kepulangan Hanafi

akhirnya waktu yang di nanti Hanafi dan Aisha tiba, hari ini Hanafi sudah diperbolehkan pulang. Saran dokter sebenarnya Hanafi harus segera melakukan kemoterapi mengingat penyakit nya sudah lumayan parah. Apalah daya Aisha tak sanggup untuk mengucapkan kepada Hanafi, karena Hanafi masih merahasiakan hal tersebut begitupun dengan Hamdan. Hamdan masih berusaha mencari celah bagaimana menyampaikan hal itu.

" Alhamdulillah nak Hanafi sudah diperbolehkan pulang, tapi ingat jangan lelah dahulu jangan lupa lakukan pemeriksaan lebih rutin" jelas Dokter.

" insyaallah dok, terimakasih buat semuanya" ucap Hanafi. dokter pun membalas dengan senyuman yang ramah.

" mas ikuti semua saran dokter supaya mas bisa lekas pulih "

" iya kak, kakak harus semangat untuk sehat "

Kini hanya Hamdan dan aisha saja yang akan membawa pulang Hanafi. kedua orang tuanya menunggu dirumah.

Saat ini kepulangan Hanafi dirumah utama Abah Wahyu, Aisha juga tidak ingin pulang kerumahnya dulu. ia berpikir jika dirumah mertua nya akan banyak yang bisa membantu, ada Hamdan yang selalu siaga kala sewaktu-waktu terjadi sesuatu yang tidak diinginkan mengingat penjelasan dokter tadi.

Semuanya sudah bersiap, Hanafi sudah akan didorong dikursi rodanya meskipun menolak Hamdan tetap ingin kakaknya berada di kursi roda sampai menuju mobil.

Tak cukup lama sudah sampailah mereka dirumah abah Wahyu, ibu dan Abah menyambut dirumah. ibu sudah masak makan-makanan kesukaan Hanafi dan anak-anaknya.

" Assalamu'alaikum"

" Wa'alaikumsalam, alhamdulilah nak bisa istirahat dirumah lagi " umma memeluk anaknya.

" Sebaiknya bawa suamimu ke kamar dulu Aisha biarkan istirahat, turunlah saat makan siang " ucap Abah.

" Baik Abah " Aisha pun mengajak Hanafi untuk beristirahat, ada Hamdan di belakangnya membantu membawakan perlengkapan Hanafi dan Aisha yang dari rumah sakit itu.

" Ya udah kakak istirahat dulu biar cepet pulih, Hamdan mau ke kantor Abah ya kak." Hamdan berpamitan untuk meninggalkan mereka. karena memang Abah bener-bener butuh bantuan Hamdan banyak sekali yang hraus dikerjakan di kantor. Sebenarnya Abah ingin sekali salah satu anaknya menggantikan nya menduduki kursi CEO tapi Hanafi maupun Hamdan menolak nya.

" Hamdan, bantu Abah ya hanya kamu yang bisa. Semangat ya dek. " Hamdan lalu menoleh kembali melihat kakaknya.

" kakak juga harus lekas sembuh, kita sama-sama bantu Abah kak ". Hamdan tersenyum lalu meninggalkan kamar kakaknya.

setelah keluar kamar Hamdan pun tak bisa menyimpan kesedihan nya, tanpa disadari ia meneteskan air mata. Kakak satu-satunya yang sangat disayangi harus berjuang demi hidupnya, karena kasih sayang kakaknya tak ingin berbagi atas kesedihannya.

***

" Maaf pak ini berkas yang anda minta, semua sudah lengkap "

" Baik terimakasih, ada jadwal apa hari ini"

" jam dua siang nanti ada meeting pak"

" baik persiapkan semuanya dengan kita akan berangkat meeting hari ini "

"baik pak"

Hamdan serius dengan semua berkas-berkasnya semua ia pelajari dengan baik mana yang perlu ia tanda tangani.

tok tok tok...

suara pintu di ketuk.

" masuk "

" meeting segera di mulai semua staf sudah berkumpul"

" baik ayo kita keruangan"

Hamdan segera memasuki ruang meeting.

Siapa di sangka Hamdan seseorang yang sangat manja dengan orang tuanya dan kakaknya ia begitu berwibawa saat memimpin meeting semuanya berjalan dengan baik, kedewasaan nya terlihat saat berada di kantor. tak jarang bawahannya selalu membicarakan anak bosnya itu selain tampan ia juga taat beribadah. semuanya kagum hamdanpun selalu memperhatikan karyawan nya.

meeting selesai semua menyetujui usul dari Zidan seorang yang baru saja masuk kerja disitu tapi pemikiran nya sangat luar biasa. Seperti pak Wahyu menyukai Zidan karena seseorang yang jujur dan taat dalam beribadah dalam pekerjaan pun ia sangat cekatan dan profesional.

" pak Zidan dimana tempat tinggal mu "

" tak jauh dari sini pak, dareah *****"

" trimakasih ya kinerja kamu luar biasa"

" itu sudah tanggung jawab saya pak, saya harusnya yang berterima kasih pak pada perusahaan ini. pak Wahyu sudah mau menerima saya bekerja disini."

" Panggil saya hamdan saja sepertinya saya lebih muda dari anda. jujur saya ngga suka di panggil pak karena saya belum bapak-bapak"

Hamdan mengulum senyum dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" baiklah saya panggil Hamdan tapi di jam luar kantor, kalau di kantor tetap panggil pak. ngga enak sama yang lain pak, eh Hamdan"

" baiklah saya ingin panggilan yang nyaman biar kita bisa bekerja sama tanpa jarak, kak Zidan"

" oke "

akhirnya mereka berjabat tangan. Hamdan memasuki ruangan nya menyelesaikan pekerjaan nya sebelum bergegas pulang...

***

" mas sudah ditunggu Abah, umma, Hamdan di bawah makan malam "

Hanafi tampak gugup saat di panggil istrinya saat itu ia masih berada di balkon yang terdapat di sebelah kamarnya.

" iya dek sebentar "

" mas, ada apa. katakan jika ada sesuatu jangan mas pendam sendiri itu tidak baik." Aisha memeluk suaminya dari belakang yang masih berdiri di balkon, Hanafi masih menetralkan dirinya sedikit menghapus air matanya yang sempat jatuh.

" tidak ada apa-apa sayang, ayo kita turun"

" mas..." Hanafi berbalik dan memeluk Aisha lalu mengecup keningnya sedikit lama.

" sayang percayakan sama mas " aisha mengangguk dan tersenyum manis karena tak ingin suaminya sedih.

keduanya menuruni tangga dan berkumpul menemui keluarganya yang sudah menanti untuk makan malam.

" lama amat si kak, aku udah lapar nih." Hamdan mengerucutkan bibirnya membuat suasana jadi lebih ramai.

" anak ini masih aja padahal udah dewasa kamu Ndan" kata umma yang mengambil kan nasi untuk suaminya juga Hamdan.

kemudian Aisha menyiapkan untuk suami dan dirinya.

" dewasa ma diluar, dirumah aku tetap si bungsu yang selalu kalian rindu"

semuanya tertawa melihat kekonyolan si bungsu dalam rumah itu, terlihat Abah yang selalu rebutan dengan Hamdan padahal ikan ayam masih banyak.

" Kalian ini masih aja dengan kebiasaan yang sama, bikin umma pusing"

" kalau ngga gini ngga rame ma" balas hamdan membuat umma agar tak pusing dengan tingkah suami dan anak bungsunya.

" Abah itu harus mengalah sama anaknya bah, " ucap hamdan.

" kebalik justru anak itu harus hormat sama abahnya, lebih mendahulukan orang tua" suasana makin rame akan kekonyolan mereka. akhirnya Hamdan mengalah selalu itu yang terjadi, memang Abah sangat suka bikin heboh anak bungsunya.

Akhirnya semua makan malam dengan lahap, Hanafi saja yang makannya belum bisa seperti semula. karena terkadang terasa mual efek obat yang di minumnya.

malam semakin larut setelah shalat isya dan bercengkrama di ruang keluarga sambil melihat televisi semuanya memasuki kamarnya masing-masing.

" Mas lekaslah istirahat sudah malam, biar mas lekas pulih"

" sebenarnya mas ingin bicara sesuatu dek, mas ingin kamu yang pertama mendengar nya"

deg

jantung Aisha berdegup perasaan nya sedang tidak apa benar mas Hanafi sudah siap untuk menceritakan semuanya.

" Katakan mas, Aisha siap mendengar nya. jangan di simpan jadi pikiran mas nanti mas pusing lagi"

" sini mendekat mas ingin memelukmu "

Aisha mendekatkan diri memeluk suaminya, Hanafi mendaratkan ciumannya lagi di kening Aisha.

" sebenarnya mas....

********

lanjut nanti ya 🥰

Terpopuler

Comments

Umi Maryam

Umi Maryam

ini teh kumaha. sih ? pa bambang yudoyono teh abah nya hanafi kalau pa wahyu abi nya zidan ko jadi ketuker ,tifo nya banyak nih ,tolong yg teliti atuh jadi lieur macana pabeulit .🙏🙏😂😂

2024-07-04

0

Sulaiman Efendy

Sulaiman Efendy

BUKANNYA WAHYU ITU ABINYA ZIDAN, KLO BAMBANG IYA ABINYA HAMDAN & HANAFI, LGI2 TYPO BRTEBARAN.....

2023-09-12

0

lihat semua
Episodes
1 Pinangan
2 Pernikahan
3 rumah
4 Malam yang dirindukan
5 pusing
6 kampung halaman
7 tak sadarkan diri
8 obat
9 Hamdan
10 Hasil pemeriksaan
11 RS
12 Hamdan curiga
13 pulang
14 kanker otak
15 terkejutnya Hamdan
16 syok
17 Zakia namanya
18 RS
19 teman lama
20 kepulangan Hanafi
21 kembali pingsan
22 operasi
23 lebih baik
24 Hanafi kembali dari rumah sakit
25 ke rumah pak Wahyu
26 jadwal ke dokter
27 pesan Hanafi
28 mimpi buruk umi
29 kontrol
30 kemoterapi
31 dokter baru
32 bertemu
33 kemo lagi
34 titip istriku
35 Mama Raisa
36 Azzam
37 Hajar
38 Azzam pergi
39 Hanafi kritis
40 kepergian Hanafi
41 pemakaman
42 khitbah
43 keyakinan aisha
44 menerima lamaran
45 persiapan
46 pernikahan kedua
47 mantan istri
48 wisuda
49 MP
50 pulang ke Indonesia
51 rumah mama Raisa
52 Kiran
53 kembali bekerja
54 dokter Azzam
55 sepiring berdua
56 pelakor
57 libur kerja
58 peduli zidan
59 bakso
60 Aurel
61 salah paham
62 mencari Aisha
63 rindu
64 apartemen
65 sadar
66 berita hamil
67 puding
68 mual muntah
69 periksa
70 rujak
71 syukuran
72 melamar
73 di lema Zakia
74 Bertemu mama almira
75 keinginan mama almira
76 tikung di sepertiga malam
77 tendangan di pagi hari
78 jawaban Almira
79 resepsi
80 sempit
81 kecelakaan
82 operasi aisha
83 kritis
84 berhasil
85 sadar
86 VVIP
87 lebih baik
88 bidadari surga
89 sebuah nama
90 Suster Rista
91 Ammar dan Ameer
92 pamit ke Lombok
93 acara pesta Ammar dan Ameer
94 TAMAT
95 Promo novel " Mujahadah Cinta Zakia Humaira"
96 promo novel " Rasa Yang Salah"
97 Promo novel " Rahim Untuk Suamiku"
Episodes

Updated 97 Episodes

1
Pinangan
2
Pernikahan
3
rumah
4
Malam yang dirindukan
5
pusing
6
kampung halaman
7
tak sadarkan diri
8
obat
9
Hamdan
10
Hasil pemeriksaan
11
RS
12
Hamdan curiga
13
pulang
14
kanker otak
15
terkejutnya Hamdan
16
syok
17
Zakia namanya
18
RS
19
teman lama
20
kepulangan Hanafi
21
kembali pingsan
22
operasi
23
lebih baik
24
Hanafi kembali dari rumah sakit
25
ke rumah pak Wahyu
26
jadwal ke dokter
27
pesan Hanafi
28
mimpi buruk umi
29
kontrol
30
kemoterapi
31
dokter baru
32
bertemu
33
kemo lagi
34
titip istriku
35
Mama Raisa
36
Azzam
37
Hajar
38
Azzam pergi
39
Hanafi kritis
40
kepergian Hanafi
41
pemakaman
42
khitbah
43
keyakinan aisha
44
menerima lamaran
45
persiapan
46
pernikahan kedua
47
mantan istri
48
wisuda
49
MP
50
pulang ke Indonesia
51
rumah mama Raisa
52
Kiran
53
kembali bekerja
54
dokter Azzam
55
sepiring berdua
56
pelakor
57
libur kerja
58
peduli zidan
59
bakso
60
Aurel
61
salah paham
62
mencari Aisha
63
rindu
64
apartemen
65
sadar
66
berita hamil
67
puding
68
mual muntah
69
periksa
70
rujak
71
syukuran
72
melamar
73
di lema Zakia
74
Bertemu mama almira
75
keinginan mama almira
76
tikung di sepertiga malam
77
tendangan di pagi hari
78
jawaban Almira
79
resepsi
80
sempit
81
kecelakaan
82
operasi aisha
83
kritis
84
berhasil
85
sadar
86
VVIP
87
lebih baik
88
bidadari surga
89
sebuah nama
90
Suster Rista
91
Ammar dan Ameer
92
pamit ke Lombok
93
acara pesta Ammar dan Ameer
94
TAMAT
95
Promo novel " Mujahadah Cinta Zakia Humaira"
96
promo novel " Rasa Yang Salah"
97
Promo novel " Rahim Untuk Suamiku"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!