Setelah berpamitan dengan teman-teman yang lainnya, Andika kembali mendekati pacarnya.
"Anin, aku berangkat, ya. Jaga diri kamu dengan baik, sampai bertemu lagi diwaktu yang kita janjikan. Ini, ada gelang milikku, kamu bisa memakainya, bisa juga menyimpannya. Dijaga kesehatan kamu, aku pamit." Ucap Andika berpamitan untuk yang terakhir kalinya.
"Aku akan menyimpannya, biar tidak rusak. Hati-hati diperjalanan, semoga selamat sampai tujuan. Oh ya, jangan lupa untuk memberi kabar. Aku doakan, semoga kamu sukses sesuai yang kamu harapkan." Jawab Anin, Andika tersenyum dan melambaikan tangannya pada Anin.
Sama halnya dengan yang lain, ikut melambaikan tangan tanda perpisahan di akhir pertemuan. Berat rasanya bagi Anin, tetapi dirinya tak memiliki pilihan lain selain menerima sebuah perpisahan dengan lelaki yang disukainya itu, yakni Andika.
Anin masih berdiri mematung sambil melihat Andika hingga bayangannya tak terlihat lagi, menghilang seperti jauh dari harapan.
Ayun, Dinda, dan Nilam, mereka bertiga langsung mendekati Anin dan memeluknya.
"Andika pasti kembali kok, Nin. Kamu yang sabar ya, semua akan baik-baik saja." Ucap Ayun dan dan juga yang lainnya sama-sama memberi semangat untuk sahabatnya, Anin.
"Ya, Nin. Semua ini untuk kesuksesan Andika, ntar juga buat kamu. Dan kamu tenang aja, kalau sampai Andika ingkar janji, kita-kita akan menghajarnya." Timpal Burnan ikut berkomentar.
Ayun dan kedua temannya, langsung melepaskan pelukannya.
"Benar, Nin, kamu tidak sendirian jika Andika sampai menyakiti kamu." Ucap Dinda ikut bicara.
"Ya, Nin. Kamu tenang aja, masih ada kita-kita yang akan menjadi benteng kamu." Ucap Elang ikut menimpali.
"Ya sudah kalau gitu, kita kembali kumpul bersama yang lain yuk. Nanti kita tidak tahu kalau ada pengumuman loh, yuk ah kesana." Ajak Nilam yang terasa gerah karena terik matahari.
"Oh ya ya, acaranya belum selesai. Sampai lupa akunya, yuk Nin, kita ke sana." Jawab Ayun dan mengajak Anin untuk kembali ke tempat semula.
Saat semua duduk berjejer tanpa Andika, tidak terasa acara segera di tutup. Semua murid mendapatkan pemberitahuan mengenai pendaftaran kuliah gratis untuk bagi yang berprestasi.
Semangat yang membara, seakan menjadikan Anin hilang semangatnya.
"Nin, semangat dong. Dengerin tuh, ada biaya gratis untuk anak yang berprestasi. Kamu bisa kuliah dan menggapai cita-citamu." Ucap Nilam sambil mengusap punggungnya.
"Ya Nin, semangat dong. Kamu bisa kuliah gratis dan mengejar cita-citamu, empat tahun tidak lama lah... ya 'kan?" timpal Dinda.
Anin mengangguk dan menoleh ke samping kanan dan kiri secara bergantian, lalu tersenyum.
"Terima kasih banyak ya, Nil, Yun, Din, kalian sahabatku yang selalu ada buatku. Bahkan, kalian semua selalu menyemangati aku, termasuk Burnan dan Elang." Jawab Anin dan merangkul ketiga teman perempuannya.
Karena waktu acara sudah selesai, Anin dan yang lainnya segera pulang ke rumahnya masing-masing.
"Nanti malam beneran nih ya, kita makan-makan di tempat biasa." Ucap Elang untuk memastikan.
"Yoi, pastinya. Meski nggak ada Andika, kita tetap makan-makan. Kita harus rayakan keberhasilan Anin juga dong, murid berprestasi. Bangga kita, punya teman jago di segala bidang." Sahut Burnan sambil berjalan beriringan dengan yang lainnya.
"Jam berapa emangnya? jangan malam-malam ya, pulangnya. Aku takut kena marah sama ibuku, masih ada tugas yang aku kerjakan." Tanya Anin yang teringat akan tugas pekerjaannya setiap malam, yakni mengemasi barang dagangan ibunya.
"Tenang aja, jam sepuluh malam, kita sudah pulang kok. Tidak lama-lama, kasihan kamu-nya. Tapi tenang aja, kita bakal bantuin kamu. Nanti sebelum berangkat, kita izin dulu seperti biasa untuk bantu bantu di rumah kamu. Lagian, besok kita sudah libur sekolahnya ya kan." Jawab Elang, Anin mengangguk dan mengiyakan.
"Yun, kamu bawa motor, 'kan?" tanya Nilam pada Ayun."
"Ya, tadi aku boncengan sama Dinda, kenapa emangnya?" jawab Ayun dan balik bertanya.
"Tidak apa-apa, aku bisa pulang bareng Burnan kalau gitu, dan Elang bisa bonceng Anin. Jadi, diantara kita tidak ada yang jalan kaki." Ucap Nilam, semua menyetujuinya.
Karena rumahnya yang tidak berdekatan meski satu desa, tetap menjalin persahabatan yang cukup dekat.
Dengan kecepatan sedang, Elang mengendarai motornya.
"Nin, kita mampir ke warung dulu yuk, aku haus nih." Ajak Elang sambil mengusap tenggorokannya yang terasa dahaga.
"Boleh, tapi jangan lama-lama ya." Jawab Anin sedikit mengeraskan suaranya agar dapat didengar oleh Elang.
"Baiklah, kita mampir ke warung yang seperti kita datangi." Ucap Elang dan membelokkan setang motornya.
Sampainya di depan warung, Anin turun dari motor dan juga Elang. Kemudian, keduanya masuk ke dalam warung.
"Cie ... Elang, bawa cewek nih. Cantik juga pacar kamu, Lang."
"Apa-apaan sih, dia ini temanku, dan bukan pacarku. Ngarang aja, kamu-nya Wil."
"Pacar juga tidak apa-apa kok, kalian berdua cocok loh." Ucapnya.
"Reseh Lu, minggir sana, kita berdua mau duduk." Jawab Elang sambil menyuruh Wildan untuk menggeser tempat duduknya.
"Nin, ayo duduk. Aku pesan dulu minumannya, kamu tunggu dulu disini." Ucap Elang pada Anin.
"Ya, Lang." Jawab Anin, Elang segera memesan minimum nya serta makanan yang bisa dijadikan untuk mengganjal perut.
Setelah memesan, Elang kembali duduk bersama Anin.
"Mbaknya pacarnya Elang ya, beruntung loh Mbak dapat Elang. Percaya deh, dia anaknya sangat baik dan juga tampan. Ah pokoknya nggak bakal nyesel, bakal dijadikan ratu oleh tuh anak. Meski masih bau kencur, bercanda." Kata Wildan sedikit berbisik di dekat Anin, takutnya akan ketahuan sama yang dibicarakan.
"Ngapain kamu ngajak temanku ngobrol, dilarang naksir." Ucap Elang memergoki, Wildan langsung bangkit dari posisi duduknya.
"Tenang aja, aku nggak bakalan naksir sama pacar kamu. Udah ah, aku mau pulang. Jaga baik-baik pacar kamu Bro, entar Lu nyesel." Jawab Wildan yang sok tahu, Elang hanya menepuk punggungnya berulang-ulang.
Kemudian, Elang duduk di sebelah Anin.
"Jangan di tanggapi omongannya Wildan, emang begitu anaknya. Oh ya, kita makan mie ayam dulu ya, tadi aku udah pesankan untuk mengganjal perut kita." Ucap Elang, Anin langsung menoleh.
"Tapi Lang, aku ..."
"Tenang aja, aku yang traktir. Kamu cukup menikmatinya, ok."
Tidak lama kemudian, pesanannya telah datang.
"Lang, makasih banget ya. Maafkan aku yang selalu merepotkan kamu." Ucap Anin merasa tidak enak hati, yang selalu mendapatkan traktiran dari Elang selain dari pacarnya sendiri, yakni Andika.
"Sudah ah, ayo kita makan, ntar keburu dingin, tidak enak loh." Ucap Elang sambil menuangkan saos, sambel, dan juga kecapnya.
Setelah itu, dilanjut untuk menikmati mie ayamnya tanpa ada yang bersuara diantara keduanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments