Anin yang mendengar sang kekasih berpamitan, serta mengucapkan janjinya. Sebisa mungkin untuk mempercayainya, dan membuang pikiran buruknya terhadap orang dicintainya.
Takut jika harapan tidak sesuai, Anin berusaha untuk tetap terlihat tenang. Meski hati dan pikiran sedang tidak karuan sekalipun, lantaran takut kehilangan.
"Aku hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu, semoga selamat sampai tujuan. Aku doakan, semoga berhasil dan sukses untuk menggapai impian mu, dan kembali membawa kesuksesan dan keberuntungan. Sampai bertemu lagi, jika waktu dijanjikan untuk kita bertemu. Semangat untukmu, semoga sukses." Ucap Anin tak lupa memberikan doa untuk kekasihnya sebelum pergi meninggalkan dirinya untuk yang kedua kalinya.
Berat memang, tapi ada dayanya, hanya bisa pasrah dan berharap untuk sampainya bertemu kembali lagi.
"Jaga diri kamu baik-baik disana, jaga mata dan juga hatimu. Aku percaya sama kamu, pasti kembali dan menepati janji." Sambungnya lagi sebelum turun dari mobil.
"Ya, aku janji tidak akan mengingkarinya." Jawab Andika mengangguk.
Kemudian, Anin bergegas turun dari mobil.
"Salam buat Didit,"
"Ya, nanti aku sampaikan sama adikku. Hati-hati dijalan, sampai bertemu lagi." Jawab Anin, langsung menutup pintu mobilnya.
Tangan melambai tanda perpisahan, membuatnya seperti mimpi saja. Tak lagi terlihat bayangan mobil yang melaju, Anin tertunduk sedih.
Baru saja bertemu, harus kembali berpisah. Empat tahun lamanya tidak pernah berjumpa, sekali berjumpa bagai mimpi.
"Untuk apa Kakak mempertahankan lelaki seperti Kak Andika? lelaki yang sangat egois, dan tidak memungkinkan hati sama sekali."
"Didit, kamu dapat salam dari Andika." Ucap Anin mengalihkan perkataan dari adiknya.
"Aku tidak butuh salam darinya. Yang jelas, pacar Kakak tidak layak untuk dipertahankan. Apa susahnya untuk turun dari mobil, dan masuk ke dalam rumah, sepertinya sudah hilang sikapnya yang dulu. Aku hanya mau mengingatkan Kakak, cintai dia sewajarnya, agar tidak sakit terlalu dalam." Kata Didit dengan komentar pedasnya.
"Mungkin saja Andika benar-benar sangat sibuk, wajar saja jika harus segera berangkat. Kita harus positif thinking, Dit. Jangan berprasangka buruk dengannya, tidak baik." Jawab Anin mencoba untuk memberi penjelasan kepada adiknya.
"Sudah malam, lebih baik Kakak segera mandi, aku sudah buatkan bebek bakar kesukaan Kakak." Ucap Didit, dan segera masuk ke rumah.
Anin yang tidak ingin berdebat dengan sang adik, memilih untuk diam dan ikut masuk ke rumah.
Sampainya didalam kamar, Anin memilih untuk merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
"Kenapa Didit tiba-tiba seperti itu? apa karena kesal, jika Andika tidak mampir dulu? sepertinya sih ya. Wajar aja sih, Didit marah. Ah sudahlah, aku tak ingin berdebat dengannya." Gumamnya sambil menatap langit-langit kamarnya yang begitu sederhana.
Takut ditunggu sang adik, Anin segera bangkit dari posisi rebahan, cepat-cepat membersihkan mukanya. Soal mandi, Anin lebih memilih untuk makan dulu menemani adiknya.
Tapi, tiba-tiba niatnya diurungkan dan mau tidak mau mandi dulu, sebelum mendapatkan omelan dari sang adik.
Sedangkan Didit sendiri tengah sibuk menyiapkan makan malam bersama sang kakak.
Meski kakaknya sudah makan di luar, Didit tetap mengajaknya untuk makan bersama. Takutnya, hanya makan sedikit saat pergi dengan kekasihnya.
"Bebek bakar ya, benar-benar sangat menggoda. Adiknya Kakak yang satu ini benar-benar pintar masak, dan juga segala macam olahan. Kakak sangat beruntung mempunyai adik sepertimu, nanti kalau sudah beres kuliahnya, buka warung makan aja, Dit."
Puji Anin saat menghirup aroma bebek bakar yang menggoda.
"Coba kalau Kakak pulangnya lebih awal, sudah dari tadi Kakak makan bebek bakarnya." Jawab Didit sambil menuangkan air minum di gelas.
"Minum dulu sebelum makan, biar tenggorokan tidak bikin seret." Sambungnya lagi sambil meletakkan satu gelas air minum di depan sang kakak.
"Hem.Kakak kan, tadi jalan-jalan. Jadi, ya tidak bisa pulang tepat waktu di jam sore. Oh ya, tadi tidak ada yang ke rumah, 'kan?" jawab sang kakak dan mengalihkannya lagi ke lain pembahasan.
"Ada, Bang Jugar tadi ke rumah, katanya pesanannya nambah." Jawab Didit sambil mengambilkan nasi untuk sang kakak.
"Kalau kamu tidak libur, jangan ikut ke kebon. Nanti kuliah kamu terbengkalai, sebentar lagi kuliahmu juga akan selesai. Jadi, fokus saja dengan kuliahmu. Soal pekerjaan, biar Kakak menambah pekerja saja untuk bantu bantu."
"Besok aku libur kuliahnya, masih bisa untuk membantu Kakak." Kata Didit sambil menikmati bebek bakarnya.
"Awas loh, kalau sampai kamu membohongi Kakak."
"Memangnya kapan, aku bohongi Kakak? sepertinya tidak pernah deh."
"Ya sih, kamu tidak pernah bohongi Kakak. Tapi kalau cari alasan, kamu-nya mah pintar."
"Hem, mulai. Sudah ah, kita habiskan dulu makanannya. Nanti aku akan memberikan sesuatu pada Kakak, tapi nanti kalau Kakak sudah selesai makan."
"Sudah mulai rahasia-rahasiaan ya, awas kamu." Kata Anin sambil menikmati bebek bakar sensasi pedas, tetapi hanya sedikit sambel yang makan oleh Anin. Takut, perutnya akan terasa perih.
Selesai makan, Didit membereskan mejanya. Sedangkan Anin, mencuci piring dan yang lainnya.
Sesudah itu, Didit masuk ke kamarnya untuk mengambilkan sesuatu di dalam lemarinya. Anin sendiri tengah duduk di ruang tengah sambil menunggu adiknya keluar dari kamar.
"Dit, lama banget sih kamu." Panggil sang kakak yang sudah tidak sabar.
Didit yang mendengarnya, pun langsung keluar dengan membawa kotak yang menjadi pesan dari ibunya.
"Sabar dong Kak, aku kan harus mengambilnya dari lemari. Tadi tuh aku lupa taruh kuncinya, jadi kelamaan membuka lemarinya." Ucapnya sambil menarik kursi dan duduk di sebelah sang kakak.
"Nih, Kak Anin aja yang buka. Isinya sih, aku tidak tahu. Entah wasiat apa juga, aku tidak mengetahuinya. Buka aja, nanti aku yang jadi saksinya." Sambungnya lagi, kemudian menyodorkan kotak tersebut kepada sang kakak.
"Yakin nih Kakak yang buka kotaknya, memangnya ini kotak untuk siapa?"
"Untuk Kakak dan untukku, tapi mendingan Kak Anin aja yang buka. Kalau aku, jadi saksinya aja."
"Hem, gitu ya. Tidak ah, kamu aja yang buka. Jika ada pesan lewat tulisan, kamu yang baca." Kata Anin yang juga takut untuk membukanya.
"Kak Anin gimana sih, tinggal buka aja juga. Udah ah, cepat buka. Kakak kan, yang paling tua. Jadi, Kakak aja yang buka kotak ini. Kalau gini caranya, mau sampai kapan ini kotak akan terbuka." Jawab Didit yang tetap menolak untuk membukanya.
"Ya deh, Kakak yang akan buka kotaknya. Ingat loh ya, kamu yang baca." Kata Anin, sedangkan Didit hanya mengangguk.
Karena tidak ingin menunggu lama-lama, akhirnya kotak tersebut akan dibuka oleh Anin.
"Awas kalau kamu mengerjai Kakak, biasanya kamu gitu, suka ada benda dobel. Yang pertama bohongan, yang asli sama kamu di sembunyikan."
"Tidak lah, ini kan pesan dari Ibu, mana aku berani."
"Hem. Ya, ya." Kata Anin dan langsung membuka kotaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 128 Episodes
Comments
Rina sidik
makin seru Thor. semangat y thor
2022-06-08
2