Pagi ini Rafa dan Alva terlihat sudah rapi. Satu minggu lagi liburan mereka akan berakhir. Tinggal satu semester lagi Rafa akan menjalani sidang skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana. Sedangkan Alva masih baru akan masuk semester 4. Kedua orangtuanya tidak pernah mempermasalahkan akan hal itu.
Nadin terlihat duduk sambil menyuapi makanan pada queen. Rafa dan alva yang baru saja menuruni anak tangga segera menghampirinya.
"Pagi mam," sapa Rafa dan Alva secara bersamaan sambil mengecup pipi Nadin.
"Kalian ini," jawab Nadin sambil tersenyum.
"Dimana Dad, Mam?" tanya Alva.
"Sebentar lagi juga akan turun, dia sedang mengambil ponselnya."
Kedua putranya mengangguk sambil dudukdi kursi, kemudian mengambil roti isi yang ada di depannya.
"Hari ini aku akan ke kampus, Mam," ucap Alva sambil mengunyah makanan.
"Memangnya ada apa sayang? 'kan liburnya masih satu minggu lagi?"
"Iyah ... ada urusan apa kau ke kampus, Al?"
"Hari ini aku ingin meminjam buku di perpustakaan. Masih ada tugas yang harus ku selesaikan. Sekalian ingin bertemu Pak Arnold."
Nadin dan rafa mengangguk. Terdengar suara decitan kursi. Mereka semua mengalihkan pandangannya. Menatap Zayn yang baru saja datang dan duduk di kursinya, tempat ia biasa duduk setiap harinya.
"Sayang, hari ini aku akan pulang sedikit terlambat," ucap Zayn pada nadin setelah ia duduk di kursinya. Nadin yang kala itu mengambil roti isi untuk suaminya seketika memandang cukup lekat.
"Tidak biasanya kamu pulang telat. Apa ada masalah?" tanya Nadin. Nadin kembali menyuapi makanan pada queen setelah mengambil makanan untuk Zayn.
"Tidak ada, hanya sedikit perubahan rencana pertemuan dengan Client," jawab zayn sambil mengunyah makanannya.
Zayn menoleh ke arah Rafa dan Alva. Mereka berdua juga sedang memperhatikan Zayn.
"Kalian kenapa sudah rapi begitu?" tanya Zayn.
"Aku akan bermain skateboard bersama dengan James, Dad. Sekalian kita akan mengunjungi teman-teman."
Zayn mengalihkan pandangan matanya ke arah alva.
"Kalau aku akan ke kampus Dad," jawab Alva dengan hati-hati.
"Ke kampus? Ada apa Al? Bukankah masih ada libur semester?"
"Dia akan meminjam buku di perpustakaan, Sayang," sahut Nadin menjelaskan.
"Ehm ...." Zayn mengangguk dengan masih menikmati roti isi buatan istrinya.
Mereka bertiga sedang asyik makan. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara aneh.
terteertttttrrrrr.....
"Sayang, Queen sedang buang air?" tanya Nadin. Queen mengangguk sambil menunjukkan raut wajah sedang menahan sesuatu.
Zayn, Rafa dan Alva menatap queen dengan tatapan yang sulit. Ketiga lelaki itu seketika menghentikan aktivitas makannya.
"Bau sekali," ucap Rafa. Sontak mereka semua menatap kilas ke arah Rafa, sebelum menatap ke arah Queen.
"Sayang, aku berangkat dulu." Zayn dengan cepat mencium kening Nadin
"Kenapa terburu-buru, Sayang," tanya Nadin bingung.
Zayn memilih pergi tanpa menghiraukan pertanyaan istrinya. Kini kedua matanya menatap sosok kedua putranya.
"Mam ... Rafa juga berangkat."
"Alva juga mau berangkat, Mam."
Sambil mencium pipi Nadin mereka segera pergi meninggalkan Nadin dan Queen yang masih dengan keadaannya.
"Hei ... kalian belum menyelesaikan sarapannya," teriak Nadin Setelah melihat makanan yang masih ada di atas piring mereka.
Nadin menggeleng pelan sambil menggendong queen naik ke atas untuk mengajak queen ke kamar mandi .
"Dasar laki-laki," gumam Nadin.
******
Sore harinya terlihat Nadin yang sedang duduk dihalaman depan. Memainkan ponselnya sembari memperhatikan putrinya yang baru saja bisa menaiki sepeda. Wanita cantik itu tersenyum melihat tingkah dari bocah kecil itu.
"Bi Ela mau kemana?" Suara queen mengalihkan perhatian Nadin.
Bi Nela menghentikan langkah kaki. Ia tersenyum menatap queen yang juga sedang menatapnya.
"Bibi mau pergi ke supermarket Princess."
"Uin ikut, Bi." Segera queen turun dari sepedanya dan berlari menghampiri bi nela.
"Hei sayang ... jangan!" teriak Nadin sembari melangkah mendekati keduanya.
"Bibi ke sana naik apa? Pak Louis sedang mengantarkan paketan yang Zayn minta, apa saya antar saja?" tawar Nadin.
Bi Nela menggeleng dan berkata, "Tidak usah Nyonya, saya akan jalan kaki saja, 'kan tidak terlalu jauh."
"Mom ... Uin mau ikut Bi Ela," ucap Queen sambil memegang kaki bi nela.
"Yasudah kalau begitu mommy akan ikut juga, tunggu sebentar ya, Bi." Nadin segera berbalik dan masuk kedalam.
Setelah beberapa menit berlalu, akhirnya Nadin keluar dengan memakai cardigan serta membawa tas kecilnya.
"Ayo Bi!" ajak Nadin sambil menarik tangan queen. Bi Nela mengangguk kecil menanggapinya.
Mereka akhirnya berjalan kaki menuju supermarket. Bi Nela memang sudah terbiasa begitu. Sebab waktu yang ditempuh dengan berjalan kaki tidak terlalu lama, mungkin hanya sekitar 10 menit.
Setelah sampai, bi nela membeli beberapa bahan yang memang ingin dibeli olehnya tadi. Nadin juga sedikit menambahi barang belanjaan sesuai yang dia inginkan.
Akhirnya mereka kembali pulang setelah acara belanjanya selesai. Kembali berjalan kaki sama seperti ketika mereka berangkat tadi.
"Mommy ... Uin ingin endong "
"Uuuhh cantiknya Mommy capek ya ...."
Bi nela segera mengambil alih barang belanjaan yang dibawa oleh Nadin.
"Sini biar saya yang bawa Nyonya," pinta Bi Nela.
"Iya ... makasih Bi."
"Bi ... kenapa Bibi tidak ajak saja Felicia kemari, Zayn 'kan kemarin sudah bilang jika akan menanggung biaya kuliahnya, sayang sekali jika Felicia tidak melanjutkan pendidikan. Dia gadia yang cukup pintar."
"Terimakasih, Nyonya. Felicia memang anaknya begitu. Dia tidak ingin merepotkan orang lain. Kemarin, dia sudah bilang jika akan membuka toko kue saja. Saya tidak ingin memaksakan kehendak saya, Nyonya."
"Iya ... tapi saya masih belum merasa puas Bi, apalagi Feli mendapatkan nilai kelulusan yang cukup tinggi."
"Ya ... Bibi tidak bisa berbuat banyak, Nyonya. Dia memang keras kepala."
"Iya ... saya hanya menyayangkan keputusannya." Sesekali Nadin melemparkan senyuman ramah pada bi nela.
"Saya sungguh bingung dengan anak itu, Nyonya. Dia bahkan lebih memilih tinggal sendiri daripada tinggal bersama dengan bibinya. Dia memang anak yang tidak mau merepotkan orang lain Nyonya."
Nadin mengangguk.
"Mommy ... kita main ke sana sebental ya ...." Queen menunjuk sebuah taman yang ada di seberang jalan. Dengan tersenyum Nadin mengangguk setuju.
"Bibi, kita mampir ke sana sebentar ya."
"Iya, Nyonya."
Mereka menyebrang jalan raya. Setelah sampai di taman itu, queen dengan riangnya berlari kesana-kemari. Nadin dan bi nela melanjutkan obrolan yang tadi sempat mereka bahas. Karena saking seriusnya mereka berdua melupakan queen yang yang bermain sendiri.
"Iya, Bibi juga sebenarnya sudah memaksa dia agar ikut Bibi tinggal di sini setelah lulus sekolah, tetapi dia tidak mau Nyonya."
"Sayang sekal, Bi."
Mereka terdiam dan saling memikirkan sesuatu yang menggangu kenyamanan. Sesaat setelah saling merenung, tiba-tiba Bi nela teringat sesuatu dan segera mengedarkan pandangannya untuk mencari queen. wanita itu terbelalak melihat queen yang berlarian di pinggir jalan untuk mengejar kupu-kupu. Dengan segera bi nela bangkit dari duduknya kemudian berlari menghampiri queen yang akan berjalan ke tengah jalan.
"Bibi ... ada apa?" tanya Nadin dengan suara keras dan terkejut. Ia masih belum menyadari sesuatu pada putrinya.
"Astaga ... queennnnnn." Nadin terkejut melihat pemandangan yang ada di depan matanya, setelah menyadari keadaan.
Sebuah mobil berwarna hitam dengan kecepatan tinggi melintas. Bi nela segera berlari untuk menyelamatkan queen. Nadin yang juga ikut berlari di belakang bi nela sudah mengeluarkan tangisan dan juga kepanikan. Kejadian itu sangatlah cepat sehingga Nadin tidak bisa berbuat apapun.
Brrrraaaaaaakkkkkk..
" Tidaaaakkkkkkkk "
Tbc.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
Alriani Hespiapi
lanjut
2022-09-23
0
༄༅⃟𝐐Dwi Kartikasari🐢
moga g terjadi apa ²
2021-12-30
0
Rabaniyasa
menarik thor,,
kalo boleh saran, gunakan huruf kapital di awal kalimat ya kak.. gunakan tanda baca juga dlm dialognya..
semangat kaka!!🤗🤗
2020-06-17
0