"Al, bukakan pintunya!" titah Nadin.
Mereka semua dibuat penasaran oleh seseorang yang mengetuk pintu itu. Alva segera beranjak untuk membukakan pintu.
Ceklek
"Maaf. Apa aku mengganggu? " jova berdiri di depan pintu, dia terlihat sangat cantik.
"Tidak, masuklah, jov!" jawab Alva dengan menampilkan senyuman termanisnya.
Alva segera membuka lebar pintunya. Dia berbalik dan berjalan masuk, di belakangnya ada jova yang sudah memasang senyuman manis untuk menyapa anggota keluarga Orlando.
"Mam, Jova datang menjenguk," ucap Alva sambil berjalan ke arah sofa yang tadi diduduki olehnya. Di sana juga ada Laura yang masih duduk tenang.
"Halo.. Tante, om, bibi.. Hai Laura.. "
" Oh..Jova yang datang. Kamu bagaimana bisa tahu jika maminya Al, masuk rumah sakit ?? " tanya laurin
"Ini untuk Bibi Nadin," ucap jova sambil memberikan bingkisan buah. Laurin menerimanya sembari tersenyum lebar.
"Terimakasih ya, Jova," ucap mereka hampir bersamaan.
Jova mengangguk kecil dan kembali tersenyum.
"Tadi, Jova tidak sengaja melihat status Al di sosial media, Bibi. Setelah itu Jova menghubungi Al dan buru-buru kemari. Memangnya Bibi sakit apa?"
"Ah, Bibi tidak apa-apa, kok. Hanya terpleset," jawab Nadin.
"Hai princess," sapa Jova sambil melambaikan tangannya ketika queen melihat kearahnya. Queen hanya tersenyum manja menanggapinya.
"Kemarilah Jov! Duduklah di sampingku!" pinta Laura sembari menepuk sofa kosong di sampingnya. Jova mengangguk dan segera menghampirinya.
"Kamu sendirian?" tanya Laura.
"Iya Laura, aku sendirian."
Mereka semua saling bercengkrama. Banyak hal yang mereka bahas. Sedari tadi Zayn menatap lekat wajah Jova. Dia merasa asing dengan gadis itu. Bagaimana tidak, kedua anak lelakinya bahkan tidak pernah membawa wanita masuk ke dalam keluarganya.
"Mmm ... Bibi, kenapa Jova tidak melihat kak Rafa di sini? "
Alva mengernyitkan dahi. Yang lainnya juga tampak sedikit terkejut mendapati pertanyaan Jova.
"Dia sedang ada urusan keluar kota, Jov. " jawab Nadin.
"Kenapa kau menanyakan kakakku, dia itu suka sekali bepergian, Jov, " sahut Alva.
"Ooh.. begitu ya. Baiklah kalau begitu, Jova pamit pulang ya. Hari sudah semakin gelap."
Semua orang menatap bingung. Baru juga beberapa menit gadis itu datang, namun kenapa tiba-tiba ingin kembali pulang.
"Biar kuantarkan ke depan!" sahut Alva.
Jova menoleh ke arah alva, kemudian Jova mengangguk. Setelah itu dia berpamitan pada semuanya. Jova dan Alva keluar dari kamar Nadin. Suasana yang tadinya ramai menjadi sepi kembali.
"Sepertinya, kami juga akan kembali pulang, Kak. Yuk Laura," ucap Laurin.
"Kenapa terburu-buru sekali. Kita makan dulu bersama di sini. Akan kupesankan makanan, Laurin," cegah Zayn.
Laurin menggeleng. "Aku capek sekali Kak, sehabis belanja kami langsung kemari. Sudah, kita makan di rumah saja, yah 'kan, Laura."
"Ya, terserah Mommy saja."
"Yasudah jika itu mau kalian," balas Zayn.
Laurin segera memeluk Nadin dan juga kakaknya bergantian. Terlihat Laura sedikit manja saat berpelukan dengan Nadin.
"Lekas sembuh ya, Bibi. Nanti kita jalan-jalan lagi, ya 'kan Queen."
"Iya. Nanti kita naik kuda lagi yang pakai payung besar, tapi Mommy jangan muntah lagi kalau kita naik itu besok," ucap Queen dengan heboh.
Mereka semua tertawa kecil mendengar celotehan Queen.
"Iya, Sayang," ucap Nadin lembut.
"Yasudah, yuk Laura kita pulang," ajak laurin
"Ya ... Mom," ucap Laura.
"Bye Bibi. Bye Queen. Bye paman," lanjutnya sambil melambaikan tangan, kemudian menuju pintu untuk segera keluar. Suasananya menjadi semakin sunyi. Zayn menatap Queen dan juga Nadin.
"Sayang. Siapa gadis tadi, kenapa kalian terlihat sangat akrab dengannya. Apa dia kekasih Alva? " tanya Zayn. Sejak tadi ia menahan rasa penasarannya.
"Entahlah, yang kutahu jika dia teman Alva semasa SMA, dia juga kuliah di fakultas yang sama dengan Rafa. Kemarin kita tidak sengaja bertemu dengannya di taman hiburan."
"Ooh... begitu."
"Daddy. Aku ingin makan es krim. Ayo kita beli!"
"Sayang, jangan terlalu banyak makan es krim. Nanti perutnya sakit," tutur Nadin.
"Tidak Mommy, Al menghabiskan 3 cup es krim milikku tadi. Katanya tidak akan sakit. Queen akan makan 1 cup saja," ucap queen sambil bergelayut manja pada Nadin.
Nadin dan Zayn kembali terkekeh. Queen memang sangat imut dan menggemaskan.
"Baiklah. Ayo kita beli es krim. Apa kamu menginginkan sesuatu, Sayang?" tanya Zayn pada Nadin.
"Belilah sesuatu untuk kita makan! Sudah, sana cepat pergilah dan segera kembali!"
"Ya baiklah. Ayo Sayang!"
Zayn segera menggendong queen dan berjalan menuju pintu. Dia segera keluar setelah membuka pintu.
*****
Mmmm ini lezat sekali. gumam Rafa dalam hati.
Saat ini Rafa dan juga Feli sedang makan di meja makan yang berada di dekat dapur. Suasana tampak sunyi, hanya terdengar suara dentingan piring dan sendok.
Feli menatap Rafa yang sedang asyik melahap makanannya. Feli berdehem sedikit keras, sehingga membuat Rafa mengalihkan pandangannya dari makanan yang akan dia makan.
Sesaat Feli dan Rafa beradu pandang.
"Ehmmm .... Sedari tadi aku sangat penasaran sekali. Sebenarnya ada urusan apa Anda datang kemari, Tuan ?? "
"Oyah, aku hampir lupa. Emm ... begini, Feli."
' Bagaimana caranya aku berbicara. Apa aku langsung saja melamarnya. Oh.. tidak ... tidak .. bisa malu sekali aku.. '
Rafa menarik napasnya sejenak dan menghembuskannya sedikit panjang.
"Begini Feli, Mamiku ingin agar aku menemuimu. Eemm, Maksudku, dia ingin aku mengenalmu."
Feli mengernyitkan keningnya. "Hah .... Bagaimana bisa? Lalu untuk apa?"
"Hei, panggil saja Rafa. Aku terdengar sangat tua jika kau memanggilku dengan sebutan 'Tuan'. Menyebalkan," bentak Rafa.
"Iya, iya, baiklah. Aku hanya merasa tidak enak saja. Status kita 'kan memang berbeda."
"Hah ... kau ini sangat berlebihan. Aku bukan orang yang memandang status, Feli. Sudahlah!"
"Iya, baiklah. Lalu untuk apa Nyonya Nadin menginginkanmu mengenalku?"
Mereka berdua saling berbincang sambil terus mengunyah makanannya.
"Apa kau percaya jika aku mengatakan, Mamiku ingin agar aku menikah denganmu," ucap Rafa lirih.
"Hah? He he he. Kamu jangan asal bicara. Mana mungkin Nyonya menginginkannya."
' Aku sudah tau. Tapi mana mungkin aku mengatakannya. Karena aku tidak mau dipandang rendah olehmu atau siapapun.'
Rafa mendesah pelan. Dia bingung bagaimana cara menjelaskan pada Feli. Dia juga malu sebenarnya. Bahkan ini adalah pertama kali baginya dekat dengan seorang wanita, apalagi makan bersama seperti sekarang ini di situasi seperti ini.
Rafa sudah memantapkan hatinya. Dia sudah memutuskan untuk menuruti keinginan Maminya.
"Percaya atau tidak. Memang seperti itu kenyataannya."
Rafa menatap Feli dengan intens. Sejenak dia menghela napasnya, kemudian melanjutkan perkataannya.
"Jika aku melamarmu, apa kamu akan menerima ku? "
"Hah...Apa yang kamu bicarakan? Ini sungguh tidak lucu. Bahkan kita belum saling kenal."
"Kau tau. Semua ini memang sangat konyol. Sebuah tragedi menimpa ibumu, dan sekarang Mamiku juga mengalaminya."
"Hah? Aku tidak mengerti maksud perkataanmu. Kenapa jadi membawa-bawa ibuku? " ucap Feli yang terlihat bingung.
"Aku tidak tau bagaimana caranya untuk menjelaskan padamu. Yang jelas sekarang ini, aku siap jika harus menikahimu, Fel."
Rafa menarik beberapa tisu untuk mengusap mulutnya, dia telah menyudahi acara makan malamnya.
"Feli dengarkan aku baik-baik."
"Hem ...." Feli berdehem. Ia masih mengunyah makanannya. Siapa yang tahu bagaimana keadaan detak jantungnya saat ini.
Feli berusaha keras untuk tidak menunjukkan kegugupannya di depan lelaki itu. Sebisa mungkin dia mengingatkan akan statusnya. Di dalam hatinya, ada sedikit keinginan untuk lebih dekat, tapi semuanya harus ditepis. Dia dan lelaki Yang ada di depannya itu sangat berbeda dari segi apapun.
"Feli. Maukah kamu menikah denganku?"
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Kristina Nana
gercep rafa semangat2...
2020-08-08
0