Sebelum Rafa berangkat
Pagi ini Rafa terlihat sudah rapi. Baru saja dia kembali pulang setelah Nadin tersadar. Rafa juga sudah meminta maaf pada Nadin Karena telah membuatnya menjadi celaka. Rafa juga pamit padanya, jika hari ini dia akan menemui Feli sesuai permintaannya.
"Wooah ... Kakak akan kemana?" sapa Alva yang sempat berpapasan ketika menuruni anak tangga.
"Biasa ... mau maen." Rafa yang tadinya ingin menuruni tangga segera menghentikan langkahnya.
"Al ...."
Alva segera mengurungkan niatnya untuk naik ke atas. Keduanya sejenak saling memandang.
"Apa kau tau jika Mami masuk rumah sakit tadi malam?"
"Iya ... Bi Nuri telah bercerita dan sekarang aku ingin ganti baju sebelum ke rumah sakit. Sebenarnya apa yang terjadi, Kak?"
Rafa menghembuskan napasnya.
"Nanti, Daddy pasti akan cerita?"
"Baiklah, aku pergi dulu!"
Rafa menepuk bahu Alva. Setelah melihat Alva mengangguk kemudian dia bergegas menuruni anak tangga. Dia segera menyiapkan motor miliknya. Daripada menggunakan mobil, lelaki itu lebih senang menggunakan motor. Segera ia menstarter motornya dan mulai melajukannya keluar dari halaman rumahnya.
Rafa hanya mengantongi secarik kertas yang akan menuntun dirinya untuk menuju alamat tujuan. Bukan hanya itu saja, lelaki itu juga menggunakan bantuan GPS sebagai petunjuk jalan agar tidak tersesat.
Sesekali Rafa berhenti untuk istirahat dan juga bertanya kepada warga untuk memastikan bahwa alamat yang dituju sudah benar.
Selama perjalanan kurang lebih 5 jam, akhirnya Rafa sampai pada desa tujuannya. Tapi dia tidak langsung menuju alamat, dia mencari penginapan terlebih dahulu.
Baru saja Rafa ingin berbelok, tapi ada seseorang yang juga berbelok ke arahnya. Keduanya begitu syok hingga tak bisa menghindar karena saking terkejutnya.
"Aaaarrghhhh."
Brruuuggh
"Uuhhhhgg ...." Feli mengaduh saat merasa sakit.
Tidak di sangka, sosok gadis menggunakan sepeda telah terjatuh karena ia tidak bisa menyeimbangkan diri. Rafa dengan cepat turun dari motornya dan segera menghampiri gadis tersebut.
"Nona, apa anda baik-baik saja?"
Feli terperangah saat melihat Rafa. Sosok pemuda tampan yang sangat asing di matanya, dan begitu saja ia terpesona.
Astagaaaa ... benarkah dia manusia? batin Feli mendamba.
"Nona, Anda baik-baik saja? Maaf, saya tidak melihat Anda tadi." Rafa menghentikan perkataannya dengan menatap gadis itu. Merasa tidak digubris, akhirnya Rafa pun berinisiatif sendiri. "Mari saya bantu."
Belum juga Feli menjawab, Rafa segera membantunya berdiri. Rafa menatap Feli dari atas hingga kebawah.
'Sepertinya dia nampak baik-baik saja ' batin Rafa.
"Nona ... hallo ...," panggilnya sembari melambaikan tangan di depan wajah gadis itu.
"Ah ... maaf, iya saya baik-baik saja."
"Sekali lagi maafkan saya."
"Ti-tidak masalah."
"Mmm ... apa saya boleh bertanya, apa di sekitar sini ada hotel atau penginapan?"
Feli sedikit bingung, pasalnya di kota terpencil seperti ini tidak ada hotel. Lalu pemuda itu berasal dari mana dan ingin pergi ke mana sehingga ingin mencari penginapan segala. Feli mulai berfikir sedikit sulit.
"Maaf tuan, di sini tidak ada hotel. Kalau penginapan adanya di depan jalan utama, di sini tidak ada."
Mereka berdua saling menatap tetapi pikiran mereka sedang berkeliaran entah kemana.
Rafa mendesah kesal. Bodoh sekali, ini 'kan memang kota terpencil mana ada hotel atau penginapan, batin Rafa kesal.
"Begini, Nona. Saya datang dari kota dan saya kemari ingin menuju ke suatu tempat."
Tanpa ragu Rafa menyodorkan secarik kertas pada Feli. "Siapa tahu Anda mengetahui alamat itu," ucap Rafa. Seketika Feli membelalakkan matanya. Dia melihat Rafa sekilas kemudian membaca kembali alamat yang dituju oleh pria di depannya itu.
"Anda siapa, Tuan?"
Rafa menaikkan sebelah alisnya. "Huh ... maksudnya?"
"Mmmm ... begini maksud saya, ini adalah alamat rumah saya. Dan sekarang saya bertanya, Ada urusan apa yang membuat Anda datang kemari?"
"Hah ... benarkah? Jadi kamu yang namanya Feli. Putri dari Bi Nela?"
Rafa masih dalam keadaan terkejut, melihat dan menatap lekat wajah Feli. Tidak biasanya ia menjadi sok akrab begini.
Aku tidak menyangka jika yang dikatakan oleh Daddy memang benar, dia memang cantik. Oh astaga ... apa-apaan aku ini. batin Rafa.
Lelaki itu menghembuskan napasnya. Sedikit frustrasi ketika melihat Feli sedang menatapnya. Jadi bagaimana sekarang. Apakah dia akan memulai kisah bersama dengan gadis itu.
"Benar sekali, Tuan. Oh ... Sepertinya Anda kelelahan setelah perjalanan jauh. Mari ikut saya ke toko! Di sana ada kasur kecil yang bisa digunakan untuk istirahat sementara saya menjaga toko."
"Hah ...?" Rafa menatap Feli tidak percaya. Namun, mau bagaimana lagi. Ia tidak punya pilihan lain selain menurut.
"Ya, baiklah! Saat ini aku hanya butuh istirahat. Mmm ... Feli, kurasa kita belum berkenalan cukup baik."
Rafa tersenyum tipis sambil berkata, "Rafandra."
Keduanya saling berjabat tangan sembari tersenyum.
"Aku bisa menebak jika Anda adalah putra sulung dari Tuan Zayn. Mari ikut saya, tempatnya tidak jauh dari sini."
"Ehm ... baiklah."
Feli segera mengayuh sepedanya dengan Rafa yang mulai melajukan motornya dengan pelan. Mereka berdua menuju toko kue milik Felicia.
********
"Sayang bangunlah! Ini sudah sore."
Nadin menatap lekat wajah Zayn yang sangat pulas dalam tidurnya. Tadi siang setelah Alva pulang dari menjenguk Nadin, Zayn ikut menemani wanita itu beristirahat. Tapi malah dirinya yang terlihat sangat nyenyak dalam tidurnya.
Tiba-tiba Nadin mengingat kejadian tadi pagi.
Sempat terjadi adu argumen ringan di antara mereka. Mau bagaimana lagi, Alva terus saja mendesak mereka agar bercerita tentang alasan Nadin terjatuh. Alva sedikit prihatin dengan kejadian yang mengharuskan kakaknya untuk menikahi Feli.
Alva tau pasti jika kakaknya itu bukan tipe orang yang mudah bergaul apalagi dengan wanita, dan sekarang orangtuanya menginginkan kakaknya untuk segera menikah. Tapi Alva hanya bisa mengiba ketika orangtuanya sudah memutuskan.
' huuuffft.. semoga saja aku tidak salah dalam mengambil keputusan '
Nadin menghembuskan nafasnya. Dia kembali menatap Zayn. Nadin tersenyum sembari mengelus tangan Zayn yang sedang tidur dengan memeluknya. Tidak bisa dipungkiri jika Zayn sangat mencintai Nadin. Semua kisah masa lalu sudah membuktikan, bagaimana perjalanan cinta mereka berdua.
"Sayang."
Bahkan Zayn tidak bergerak sama sekali. Nadin melihat itu, membuat dirinya tertawa kecil. Ia menatap lekat wajah Zayn, dan kembali mengenang masa lalunya. Entahlah, kenangan pahit yang dia rasakan selalu saja hadir disaat yang tidak terduga seperti ini.
Raut wajah Nadin menjadi sendu. Dia sangat ingat, ketika dulu dia koma. Orang yang pertama dia lihat adalah ibunya. Dan yang sangat menyentuh adalah pelukan hangat dari bayi mungil penyemangat hidupnya.
Dulu dia tahu jika Zayn adalah nama suaminya. Dia sangat sedih ketika ibunya berkata, jika suaminya adalah seorang pengusaha yang sukses yang tentunya sangat sibuk.
Rasanya, Nadin ingin sekali menangis ketika mengingat memori itu, tapi untuk apa. Semuanya sudah berlalu dan sekarang lelaki itu telah berada bersamanya. Bahkan sekarang sedang memeluk dirinya.
Sesaat setelah Nadin tersenyum. Ia menciumi seluruh wajah Zayn dengan gemas. Tidak menunggu lama, akhirnya Zayn mengerjapkan matanya beberapa kali. Nadin tersenyum lebar melihatnya.
"Sayang ...."
Zayn menatap Nadin. kemudian dia tersenyum lembut.
"Kenapa, hem?" tanya Zayn.
"Aku lapar sekali, melihatmu tidur pulas seperti tadi membuatku semakin lapar."
Nadin tertawa kecil dan dihadiahi ciuman oleh Zayn.
"Kamu sedang menggodaku ya."
Nadin tersenyum sambil menggeleng.
"Tidak. Sudahlah, cepat belikan aku makanan! "
"Baiklah, tunggu sebentar!"
Zayn segera turun dari atas brankar, dia menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah beberapa menit berlalu, Zayn keluar dengan wajahnya yang terlihat lebih segar dan cerah. Ia segera berjalan mendekati Nadin dan duduk di sampingnya.
"Kamu ingin makan apa? Biar aku belikan."
"Terserah. Saat ini aku hanya lapar. Bukan sedang mengidam seperti orang hamil, Sayang." Jawaban Nadin sontak membuat Zayn tertawa kecil.
"Baiklah, tunggu aku kembali!"
Nadin mengangguk. Zayn mengecup kening Nadin sedikit lama sebelum ia keluar. Nadin masih menatap kepergian sang suami dengan raut wajah yang sendu.
"Aku sangat bersyukur, karena takdir membawa kita untuk kembali melukis cerita cinta kita lagi, Zayn," gumam Nadin.
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Citoz
hai aku mampir lagi.. suka ceritanya 😍 sampai aku boomlike.. jangan lupa mampir dan beri like, vote dan rate ke novelku yang berjudul "Pacar Settingan Presdir" makasih ya 🙏
2020-05-08
1
Ria
lanjut Thor 😁😁
2020-05-08
0