"Biasa aja lihatnya. Makasih ya, kamu udah mau merubah penampilan Kakak. Mau traktiran apa nanti malam, mumpung Kakak sedang baik dan tidak pelit." Ucap Anin sambil menyenggol adiknya.
"Hem, tadi gayanya tidak mau." Kata Didit dengan bibir yang dimajukan, Anin nyengir kuda mendengarnya.
"Mau bagaimana lagi, kamu yang memaksa Kakak. Jadi, ya udah diterima aja. Lain kali tidak usah, mendingan duitnya dipakai untuk kepentingan kamu. Kakak tidak perlu mewah, biasa aja udah lebih dari cukup." Ucap Anin, Didit tersenyum.
"Ya udah, ayo kita berangkat. Nanti bisa-bisa terlambat, tapi memang pinginnya aku itu Kakak datang terlambat. Biar semua tahu, bahwa Kakakku tidak hanya sekedar pintar, tetapi juga sangat cantik." Ajak Didit dan tak lupa untuk memuji sang kakak.
"Biar apa?"
"Biar disangka akulah pacarnya Kakak, habisnya capek kalau di bilang jomblo terus. Akunya berasa tidak laku jadi laki-laki." Jawab Didit dengan mata yang berkedip.
"Ngaco, kamu itu. Belajar yang giat, terus jadikan diri kamu itu mahasiswa yang banyak prestasi dan giat untuk bekerja. Setelah itu, kamu akan mudah untuk mencari pasangan. Ingat ya, cantik saja tidak cukup untuk dijadikan pasangan. Setidaknya mempunyai kepribadian yang baik untuk dijadikan pendamping hidupmu." Ucap Anin yang tak lupa untuk menasehati adiknya.
"Ya Kak, ya. Aku akan penuhi nasehat dari Kakak, dan mau lebih giat lagi untuk bekerja." Jawab Didit dengan anggukan.
"Ya udah, ayo kita berangkat. Kakak udah gerah nih, pakai baju kek gini." Ajak Anin yang sudah merasa tidak nyaman dengan penampilannya.
"Ya, Kak." Jawab Didit dan segera keluar dari salon, lalu berangkat ke kampus.
Dengan kecepatan yang lumayan ngebut, akhirnya Anin telah sampai di halaman kampus.
"Kak, tunggu disini sebentar ya. Aku mau parkir motor dulu, Kak Anin jangan kemana-mana." Ucap Didit setelah sang kakak turun dari motor.
"Ya, cepetan." Jawab Anin yang terasa sudah gerah dan ingin segera mengganti pakaiannya.
Sesudah itu, Didit mengantarkan kakaknya ke dalam.
Didit yang tak kalah tingginya dengan Burnan, Elang dan Andika, terlihat serasi dengan sang kakak saat berjalan, bagi orang yang tidak mengetahui jika keduanya adalah kakak beradik.
Tidak cuma memuji keserasian, tetapi juga memuji kecantikan Anin yang tidak kalah cantiknya dengan mahasiswi yang lain.
Begitu juga dengan Ayun, Nilam, dan juga Dinda, benar-benar seperti tidak percaya melihat penampilan Anin yang begitu anggun dan juga cantik.
"Kak, aku mau bergabung dengan yang lainnya, di sana. Kakak silakan bergabung dengan teman-teman Kakak, aku duduk di sana." Ucap Didit sambil menunjuk bangku kosong.
"Ya, Dit, tidak apa-apa." Jawab Anin dengan anggukan.
Anin berjalan mendekati ketiga temannya yang sudah dandan yang tidak kalah penampilannya dengan yang lain.
"Nin, kamu cantik banget hari ini. Andai saja ada Andika, pasangan yang sangat serasi." Ucap Nilam memuji, Anin cukup tersenyum.
"Ya, Nin, kamu sangat cantik. Sayangnya, Andika tidak datang." Timpal Ayun ikut bicara.
"Ya nih, andai aja ada Andika, sempurna deh hari ini." Kata Dinda ikut menimpali.
"Hem, itu mah hanya khayalan saja. Yuk ah, kita duduk di sana." Jawab Anin dan mengajak ketiga temannya untuk duduk di tempat yang di tunjuk.
"Boleh, aku juga capek sedari tadi terus berdiri menunggu kamu datang." Jawab Nilam, keempatnya segera duduk ditempat yang sudah ditunjuk oleh Anin.
Acara yang sedari tadi ditunggu-tunggu untuk dimulai, kita sudah dibuka acara wisuda. Satu persatu bergilir, dan tibalah sesi foto bersama keluarga maupun orang terdekat.
Anin yang saat itu pandangannya lurus ke depan dengan banyaknya orang-orang, air matanya menetes.
"Kak Anin, Kak." Panggil Didit sambil merangkul baju sang kakak.
Didit melihat wajah sang kakak, rupanya tengah menangis dan segera mengusapnya dengan ibu jari dan sangat hati-hati. Takutnya make-up nya akan tergores karena air matanya.
"Jangan menangis, Kak. Ibu pasti bangga melihat Kakak berdiri di atas panggung ini dengan kesuksesan Kakak yang dapat menyelesaikan hingga sampai di babak akhir." Ucap Didit yang berusaha untuk menguatkan hati sang kakak.
Tanpa disadari oleh Anin maupun Didit, jika diujung panggung ada seorang laki-laki yang tengah berdiri tegak.
"Mbak, Mas, coba lihat ke arah sana, mungkin saja kalian berdua mengenalinya." Ucap seseorang yang mengarahkan posisi untuk berfoto.
Karena rasa penasaran, Anin maupun Didit langsung menoleh ke arah yang ditunjukkan oleh seseorang tersebut.
Seketika, alangkah terkejutnya Anin dan Didit melihatnya.
"Andika."
"Kak Andika."
Panggil keduanya bersamaan.
Saat itu juga, seseorang yang disangka Andika tengah berjalan menghampiri.
Begitu juga dengan yang lainnya, termasuk ketiga temannya dan mahasiswa maupun mahasiswi yang lainnya ikut penasaran dengan sosok laki-laki yang mengharukan kehadirannya.
Anin menangis sesenggukan. Kemudian, dirinya langsung mendapatkan pelukan. Andika mengusap punggung kekasihnya dengan pelan dan berulang-ulang.
Tak mampu untuk berkat kata, Anin masih terus menangis. Di atas panggung bak seperti film drama yang sedang naik tranding.
Kemudian, Andika melepaskan pelukannya dan menghapus air mata sang kekasih. Lalu, Andika mengangkat dagunya seeta memegangi kedua lengannya dan menatapnya dengan lekat.
"Apa kabarmu, kesayanganku? maafkan aku yang baru kali ini bisa pulang dan menemui kamu. Maafkan aku yang tidak bisa menemani, dan memilih untuk meninggalkan kamu sendirian." Ucap Andika sambil menatap wajah kekasihnya.
Anin masih dengan wajah yang terlihat sembab, bibirnya masih seperti tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Jangan menatapku seperti itu, aku ini benar Andika, kekasihmu." Ucap Andika sambil meraih tangan Anin dan menempelkannya di pipi kanannya.
Karena sudah melewatkan waktu beberapa menit dan harus bergantian dengan yang lainnya, Anin dan Andika, serta Didit kini tengah berfoto bersama dan juga bergantian.
Bukannya terlihat bahagia, tiba-tiba Anin terlihat lesu. Entah apa yang ada dalam pikirannya, Anin berubah menjadi dilema saat turun dari panggung.
"Andika!" teriak Ayun, Dinda, dan Nilam bersamaan saat mendapati kehadiran Andika di hadapannya.
"Kamu beneran Andika, 'kan?" tanya Ayun sambil memperhatikan sosok Andika yang dulu dan yang sekarang.
"Ya, benar, aku Andika. Bagaimana kabar kalian?" jawabnya dan menyapa.
"Kabar kita semua baik-baik saja, kamu sendiri bagaimana kabarnya? tambah keren aja kamu sekarang. Anin, beruntung banget sih kamu-nya, punya calon suami yang gantengnya tidak ketulungan. Cepetan hubungan kalian berdua diresmikan, mumpung sudah pulang, ya gak?" kata Ayun yang juga balik menyapa.
"Kabarku seperti yang kalian lihat, aku baik-baik saja." Jawab Andika sambil menggandeng tangan kekasihnya, Anin.
"Kak, aku pulang duluan aja ya?"
Didit yang tidak ingin mengganggu suasana pertemuan sang kakak dengan kekasihnya, memilih untuk pulang lebih dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments