
50
Bab 50 : Hidup Tanpanya.
51
Bab 51 : Kencan Buta.
52
Bab 52 : Dinas Luar Kota.
53
Bab 53 : Identitas Chris.
54
Bab 54 : Nyaris Bertemu.
55
Bab 55 : Pertemuan Kembali.
56
Bab 56 : Tak Akan Kubiarkan Kau Pergi.
57
Bab 57 : Ingin Bersamamu.
58
Bab 58 : Menyerah?
59
Bab 59 : Firasat.
60
Bab 60 : "Aku mencintaimu."
61
Bab 61 : Amnesia Disosiatif.
62
Bab 62 : Kasih Sayang Keluarga.
63
Bab 63 : Apartemen.
64
Bab 64 : Sebuah Pengakuan.
65
Bab 65 : Kembali atau Pergi?
66
Bab 66 : Princess Airlea.
67
Bab 67 : Pa Emër River.
68
Bab 68 : Perjodohan.
69
Bab 69 : Melarikan Diri.
70
Bab 70 : Akhir Kisah Kerajaan Oswald.
71
Bab 71 : Akhir Kisah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!