Sore itu terlihat sangat ramai, banyak orang berlalu lalang keluar masuk rumah sakit. Rafa segera membelokkan motornya kearah parkiran. Setelah tadi mereka menunggu hujan reda sekitar satu jam lamanya, akhirnya mereka dapat kembali melanjutkan perjalanan yang sempat tertunda.
Perjalanan selama 4 jam dari kedai kopi, akhirnya membawa Rafa dan Feli datang tepat pukul 3 sore dirumah sakit. Walaupun lelah, Rafa tidak ingin menunda lagi untuk bertemu dengan ibunya.
" Apa kau lelah, fel ?? "
Tanya Rafa yang baru saja turun dari motornya.
" Sedikit, tapi tidak masalah. Nanti malam aku bisa istirahat hingga pagi. Ayo kita menemui nyonya Nadin. "
" Kau ini formal sekali. Panggil saja Tante, bibi, atau mami. Sekarang ibumu sudah tidak bekerja lagi dirumahku "
Rafa merasa malas sekali dengan seseorang yang berlebihan seperti itu. Dengan sedikit kesal dia berjalan cepat meninggalkan Feli diparkiran.
Feli dengan sedikit berlari mengikuti langkah besar Rafa. Mereka melewati koridor rumah sakit. Hingga akhirnya sampai di depan kamar nadin.
Rafa berhenti sejenak, dia mengernyitkan dahi. Terdengar suara riuh di dalam ruangan itu.
" Ramai sekali, sepertinya " ucapan Feli yang membuat Rafa menoleh
" Entahlah.. " sahut Rafa sambil membuka pintunya.
Ceklek
Semua orang yang ada didalam kamar mengalihkan pandangannya kearah Rafa dan Feli yang baru saja masuk kedalam.
" Mami... aku sangat merindukanmu. Bagaimana keadaan mami ? " Rafa bertanya sambil memeluk erat tubuh Nadin
" Sayang.. sudah lepaskan, nanti Daddy memarahimu. " bisik Nadin yang membuat Rafa tertawa kecil.
" Mami sangat baik.. " lanjutnya. Nadin melirik kearah Felicia yang berdiri di dekat pintu.
" Hai.. fel.. " sapa alva
" Hai Al.. " balasnya
" Kak Feli tidak ajak BI nela " tanya queen yang sedang berjalan menghampiri Feli.
Feli menatap nanar gadis kecil yang memeluk kakinya saat ini. Tiba-tiba saja dia teringat oleh sang ibu tercinta yang tidak lama ini meninggal dunia. Nadin dan yang lainnya juga melihat interaksi antara queen dan juga Feli.
" Tidak sayang. Bi nela tidak bisa datang lagi kemari, BI nela sedang tidur lama dan tidak ingin dibangunkan. "
" Sayang sekali, uin sangat rindu padanya. Waktu itu BI nela juga tidur di pangkuan mommy. Tapi Kenapa BI nela tidak ingin bangun ?? "
" Yah.. karena bi nela tidak mau sayang. "
Dengan sekuat tenaga, Feli berusaha untuk tidak menangis di depan semua orang. Apalagi di depan queen. Tidak bisa dipungkiri jika queen sangat menyayangi BI nela sama seperti kedua kakaknya.
Suasana diruangan itu menjadi haru. Nadin bahkan menangis ketika teringat kejadian dimana dia bersama queen dan bi nela di dalam mobil menuju rumah sakit.
" Mam... " Rafa yang mendengar Isak tangis sang ibunda, segera menoleh dan memeluknya.
" Sudahlah.. jangan menangis lagi , mam.. !! "
ucap Rafa lirih.
Hanya seorang wanita yang merasa bingung melihat pemandangan yang ada didepannya saat ini.
" Sayang... queen tidak rindu sama afa, Hem "
Rafa seketika menghampiri queen dan segera menggendong adik kecilnya itu.
" Sudahlah.. jangan bersedih seperti itu, lihatlah princess ku jadi ikut sedih "
ucap Rafa sambil mengelus punggung Feli.
Seketika Feli merasa tersentuh akan sikap lembut Rafa padanya. Dia tidak segan memberikan senyuman termanisnya pada Rafa.
" Feli.. sini sayang... "
sahut Nadin sambil merentangkan kedua tangannya.
Feli segera mendekat sambil berangsur memeluk wanita yang menjadi mantan majikan ibunya dulu.
" Nyonya.. bagaimana keadaannya ??
mereka saling meleraikan pelukannya
" Sudah ku bilang, panggil bibi saja, Feli.. "
" Iyah.. maaf lupa " Ucap Feli sambil tersenyum
Alva berdiri dan berjalan menghampiri Rafa. Mereka saling memeluk layaknya pelukan antara lelaki.
" Bagaimana, apa aku dibawakan oleh-oleh.? "
" Sialan..!! Aku bukan pergi berlibur, dasar bocah.. "
Seketika membuat tawa Nadin dan Alva memecah. Gadis yang duduk disamping Alva, sedaritadi memperhatikan Rafa dan juga Feli secara bergantian. Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini.
" Oyah jov, kenalkan ini Feli calon tunangannya Rafa "
Seketika gadis cantik itu melotot, hanya sesaat kemudian dia tersenyum manis kearah Feli. Rafa juga nampak sedikit terkejut dengan penuturan dari sang ibu.
jova beranjak dari duduknya dan menghampiri Feli yang sedang berdiri disamping ranjang Nadin.
" Hai.. Aku jova. Senang bisa mengenalmu "
Jova mengulurkan tangannya dan disambut oleh Feli.
" Feli.. Senang juga bisa mengenalmu, jova "
Alva mengajak Rafa untuk duduk di sofa, sedangkan para wanita sedang asyik berbincang di samping ranjang Nadin.
" Tante.. Apa benar kak Rafa akan bertunangan. ? "
" Iyah, jov..kamu tanyakan sendiri sama Feli. "
Jova mengangguk kecil lalu mengalihkan pandangannya kearah Feli.
" Sejak kapan kalian pacaran, apa kamu juga kuliah di universitas yang sama dengan kita ?? "
Feli menatap Nadin sekilas kemudian menatap jova kembali. Dia bingung harus berbicara apa. Takutnya jika dia jujur akan membuat mau keluarga besar mantan majikan ibunya itu.
" Mmmm.... "
" Jova, dia ini tinggal di desa. Dia tidak mau melanjutkan pendidikannya. Setelah lulus sekolah Feli membuka toko kue di sana. " Sahut Nadin. Dia tahu jika Feli takut berbicara jujur.
" Ohh... begitu yah.. sayang sekali. Tapi jika dia tinggal di desa, lalu bagaimana bisa dia mengenal kak Rafa yang tinggal di kota seperti ini, Tante "
Tidak bisa menahan lagi, rasanya jova ingin sekali berteriak tidak percaya dengan hubungan mereka. Tapi dia harus menahannya di depan Nadin.
" Ah.. kau tadi kan dengar queen bertanya tentang BI nela padanya, Feli ini anaknya BI nela pengasuh anak-anak Tante sedari kecil.
Feli seringkali berkunjung kerumah hingga terjalin hubungan diantara dia dan juga Rafa. " jelas Nadin.
Feli hanya menunduk. Sebenarnya dia tidak malu pada statusnya, tapi dia tidak ingin membuat malu keluarga besar mantan majikan ibunya itu dengan status dirinya.
" Hah... jadi Feli hanya anak pengasuh, bagaimana bisa kak Rafa suka dengannya "
ucap jova sambil memperhatikan Feli dari atas kebawah.
" Apa benar kak Rafa menuyukai perempuan kampung seperti ini " Lanjutnya lirih. Tapi masih terdengar oleh Nadin dan juga Feli
Rafa yang duduk disofa sesekali melirik ke arah Feli dan yang lainnya. Dia seperti mengerti apa yang sedang mereka bicarakan hanya dengan melihat raut wajah Feli dan yang lainnya.
Ingin rasanya menghampiri mereka, tapi dia tidak memiliki tekad untuk melawan ego yang menjadi penghalang baginya.
" Jova, asal kamu tahu, jika Rafa bukanlah tipe lelaki yang memandang orang lain dari statusnya. Dia sangat mencintai Feli " Tutur Nadin
Seketika jova dan Feli menatap Nadin. Bahkan Feli begitu terkejut mendengarnya.
' Astagaa...Drama apa yang sedang dilakukan oleh bibi Nadin saat ini..?? '
Sedangkan jova begitu tidak suka mendengar tutur kata yang keluar dari mulut Nadin.
' Apa-apaan ini.. Mana mungkin kak Rafa memiliki selera rendahan seperti wanita itu.. Sungguh sulit dipercaya.. '
~~
" Afa.. tadi uin makan es krim bersama Al dan kakak jova. uin makan 3 cup tapi jangan bilang mommy, nanti dia marah.. "
" Iyah baiklah.. Lain kali ajak afa juga, jangan cuma diceritain saja, yah.. "
" Hemmm.. Sekarang ayo kita pulang.. uin pengen mandi dan juga bubu "
Rafa tersenyum lebar. Dia senang karena memiliki alasan untuk mengajak Feli pergi dari sini.
" Baiklah.. Jika aku mengajak queen bersama, tidak mungkin aku menggunakan motor. Atau kau bawa motorku dan mobilnya biar aku yang bawa. ?? " tawar Rafa
Alva mengangguk pasrah.
" Baiklah.. "
Dia merogoh saku jaketnya, kemudian memberikan kunci mobilnya pada Rafa.
Rafa berjalan mendekati ketiga wanita yang Sedang bercengkrama serius itu dengan mengernyitkan dahi. Dia mendengar jova sedang merendahkan Feli. Rafa sudah bisa menduganya dari tadi. Jika mereka bertiga sedang membicarakan tentangnya dan juga Feli.
" Wah.. Jadi kapan kamu akan menikah, fel ? "
tanya jova
" Setelah aku wisuda. Kau tunggu saja undangannya " Sahut Rafa yang sudah berdiri dibelakang mereka. Nadin tersenyum melihat anaknya itu sambil mengangguk.
" Mam.. queen ingin pulang, Sepertinya aku dan Feli akan pulang lebih dulu. Feli juga terlihat lelah. Mami tidak apa kan jika hanya ditemani oleh, Al dan jova "
ucap Rafa sambil melirik jova.
" Iyah.. kalian pulang saja, mami tidak akan kenapa-kenapa disini.. "
" Pantas saja kak Rafa jarang terlihat. Ternyata selama ini dia sering menemui Feli di desa.. " sindir jova.
Sedari tadi dia sudah menahan rasa cemburunya pada Feli dan sekarang Melihat Rafa yang dianggapnya sangat perhatian pada Feli, membuat dirinya semakin memadam.
Rafa hanya melirik tanpa menghiraukan. Dia segera memeluk Nadin dan memberikan ciuman pada kedua pipinya.
" Mam.. Rafa pulang dulu.."
" Hati-hati, sayang "
" Iyah mam.. "
" Al.. jov... aku pulang dulu.. Oyah Al, hati-hati bawa si macan, awas sampai lecet !!. " ancam Rafa pada Alva
" Beress... " sahut Alva
" Ayo kita pulang, fel. " Ucap Rafa sambil merangkul bahu Feli. Walaupun Feli malu dengan perlakuan Rafa tapi dia tidak menolak. Mereka berdua berjalan keluar dari kamar nadin.
Nadin tersenyum hangat melihat Rafa yang memperlakukan Feli seperti itu.
' Semoga mami tidak salah mengambil keputusan untukmu, sayang '
Sedangkan jova, dia bahkan tidak sadar ketika rahangnya mengeras. Saat ini dia sangat marah. Lelaki yang Selama ini dia kagumi lebih tertarik dengan anak dari seorang pengasuh. Benar-benar diluar dugaannya.
' Sial.. !! Bagaimana bisa aku kalah dengan wanita kampung itu. Hah... Apa benar jika kak Rafa mencintai wanita kampung itu.. ah.. besok akan kutanyakan pada Alva.. lihat saja nanti.. '
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Citoz
lagi.. lagi 😍
2020-05-11
0
Ria
lanjut Thor... suka bgt sama ceritanya 🥰😊
2020-05-11
2