"Sayang, tolong bantu aku pasang dasinya."
"Iya sebentar."
Nadin yang barusaja selesai membereskan tempat tidurnya yang berantakan, dia segera menghampiri Zayn yang berada tidak jauh di belakangnya.
Pagi ini Nadin terlihat begitu cantik, sehingga Zayn sedari tadi ingin terus berdekatan dengannya. Setelah tadi Nadin menyiapkan makanan di dapur dan memandikan queen, dia segera kembali masuk kedalam kamarnya dengan sedikit kesal. Bagaimana tidak, Zayn terus saja memanggilnya, membuat dirinya sangat malu karena kedua anak lelakinya itu terus saja meledek.
"Kenapa manja sekali sih?"
ucap Nadin yang baru memasangkan dasi. Zayn segera mengecup kilas bibir Nadin. Membuat Nadin memukul dada Zayn pelan.
"Aku hanya ingin dimanja olehmu. Rasanya aku malas sekali berangkat ke kantor jika melihat dirimu yang cantik seperti ini."
"Kau ini, alasan saja. Lebih baik kita turun sekarang. Queen pasti sudah menungguku dibawah!"
Nadin berjalan kearah pintu, dengan segera Zayn Menarik tangan Nadin kemudian memeluk pinggang Nadin dari belakang.
"Zayn."
"Kenapa, Hemm?"
Nadin segera berbalik menatap tajam wajah Zayn.
"Ayo kita turun! Jika tidak kamu akan telat dan aku juga akan telat untuk jalan-jalan."
"Ya baiklah." Dengan lesu Zayn ikut berjalan di belakang istrinya.
Hari ini laurin mengajak Nadin untuk bermain di taman hiburan bersama dengan anak-anak mereka, termasuk Rafa dan juga Alva.
"Pagi semua," sapa Nadin dan juga Zayn bersamaan. Mereka baru sampai di meja makan dan langsung mendudukkan tubuhnya.
"Queen, mau makan apa, Sayang?"
"Mau makan itu, Mommy." Queen menunjuk ayam saos jamur yang menjadi salah satu menu sarapan yang ada di meja makan.
"Disuapin atau makan sendiri, Hem?"
"Makan sendili."
"Baiklah."
Nadin segera mengambilkan makanan untuk queen dan juga Zayn. Mereka semua sedang asyik memakan makanannya. Tiba - tiba terdengar suara bel berbunyi.
"Ah ... siapa yang sedang bertamu sepagi ini?" gerutu Nadin.
"Pasti Bibi Laurin, Mom," sahut Alva.
"Iya, sepertinya."
Nadin mengangguk kecil sambil beranjak berdiri dan berjalan keluar dari ruangan makan untuk segera membukakan pintu.
Ceklek
"Pagiiiiii," sapa laurin sambil tersenyum lebar. Ada Laura juga yang terlihat sangat cantik.
"Ayo masuk dulu! Kamu sudah sarapan laurin? Jika belum kita bisa sarapan bersama."
"Mmmz ... boleh. Aku kemari karena sekalian ingin numpang makan, he he he."
"Mommy selalu saja," ucap Laura yang berjalan mendahului keduanya.
Laurin dan laura ikut makan bersama dengan keluarga besar Zayn. Sesekali mereka berbicara menanyakan kabar dan hal-hal lain yang berhubungan dengan keluarga mereka.
Zayn menarik beberapa tisu untuk mengelap mulutnya, dia menyudahi acara sarapannya.
"Aku akan berangkat ke kantor, kalian lanjutkan saja! " ucap Zayn sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Sayang, tunggu sebentar ya. Mommy akan mengantarkan Daddy ke depan." Setelah mengatakan itu pada queen, Nadin segera menyusul Zayn yang sudah berjalan keluar ruang makan.
Zayn berdiri di depan pintu, Nadin tau jika dia sedang menunggu dirinya. Nadin yang melihatnya segera memberikan senyuman termanisnya sambil berjalan menghampirinya.
"Kenapa lama sekali?"
Zayn segera memeluknya dengan erat. Memberikan ciuman di puncakkepala istrinya beberapa kali.
"Baiklah, sekarang aku bisa berangkat ke kantor dengan tenang."
"Ada-ada saja kau ini, sudah sana, hati-hati!"
"Ya, baiklah ... aku mencintaimu."
Zayn segera berjalan menuju mobilnya setelah mencium kening Nadin.
"Hati-hati!"
Mereka berdua saling melemparkan senyuman sambil melambaikan tangannya. Dirasa mobil yang ditumpangi oleh suaminya itu sudah keluar dari halaman rumah, Nadin segera kembali masuk kedalam.
*****
Chessington World of Adventure Resort
"Sayang ... jangan lari-lari seperti itu!" teriak Nadin yang melihat queen sedang berlarian.
Mereka baru saja masuk ke dalam Chessington World of Adventure. Nampak dari wajah mereka semua sangat antusias. Alva dan Rafa sudah menuju ketempat yang akan mereka naiki.
Tempat ini adalah tempat favorit bagi mereka yang menyukai kebebasan untuk berteriak. Karena dari beberapa wahana yang ada disana adalah wahana yang ekstrim.
Alva dan Rafa akan menaiki wahana rollercoaster. sesaat mereka berdua menoleh kearah Laura.
"Ayo! Jangan hanya melihat saja, Laura!" ejek alva.
"Sialan! kau sedang mengejekku. Sudah sana naik. Awas saja jika kau menangis," ucap Laura yang sedikit kesal sambil tertawa mengejek.
"Hah ... dasar penakut. Ayo Al!" sahut Rafa.
Mereka berdua dengan segera mengantri untuk dapat segera bermain. Sedangkan Laura menuju ke wahana yang ingin dia naiki sendiri. Nadin dan laurin juga queen lebih memilih untuk ke wahana permainan anak-anak.
Laurin sering sekali mengajak keluarga kakak itu untuk pergi berlibur. Karena dia tidak memiliki siapapun kecuali mereka. Setelah pernikahannya yang pertama dengan Ramon berakhir dengan perceraian, Dia lebih memilih menjadi single parents daripada menikah lagi. Hubungan Antara laurin dan keluarga Zayn begitu sangat dekat hingga kedekatan mereka menurun pada anak-anaknya.
"Huhh ...."
"Kenapa Al? Menyerah, hah?" ejek Rafa.
Sesaat Rafa menoleh setelah lama menunggu sahutan dari alva. Tidak disangka jika wajahnya terlihat pucat. Bahkan dia sangat lemas dan seperti akan muntah.
Mereka berdua sudah menaiki wahana yang ke 8. Alva terlihat pucat sekali sedangkan Rafa masih sangat bersemangat. Ini bukan yang pertama kali bagi mereka datang kesana. Tetapi tetap saja Alva selalu berakhir seperti itu setelah menaiki beberapa wahana.
"Baiklah Al, kau duduklah di sana, setelah itu akan kubelikan sesuatu untukmu," ucap Rafa yang hanya diangguki kepala oleh Alva.
Setelah alva mendudukkan tubuhnya pada kursi tunggu yang tadi ditunjuk oleh Rafa, dengan segera Rafa berjalan meninggalkan Alva. Dia menoleh ke Segala arah, mencari kedai penjual minuman dan cemilan. Setelah dia melihat kedai yang sesuai dengan keinginannya, dia segera berjalan cepat menuju kedai itu. Setelah sampai, Rafa segera mengantri untuk dapat membeli minuman dan makanan yang dia inginkan.
"Mau pesan apa tuan?" tanya penjual itu pada Rafa yang saat ini giliran dia untuk memesan.
"Dua Cup ice capuccino, dua potato chips dan dua beef burger," ucap Rafa. Sesekali dia menoleh kearah alva, takut jika akan terjadi sesuatu padanya.
Tanpa Rafa sadari, jika sedari tadi ada sepasang mata yang duduk di meja pojok sedang memperhatikan setiap gerakannya. Dia menatap Rafa dengan tatapan kagum, namun Rafa sama sekali tidak memperhatikan pengunjung yang sedang menikmati makanannya di tempat yang telah disediakan oleh kedai tersebut.
Setelah menunggu 10 menit akhirnya pesanan Rafa selesai.
"Ini tuan pesanannya."
"Ini uangnya Bibi, terimakasih." Setelah itu Rafa segera berlari meninggalkan kedai itu. Penjual itu berteriak memanggil Rafa karena dia melupakan uang kembaliannya, tetapi tidak dihiraukan olehnya.
"Ah. .. biarkan saja," ucap penjual itu lirih sambil tersenyum.
Sepasang mata yang sedari tadi memperhatikan Rafa, segera beranjak dari duduknya. Dia meninggalkan kedai dan segera mengikuti langkah Rafa.
"Al ... ini minum dan makanlah, kau terlihat pucat sekali! " ucap Rafa sambil duduk di sampingnya.
"Terimakasih! sepertinya aku ingin muntah."
"Kau ini, lebih baik ...." Belum sempat Rafa melanjutkan ucapannya, Alva sudah bersiap ingin muntah.
Alva segera meraih kantong pembungkus makanan dan segera membungkukkan sedikit badannya .
uwweeekk uwweekkk..
"Al, kau tidak apa-apa 'kan?" ucap Rafa.
"Sebentar, aku akan menghubungi Mami," lanjutnya.
Rafa segera merogoh ponselnya yang dari dalam saku celana dan segera menghubungi Nadin. Alva hanya bisa memperhatikan Rafa yang sedang panik ketika berbicara dengan ibunya itu.
"Yah, cepatlah kemari, Mam! "
Rafa menghela nafas kemudian menoleh ke arah Alva yang duduk menyender.
"Apa kau sudah merasa lebih baik, Al? Makan atau minumlah dulu!"
Alva menggeleng. "Tidak. Rasanya perutku tidak enak sekali."
"Ya baiklah ... sebentar lagi Mami akan datang." Rafa khawatir dengan keadaan Alva yang menurutnya, ini tidak seperti biasanya ketika mereka berkunjung kemari. Rafa menatap lekat wajah Alva yang pucat, dia begitu sangat khawatir dibuatnya.
Seseorang berjalan mendekati mereka berdua. Gadis itu mengernyitkan dahi. Dia merasa heran dengan keakraban dua lelaki yang ada di depannya saat ini . Tanpa pikir panjang, dia segera mendekat dengan Segudang pertanyaan yang ada di otaknya.
"Hai ... kalian ada di sini juga, ya?"
Seketika Alva dan Rafa mengalihkan pandangannya kearah gadis yang menyapa mereka. kedua lelaki itu dibuat terkejut olehnya.
**Tbc**.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Kenzi Kenzi
jova...iyah
..dia,...gatahu klo rafa-alva bersaudara
2020-05-07
0