" Feli, maukah kamu menikah denganku ?? "
Saat itu Feli ingin minum, seketika dia menyemburkan air yang diminumnya karena dia sangat terkejut akan ucapan rafa.
Byuuuurrrr
" Hei... apa yang kau lakukan, Feli "
Feli menyahut beberapa tisu dan dia berikan pada Rafa.
" Maat... maaf... aku tidak sengaja. "
" Emmm kau ini bagaimana sih.. Aku bukan ingin dimandikan olehmu seperti ini "
" Iyah.. Iyah maafkan aku. Aku sangat terkejut mendengar ucapanmu "
Rafa menatap intens kearah Feli.
" Lalu bagaimana, kamu menerima lamaran ku atau tidak ?? "
" Ehmm.. Sebenarnya aku masih sangat bingung. Kita bahkan baru saja kenal tadi pagi dan sekarang kamu melamarku. Itu sangat mustahil. Pernikahan bukanlah permainan yang bisa dimainkan dan akan berakhir begitu saja. Pernikahan adalah impian setiap orang untuk hidup bersama selamanya dalam keadaan apapun. Kamu yakin dengan ucapanmu itu "
Suasana di meja makan menjadi sangat serius. Rafa menimang kembali keputusannya sedangkan Feli masih menyangkal perasaan yang hadir saat ini.
' Rafa sangat berbeda dengan, Al .Dia terlihat lebih sederhana daripada Alva ' gumam Feli dalam hati.
Sebenarnya, feli sangat mengagumi lelaki yang ada di depannya saat ini. Baru kali ini dia melihat seorang pria yang sangat berani melamar wanita yang jelas- jelas mereka berbeda status.
" Apa kau meragukan ku ?? "
" Yah.. tentu saja.. Apa yang bisa membuatku percaya padamu.?? Kita ini belum mengenal satu sama lain. Mana aku tau jika kamu memiliki tujuan lain untuk menikah denganku. Kamu juga tau siapa aku. Akan terlihat sangat lucu jika aku percaya padamu dan menerima lamaran darimu begitu saja. "
Rafa menatap lekat wajah Feli. dia mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut wanita itu. Saat ini, entah mengapa Rafa seperti sangat yakin dengan keputusan yang dia ambil. Bahkan dia tidak memikirkan tentang apa yang dipikirkan oleh Feli.
" Aku tidak pernah memandang seseorang dari statusnya. Kau tau, Kebahagiaan seorang ibu adalah yang utama bagi setiap anaknya termasuk aku. Aku hanya melakukan apa yang mamiku inginkan "
" Lalu, apa itu cukup sebagai bekal untukmu melamarku. Oh.. yang benar saja. Kita ini sudah dewasa. Apa kamu tidak memiliki kekasih atau pujaan hati, Aku tidak tau jika suatu saat nanti kamu berniat untuk menikah lagi atau meninggalkan aku karena pujaan hati mu itu. "
" Hei jaga ucapanmu itu " bentak Rafa. Benar-benar membuat dirinya kesal jika harus berhubungan dengan wanita.
Rafa menarik nafas dalam-dalam, kemudian menghembuskannya. Dia mencoba untuk meredakan emosi yang tiba-tiba tersulut karena perkataan Feli.
" Apa yang saat ini kau pikirkan tentang ku ?? Mana mungkin aku mengajakmu menikah jika aku memiliki kekasih. Bahkan tidak pernah terlintas dipikiran ku untuk menikah dua kali. Kau ini benar- benar menjengkelkan. Kau tidak akan mengerti posisiku saat ini, Feli "
" Aku tidak pernah dekat dengan wanita manapun, apalagi memiliki seorang kekasih. Aku bahkan tidak pernah berfikir untuk melamar seorang wanita diumurku yang dibilang masih muda. Aku melakukan semua ini hanya demi Mamiku. "
" Hah... sudahlah jika memang kau tidak mau menerima lamaran ku. Aku menjadi sangat kesal sekali berbicara denganmu. " Rafa hendak berdiri. Dia masih menatap Feli dengan tatapan angkuh.
Tiba-tiba saja emosi Rafa memuncak hanya karena Feli menolak lamaran darinya.
Sedangkan Feli menundukkan kepalanya. Sebenarnya, bukan seperti ini yang wanita itu harapkan. Dia ingin jika Rafa bisa meyakinkan dirinya untuk menerima lamarannya, tapi mau bagaimana lagi. Mereka berdua bukanlah sepasang kekasih yang saling mencintai, mana mungkin lelaki itu akan memperjuangkannya.
" Malam ini aku akan tidur dimana ?? " tanya Rafa acuh
Feli mendongakkan kepalanya untuk melihat Rafa yang saat ini sudah berdiri.
" kamu bisa memakai kamar yang ada disebelah kamarku "
" Baiklah.. terimakasih. " Jawab Rafa ketus.
" Hem... "
Feli menatap punggung Rafa yang pergi menjauh dari tempat itu.
" Kenapa dia jadi marah begitu ?? " gumamnya sendiri
Rafa meninggalkan Feli yang masih duduk di kursinya. Rafa segera menuju kamar yang dimaksud oleh Feli setelah dia mengambil tas yang ada diruang tamu. Dia masuk ke kamar itu sambil meletakkan tasnya disembarang tempat.
" Dia berani sekali menolak lamaran ku "
Saat ini Rafa merasa malu dan juga kesal.
" Walaupun diantara aku dan dia tidak memiliki hubungan sebelumnya, tapi tetap saja rasanya aku kesal sekali padanya "
" Apa sebenarnya yang aku inginkan darinya.?Kenapa aku sangat kesal sekali seperti ini. Dia benar-benar menjengkelkan. Bagaimana bisa dia menolak ku.. hah... Bagaimana dengan mami. Aku sungguh bingung. Apa yang akan ku katakan padanya nanti. Aku sangat merindukan suaranya. Tapi, jika aku menelepon, dia pasti akan menanyakan tentang Feli. " ucap Rafa sambil berjalan menuju kasur. Rafa segera merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamar yang dia tempati saat ini. Dia larut dalam pemikirannya sendiri.
Sedangkan di dapur, terlihat Feli begitu cekatan dalam membereskan peralatan makan yang ada di meja makan. Sangat kentara sekali jika saat ini raut wajahnya sedang ditekuk.
' Entahlah.. kenapa aku jadi begini. seharusnya, tidak akan ada pengaruh apapun. Memangnya siapa dia. Sudahlah.. jangan pernah berharap lebih darinya, feli '
Pikiran feli melalang buana. Dia tidak mengerti akan perasaannya yang saat ini sedang kacau. Feli tidak tau perasaan aneh apa yang tiba-tiba hadir. Rasanya dia ingin sekali menangis.
' Apa yang sebenarnya terjadi padaku... '
Dia segera meninggalkan dapurnya setelah menyelesaikan pekerjaannya. Feli berjalan menuju kamarnya, sejenak dia berhenti di depan pintu kamarnya. Dia melihat kearah pintu yang ada disebelah kamarnya.
Huuuffft...
Feli menghembuskan nafasnya. Kemudian dia segera meraih gagang pintu dan segera masuk. Saat pintu akan ditutup, Feli seketika dibuat terkejut oleh orang yang ada di depannya.
" Ada apa ?? "
" Ikutlah bersamaku pulang besok !! "
Tadi ketika dia sedang memikirkan ibunya di dalam kamar. Rafa segera berinisiatif untuk mengajak Feli kembali pulang bersama dengannya. Dia akan mengambil keputusan setelah melihat keadaan ibunya nanti tentang pernikahannya.
" Apa.. " belum juga Feli menyelesaikan ucapannya,
" Mamiku sedang berada di rumah sakit, kuharap kau mau ikut denganku " tukas Rafa
" Hah..Apa yang terjadi pada nyonya Nadin?? "
" Mami terjatuh dari tangga. Aku tidak akan memaksamu untuk menerima lamaran dariku, tapi kau tidak akan menolak kan, jika aku mengajakmu untuk menjenguk mamiku ?? "
Feli tersenyum kemudian mengangguk kecil.
" Yah.. baiklah, aku akan ikut bersamamu besok. "
" Lalu, apa kamu tidak akan berjualan ?? "
" Sepertinya, tidak akan masalah jika aku akan libur beberapa hari "
" Baiklah, kalau begitu kita berangkat besok pagi saja bagaimana ?? "
" Hem.. baiklah.. "
" Kalau begitu aku akan kembali ke kamar "
Feli mengangguk kemudian dia menutup pintunya. Terlihat perubahan dari raut wajahnya yang tadi ditekuk, sekarang menjadi sangat senang. Bahkan dia melebarkan senyumnya ketika mengingat wajah Rafa.
*****
Keesokan harinya terlihat Rafa sudah rapi dan siap diatas motornya. Dia sedang menunggu Feli yang sedang bersiap. Sesaat dia menoleh kearah belakang setelah mendengar suara langkah kaki.
Feli tersenyum sambil melangkah kearah Rafa.
" Hai.. maaf jika membuatmu menunggu "
" Tidak masalah. Kau suadah siap ?? "
Feli mengangguk.
" Naiklah.. Maaf jika kau harus melakukan perjalanan jauh menggunakan motor. "
" Tidak masalah. Ini akan menjadi pengalaman pertama bagiku "
Rafa menatap lekat wajah Feli. Ada semilir angin yang berhembus dihatinya. Sejuk..
' Ah.. jangan bodoh dengan mengharapkan nya, dia sudah menolakku '
" Semoga saja pengalaman pertamamu ini akan menyenangkan, Kau siap ? "
" Hem.."
Rafa sedang menunggu Feli untuk naik di jok belakang. Setelah itu dia menstarter motornya.
" Eh... "
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments