"Tiiidaaaakkkk."
Nadin menangis sambil berlari menghampiri mereka. Nadin terbelalak melihat bi nela yang tergeletak di pinggir jalan, ia menutup mulutnya sebab terkejut. Melihat bi nela yang telah berlumuran darah di kepalanya. Nadin segera menghampiri queen yang berusaha bangun dari posisinya sembari menangis di sisi trotoar.
Kedua bola matanya menangkap ada di beberapa bagian tubuh putrinya yang mengalami luka, namun tidak separah keadaan bi nela.
Kejadian cukup cepat sehingga nadin tidak begitu jelas melihatnya. Yang pasti, ia melihat bi nela menghampiri queen, namun hanya dia yang mengalami luka parah.
Mungkin Bi Nela mendorong Queen karena dia tidak cukup waktu untuk menggendongnya sebelum mobil itu menabrak, bisik nadin dalam hati.
Nadin segera menggendong queen yang terlihat sangat syok. Beberapa orang mulai berdatangan menghampiri mereka. Sayangnya, mobil yang menabrak bi nela sudah kabur.
"Tolong ... tolong panggilkan ambulance!" pinta Nadin.
"Biar saya antar menggunakan mobil saya saja," tawar seseorang.
Nadin mengangguk cepat, kemudian orang itu berlari menuju mobilnya. Bahkan Nadin sudah melupakan belanjaan yang tadi dibelinya.
Setelah mobil warga tadi datang, beberapa orang membantu untuk mengangkat bi nela masuk ke dalam mobil tersebut. Setelah beres, Nadin juga ikut masuk sambil memangku kepala bi nela yang masih saja mengeluarkan banyak darah. Tak lupa pula ia terus memeluk putrinya.
"Kumohon ... bertahanlah Bi."
Nadin terus saja menangis dan queen hanya menatap bingung, tetapi dia tidak berbicara atau bahkan menangis. Nadin teringat sesuatu, dia segera merogoh tasnya dan mengambil ponsel untuk menghubungi seseorang.
******
Zayn dan Leon yang baru saja keluar dari ruang meeting setelah pertemuan dengan Client yang datang dari Amerika telah selesai. Lelaki itu sedang berbincang ringan dengan leon sambil melangkah menuju ruangan kerjanya.
"Iya ... setelah selesai kau bisa pulang Leon, bertemu anak dan istri adalah hal yang paling membahagiakan, bukan," ucap Zayn ketika mereka memasuki ruangan kerja milik Zayn.
"Tuan, besok ada jadwal pertemuan dengan pihak Semica Corporindo untuk membahas pembangunan proyek resort yang ada di Paris, dia ingin bertemu langsung dengan Anda, Tuan."
"Ya, baiklah," jawab Zayn sambil mengangguk. Dia segera duduk di kursi kebesarannya.
Zayn terlihat sedang memperhatikan dokumen yang ada di atas mejanya. Tiba-tiba mereka dibuat terkejut oleh suara ponsel milik Zayn. Dengan segera Zayn merogoh saku celananya dan mengangkat panggilan setelah melihat nama istrinya.
"Hallo, Sayang."
"..... "
"Hei ... tenanglah dulu! Kamu dimana sekarang?" Raut wajah zayn sudah berubah panik.
"..... "
"Baiklah! Tunggu aku di sana!"
Zayn segera beranjak dan menyaut kunci mobilnya. Dia menoleh ke arah Leon yang terbengong menatapnya.
"Leon, aku akan pulang. Tolong kau atur saja semuanya! Sepertinya aku besok tidak akan datang."
"Ya baiklah, Tuan," Keduanya masih menatap dan Zayn mengangguk. Hampir saja dirinya berlari namun suara Leon kembali mengurungkan niatnya. "Sebenarnya ada apa, Tuan?"
"Bi nela mengalami kecelakaan." Zayn menjawab cepat, bersamaan dengan itu, ia juga melangkah keluar.
Zayn berjalan cepat menuju lift dan segera masuk, dia sudah dibuat panik oleh suara tangisan Nadin saat ditelepon tadi. Entahlah, apa yang sebenarnya terjadi, saat ini Zayn sedang khawatir.
Setelah lift sampai di basement dan pintu terbuka, Zayn segera berlari menuju dimana mobilnya terparkir. Setelah itu Zayn segera melajukan mobilnya menuju rumah sakit yang tadi diberi tahu oleh Nadin.
Dengan kecepatan tinggi zayn melajukan mobilnya. Menyalip beberapa mobil di depan dengan mudahnya. Tidak bisa diragukan lagi kepiawaian Zayn dalam mengendarai mobil.
Setelah 30 menit, akhirnya Zayn tiba dirumah sakit itu. Dia segera keluar dan turun dari mobil. Kemudian berlari menuju ruang operasi.
Zayn melewati koridor rumah sakit itu sambil menoleh ke segala arah. Setelah melihat orang yang sudah membuat dirinya panik tadi, Zayn segera berlari menghampirinya.
"Sayang."
Nadin mendongakkan kepalanya setelah mendengar suara yang sangat dia kenal.
"Zayn ...." Nadin segera berjalan dan memeluk Zayn dengan erat sambil queen yang ada digendongannya.
"Tenanglah dulu, Sayang! Ceritakan padaku, ada apa?" Zayn melepaskan pelukannya. Dia melihat Nadin dan juga queen dengan lekat. Zayn mengerutkan keningnya. Dia melihat baju Nadin yang berlumuran noda darah. Bahkan kondisi putrinya juga sedikit lusuh.
"Ayo duduk dulu, ceritakan padaku apa yang telah terjadi!"
Zayn menggiring Nadin untuk kembali duduk. Dia mengambil alih queen yang ada digendongan Nadin. Nadin dengan masih menangis menceritakan kejadian yang baru saja mereka alami. Dia menyesali semua kejadian ini yang begitu sangat tiba-tiba.
Nadin menangis dalam pelukan Zayn, dia menumpahkan segala penyesalannya atas kejadian yang baru saja terjadi.
"Hiikss hiks hiks ... seandainya aku tidak teledor pasti queen tidak akan berjalan ke tengah jalan raya dan Bi Nela ...."
"Sayang ... sudahlah ... semoga Bi Nela tidak kenapa-kenapa."
"Zayn ... bagaimana jika Bi Nela ...."
"Sssssttt ... jangan berbicara yang tidak-tidak, Sayang. Bi Nela pasti selamat."
Nadin mengangguk kecil dengan masih terus mengeluarkan air matanya. Zayn kembali merengkuh tubuh istrinya itu. Melihat Nadin yang sedang menangis pilu membuat Zayn ikut merasakan kesedihan yang dirasakan olehnya.
"Sayang ... sudah jangan menangis lagi!"
"Daddy .. Bi Nela tidur di jalan tadi." suara kecil yang dilontarkan oleh queen dengan wajah polosnya membuat Nadin semakin mengencangkan tangisannya.
"Ya Tuhan ... selamatkan Bi Nela." Sambil menahan Isak tangisnya.
Sungguh memilukan, Nadin sangat menyesali kejadian yang baru beberapa menit itu terjadi. Dia sangat merasa bersalah atas apa yang terjadi pada bi nela.
Terlihat Zayn mengeluarkan ponselnya dari dalam saku celana. Dia mengetikkan sesuatu disana kemudian mengangkat ponselnya dan mendekatkan pada telinganya.
"Hallo Rico."
"......"
"Tolong selidiki, siapa pembawa mobil yang sudah menabrak Bi Nela di jalan menuju rumahku, dekat taman!"
"......."
"Ya, baiklah kutunggu kabar darimu secepatnya!"
Zayn barusaja menyelesaikan panggilannya.
Dia menoleh kearah Nadin, kemudian merangkul pundaknya.
"Sudahlah Sayang, Bi Nela pasti selamat."
Walaupun Zayn tidak tau seberapa parah lukanya tetapi Zayn hanya ingin, Nadin tidak khawatir lagi. Melihat Nadin yang menangis pilu, sebenarnya Zayn sudah menduga keadaan yang terjadi pada bi nela. Ditambah melihat noda darah yang ada di baju Nadin, Zayn semakin yakin jika keadaan bi nela sekarang tidak baik.
Zayn menghela nafasnya. Dia bingung melihat Nadin yang terus saja menangis karena dia menyalahkan dirinya sendiri atas semua kejadian ini.
Terdengar suara pintu terbuka. Nadin dan Zayn segera menoleh kearah Suara tadi berasal. Seorang dokter keluar dari ruangan itu, terlihat wajahnya yang lelah dan lesu. Dokter itu menghampiri Nadin dan juga Zayn.
"Keluarga pasien."
Nadin segera beranjak dan mendekati dokter tersebut dengan Zayn yang mengikuti langkahnya di belakang.
"Bagaimana keadaannya, dok," tanyaNadin dengan panik.
"Maaf nyonya ... kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Pasien tidak dapat kami selamatkan, banyaknya darah yang keluar membuat kondisi pasien yang semakin menurun dan tidak bisa melewati masa kritisnya. Kami turut berduka."
Setelah beberapa detik mematung dan menatap iba pada Nadin dan Zayn, dokter tersebut kembali masuk ke dalam ruangan operasi.
"Tidak ... tidak mung ...."
Brruuuggh.....
"Sayaaangg."
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
kira² felisia jodohnya rava apa alva ya...
2021-12-30
0
Kenzi Kenzi
bi nela......bgmn nasib feli....diangkat anak kah,dibiaya sekokahnya kah,tinggal di rmh zayn family kah sepeninggal ibunya..lnjut
2020-05-07
2