Selesai mendaftar, Anin menunggu kedua temannya.
"Bagaimana dengan pendaftarannya? sukses, 'kan?" tanya Elang saat bertemu dengan Anin yang baru aja selesai mendaftar.
"Sudah, tinggal nunggu Ayun dan Nilam. Oh ya, Dinda mana? tadi kan sama kamu." Jawab Anin sambil celingukan mencari keberadaan temannya.
Elang langsung menoleh ke belakang.
"Itu Dinda." Jawab Elang sambil menunjuk, Anin tersenyum tipis.
"Oh ya." Kata Anin.
"Kita mau langsung pulang, atau mau menunggu yang lainnya?" tanya Elang.
"Belum tahu aku, Lang. Kita tunggu mereka dulu aja, takutnya nanti kita disangka yang tidak tidak, kalau kita pulang duluan dan tidak pamitan." Jawab Anin yang tidak ingin ada prasangka buruk atau kesalahpahaman.
"Ya udah kalau gitu, kita tunggu mereka." Ucap Elang.
Saat itu juga, Ayun, Nilam baru aja keluar bersamaan dengan Dinda yang juga hendak menuju tempat pendaftaran.
"Dinda, kok lama banget sih kamu. Dari mana aja kamu? kencan ya, sama Elang, cie ...."
Ledek Ayun saat mendapati Dinda yang baru aja kelihatan.
Dinda memasang wajah cemberutnya.
"Kencan katamu? mimpi." Jawab Dinda dan langsung pergi dari hadapan ke empat temannya.
Kemudian, Dinda bergegas pergi untuk mendaftar seorang diri tanpa teman yang menemaninya.
"Din, aku tunggu di kantin depan, ya." Ucap Nilam.
"Serah." Sahut Dinda sambil berjalan cepat.
"Nin, Lang, Yun, kita ke kantin dulu yuk." Ajak Nilam.
"Boleh, sambil nunggu Dinda, kita jajan dulu." Jawab Anin, Ayun dan Elang, maupun Nilam segera menuju kantin.
Sampainya di kantin, Elang kembali memperlihatkan kepada temannya untuk memberi perhatian pada Anin, termasuk menarik kursi untuknya.
"Kamu mau pesan apa?" tanya Elang saat Anin duduk ditempat duduknya.
"Tidak perlu, aku pesan sendiri." Jawab Anin.
"Sekalian aja, Elang yang pesan. Yun, kamu mau pesan apa? dan kamu Anin, mau pesan apa? biar Elang sekalian yang pesan. Tidak apa-apa kan, Lang?"
Timpal Nilam yang langsung menyahut.
"Ya, sekalian aja aku yang pesan. Kalian bertiga duduk aja disini." Jawab Elang yang akhirnya menyetujuinya.
"Aku bakso tanpa mie, minumnya teh hangat, dan kamu Nil?" sahut Ayun dan bertanya pada Nilam.
"Aku mie ayam kasih bakso, minumnya teh hangat juga, kalau kamu Nin?" jawab Nilam dan melempar pertanyaan pada Anin.
"Aku sama kek Ayun, bakso tanpa mie. Untuk minumnya, air putih yang hangat aja." Jawab Anin.
"Tunggu disini, aku mau pesan dulu." Ucap Elang dan segera memesan, dan kembali duduk di sebelah Anin.
Tidak lama kemudian, pesanan telah di sajikan. Anin maupun teman yang lainnya tengah fokus dengan makanannya masing-masing.
"Hem, makan tidak ngajak-ngajak." Ucap Dinda mengagetkan, kemudian dia memesan makanan dan duduk di dekat Elang.
"Cie ... di apit dua bidadari nih ..." ledek Ayun disela-sela makan. Elang langsung menoleh kesamping kanan dan kiri.
"Apa-apaan sih Yun, sini deh kita tukeran tempat duduknya." Sahut Anin yang merasa risih.
"Canda ... bercanda ..." Kata Ayun.
"Sudahlah, kita habiskan dulu makanannya, setelah itu kita pulang." Ucap Elang.
"Ya nih si Ayun, kita habiskan dulu makanan kita, baru bercanda, biar tidak ada yang tersedak." Timpal Nilam ikut bicara.
"Ya tuh si Ayun, aku baru mau makan nih." Kata Dinda.
"Ya deh, ya. Kita habiskan dulu makanannya, baru kita pulang." Ucap Ayun.
Karena tidak ingin ada yang terbawa suasana, Anin maupun teman yang lainnya, melanjutkan untuk menghabiskan makanannya masing-masing.
Dirasa sudah cukup, Nilam maupun Ayun dan juga Dinda, serta Anin dengan Elang, semua bersiap-siap untuk pulang ke rumah masing-masing.
"Aku pamit pulang, ya. Sekalian, aku pamit untuk berangkat malam ini. Sampai bertemu lagi di waktu yang akan datang, semoga kita masih dipertemukan lagi seperti saat ini. Ako doakan, semoga kalian semua sukses dan sesuai harapan kita. Jaga diri kalian baik-baik, gunakan waktu kalian sebaik mungkin. Jangan abaikan kesempatan, walaupun hanya sesaat." Ucap Elang sebelum pulang, dan tak lupa untuk berpamitan.
"Ya, Lang. Kamu juga ya, semoga sukses dan dapat menggapai impianmu. Sampai bertemu lagi di waktu yang akan mendatang, jaga diri kamu baik-baik di sana. Aku juga minta maaf, sekiranya aku banyak salah denganmu." Jawab Nilam yang tak lupa memberi doa pada Elang, temannya.
"Ya Nil, sama-sama. Pokoknya aku ucap la banyak terimakasih sama kamu." Kata Elang.
"Sukses buat kamu ya, Lang. Sampai bertemu lagi nanti, tetap rendah hati dan jangan sombong ketika sukses. Maafkan aku ya, jika aku ada salah sama kamu." Ucap Ayun ikut menimpali.
"Ya, Yun, sama-sama. Dan aku janji untuk tidak menjadi sombong. Jika aku berubah menjadi sombong, kamu boleh menegur aku sesuka hatimu. Tidak cuman kamu, yang lainnya juga boleh menegur aku." Jawab Elang.
"Sampai bertemu lagi ya, Lang. Sukses deh buat kamu, maafkan aku jika aku sudah punya salah sama kamu." Ucap Dinda seperti yang lainnya.
"Ya sudah, aku dan Anin pulang duluan." Ucap Elang berpamitan saat mau pulang, ketiga temannya mengangguk dan melambaikan tangan perpisahan.
Selama perjalanan, Anin maupun Elang tanpa bersuara. Anin yang entah kemana pikirannya, sedangkan Elang sendiri fokus dengan setang motornya.
Tidak memakan waktu lama, Anin dan Elang telah sampai di depan rumah Ibu Ami.
"Kamu nanti mau ke rumah atau tidak?" tanya Anin, takut ketika Elang datang ke rumah, Anin tidak ada di rumah. Kemana lagi kalau bukan membantu ibunya untuk memanen hasil tanam.
"Ya, nanti sebelum berangkat, aku mampir ke rumah, sekalian mengantarkan motor ini untuk kamu." Jawab Elang.
"Jangan, Lang. Buat Kakek kamu aja, jugaan beliau masih bisa mengendarai motor ini. Kamu tidak perlu repot-repot." Ucap Anin berusaha menolak, tak ingin menjadi beban untuk temannya.
"Untuk kakek, sudah ada dua motor di rumah. Kamu tidak perlu keberatan menerimanya, aku tulus memberikannya untuk kamu. Aku mohon, jangan menolak pemberian dariku. Ini hari terakhir kita bertemu, entah kapan kita bisa bertemu, Nin. Jadi, terimalah pemberian dariku." Jawab Elang dengan mengatupkan kedua tangannya, seraya memohon pada Anin untuk menerima pemberian darinya.
Anin yang sudah menolaknya beberapa kali, akhirnya menyerah. Mau tidak mau, Anin menerima pemberian dari Elang.
"Baiklah, jika ini mau kamu. Tapi benar ya, tidak ada udang dibalik batu." Kata Anin yang takut akan meminta imbalan setelah dirinya menerima banyak bantuan dan pemberian dari Elang.
Mau bagaimanapun, Anin tetap waspada. Takutnya, dirinya akan masuk kedalam perangkap, pikir Anin yang penuh dengan kekhawatiran pada dirinya sendiri.
"Hem, udang dibalik batu, yang ada udang dibalik tepung bakwan." Kata Elang dengan tawa kecil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Heri-Wibowo
wah bakwan,enak tuh.
2022-06-10
0