Sambil menyusuri tepian pantai, Anin dan Andika akhirnya duduk sejenak di bebatuan. Pandangannya mengarah pada lautan yang begitu luas, ingatannya kembali dimasa lalu.
Kebersamaan yang sempat terpisahkan, kini telah kembali. Namun, kehadirannya seakan sebuah kabar yang harus dikalahkan dengan perasaan rindu yang belum juga terobati dengan sepenuhnya.
"Nin," panggil Andika.
"Ya, ada apa?"
"Bagaimana kalau kita pindah di sana? sambil menikmati makanan, dan juga menunggu terbenamnya matahari. Kebetulan, aku belum makan dari tadi, karena rasa tidak sabar ingin bertemu denganmu."
"Boleh, aku juga sudah lapar." Jawab Anin yang berterus terang, jika dirinya terasa lapar.
"Ayo." Ajak Andika dan menggandeng tangannya.
Sampainya di tempat yang ditunjukkan, Anin duduk bersebelahan dengan Andika, dan keduanya tampak serasi.
"Aku mau pesan makanan dulu, kamu duduk aja disini. Jangan kemana-mana, aku hanya sebentar saja." Ucap Andika berpamitan untuk membeli makanan.
"Ya, tapi jangan makanan yang pedas, aku sedang menghindarinya." Jawab Anin berpesan.
"Ya, sayangku. Kamu jangan pergi kemana-mana, tunggu aku disini." Ucap Andika, Anin mengangguk.
Sambil menunggu pacarnya datang, Anin menyibukkan diri untuk mengambil gambar lewat kamera ponselnya. Tentu saja, mengabadikan kenang-kenangan bersama orang yang dicintainya.
Tanpa Anin sadari, sejak tadi ada yang tengah mengawasi keberadaannya.
"Dia tahun lamanya, terasa berat untukku menunggu. Mungkinkah dia tidak akan berpaling dariku? apakah ucapannya bisa aku pegang? semoga saja tidak akan mengingkari janjinya." Gumamnya sangat lirih.
"Ngelamun aja dari tadi, ntar kena sambet loh. Sabar ya, bentar lagi pesanannya datang." Ucap Andika mengagetkan.
"Aku sedang tidak melamun, tadi itu cuma ambil foto aja, serius. Lagi pula mau mikirin siapa, kamu-nya aja sudah datang." Jawab Anin beralasan, dan tidak mungkin juga jika harus berterus terang jika dirinya tengah memikirkannya.
"Kirain, aku kan tidak tahu. Oh ya, selesai kuliah, kamu mau kerja atau lanjut kuliah lagi. Kebetulan, aku ada tabungan, kalau untuk biaya kuliah kamu, aku rasa masih cukup." Ucap Andika sambil duduk bersandar disebelah kekasihnya.
Anin menoleh padanya.
'Bahkan, uang yang kamu beri saja, belum aku sentuh.' Batinnya sambil menatap wajah pasangannya.
"Kan, kan, kamu-nya melamun lagi. Sebenarnya kamu itu sedang mikirin apa sih, sayang? kamu sedang tidak ada masalah, 'kan? ceritakan saja padaku, aku siap mendengar keluh kesah-mu."
"Maaf, aku terbawa suasana. Oh ya, selesai kuliah, aku mau mencari pekerjaan aja. Aku capek jika harus kuliah lagi, ada Didit yang juga yang harus aku perhatikan." Jawab Anin menolak secara halus.
"Kamu serius mau mencari pekerjaan?" tanya Andika menatapnya dengan lekat.
Anin menganggukkan kepalanya dengan pelan, sedangkan Andika mulai mendekatkan diri padanya.
"Satu kali ini saja," bisik Andika meminta izin sebelum menc*iumnya.
Seketika, Anin langsung meletakkan jari telunjuk tangannya pada bagian bibir milik kekasihnya, dan menggelengkan kepala. Seraya, bahwa Anin tidak mengizinkannya untuk menyentuh bibirnya.
"Maaf, aku tidak bisa. Aku takut, kamu akan menuntutnya lebih." Jawab Anin sambil menatap wajahnya.
Sedangkan Andika meraih tangan milik kekasihnya dan menyingkirkannya.
"Sekali saja," kata Andika.
"Maaf, aku tetap tidak bisa. Aku akan memberikannya padamu, jika kamu sudah menjadi suami sah-ku." Jawab Anin memberanikan diri.
"Baiklah, aku akan sabar menunggu." Ucap Andika yang pada akhirnya menyerah, dan menuruti kemauannya.
"Permisi," ucap seorang pelayan sambil membawa makanan dan minuman yang sudah dipesan.
"Silakan," jawab Andika untuk mempersilakan meletakkan pesanannya.
"Selamat menikmati." Ucapnya sebelum pergi.
"Terima kasih." Jawab Anin dan Andika bersamaan.
Setelah pesanan sudah disajikan, dilanjut oleh Andika dan Anin untuk menikmatinya dengan ditemani ombak, serta matahari yang sebentar lagi akan terbenam.
Suasana di sore hari menjelang malam, membuat suasana di pantai terlihat cantik dengan pandangan yang begitu indah bersamaan matahari yang akan terbenam.
Sepasang kekasih yang masih dengan statusnya sendirian, kini tengah menikmati makanannya masing-masing.
"Aku ingin menyuapi kamu, terimalah suapan dariku." Ucap Andika sambil menyodorkan satu suapan pada sang kekasih.
Anin yang tidak bisa menolak suapan dari seseorang yang dicintainya itu, menerimanya. Saat itu juga, tiba-tiba ponsel milik Andika tengah berdering dan mengagetkan keberadaan mereka berdua.
"Tunggu sebentar, ayahku menelpon." Ucap Andika saat menerima panggilan dari sang ayah.
Tidak ada rahasia apapun pada diri Angga pada Anin, kekasihnya.
"Halo, Pa, ada apa?" tanya Andika lewat panggilan telpon.
Dengan seksama, Andika mendengarnya.
"Ya, Pa, ya. Aku akan segera pulang, Papa tidak perlu khawatir. Nanti malam aku pulang, untuk saat ini, izinkan aku untuk menikmati waktuku bersama Anin, pa." Ucap Andika sambil menggenggam tangan kekasihnya.
Raga masih melakukan panggilan telpon bersama sang ayah.
"Ya, Pa." Jawab Andika ketika mendapatkan perintah dari ayahnya.
Anin yang mendengar sang kekasih tengah bicara dengan orang tuanya, serasa dirinya tidak dianggapnya ada.
Awalnya menikmati pertemuannya tanpa ada goresan hati, seakan harapannya mulai memudar.
Setelah mematikan sambungan telepon dari ayahnya, Andika menoleh ke samping, tepatnya pada sang kekasih.
"Maafkan aku ya, Nin. Tadi ayahku menelpon, aku diminta untuk pulang malam ini. Karena besok, aku harus berangkat ke luar negri. Waktuku sangat singkat, dan tidak bisa berlama-lama di rumah. Aku mohon pengertiannya dari kamu, percayalah dengan janjiku yang akan mempertahankan hubungan kita ini. Tunggu aku kembali, aku akan menepati janjiku padamu." Ucap Andika sambil menggenggam kedua tangan milik kekasihnya.
"Ya, aku akan menunggumu pulang. Aku percaya kok sama kamu, janjimu pasti ditepati. Buktinya, hari ini saja kamu menepati janjimu, meski harus kembali lagi ke luar negri." Jawab Anin yang berusaha untuk tetap tenang, walaupun hatinya berkecamuk tidak karuan.
"Ya sudah, kita habiskan dulu makanannya. Setelah ini, aku akan mengantarkan kamu pulang. Jaga hubungan kita ini dengan baik, saatnya nanti kita akan bertemu lagi." Ucap Andika, sedangkan Anin hanya menganggukkan kepalanya pelan.
Ketika sudah selesai menikmati makanannya, Andika mengajak kekasihnya pulang. Selama perjalanan, sesekali Anin melihat jalanan yang dilewatinya.
Ingin menangis, itu tidak akan mungkin. Anin hanya bisa melamun, dan entah apa yang ada dalam pikirannya.
Antara senang, sedih, kecewa, bahagia, Anin tak mampu mengungkapkan perasaannya.
Dibilang bahagia, hatinya merasa sedih. Mau mengatakan dirinya tengah bersedih, hatinya merasa bahagia lantaran bisa bertemu lagi dengan orang selama ini tengah dirindukan.
Tentu saja, Anin merasa dilema dengan keadaannya sendiri.
Sampai tidak sadarkan diri, jika mobil yang ditumpanginya sudah berada di halaman rumahnya.
"Nin, kita sudah sampai." Ucap Andika membuyarkan lamunan sang kekasih.
"Kita sudah sampai, maafkan aku yang tidak menyadarinya. Kamu tidak mau masuk dulu? istirahat sebentar, ngopi, ngeteh, atau yang lainnya."
"Tidak usah, aku buru-buru. Maafkan aku sebelumnya, aku tidak ada niat untuk menolak. Sebenarnya aku ingin berlama-lama di kampung ini, tapi aku tidak bisa. Aku minta maaf, jika aku harus meninggalkan kamu lagi. Aku janji, akan menepati janjiku padamu. Jaga diri kamu baik-baik, aku sangat mencintaimu." Ucap Andika berpamitan sebelum pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments