Seketika Hanafi sedikit gugup, masih menyusun kata-kata agar istrinya tidak curiga. Hanafi lupa menyimpan di tempat yang tidak bisa di temukan istrinya.
" itu obat-obatan kalau saja sewaktu tidak di tempat ngga enak badan, kepala pusing, sakit perut dan vitamin saja, sengaja mas tadi mampir ke apotek buat membeli. Untuk kebutuhan kita." Hanafi merasa sangat bersalah karena untuk pertama kalinya ia membohongi istri tercintanya.
" Dirumah obatkan masih banyak mas di kotak obat, mas malah membeli lagi." Aisha yang tidak curiga karena memang ia tidak tahu jenis obat-obatan. Apalagi ini obat dokter dosis tinggi hanya orang-orang tertentu saja yang mengetahuinya.
" Kan itu untuk dirumah dek, yang ini sengaja mas taruh tas untuk mas bawa".
Aisha masih terus merapikan semua yang ada di kamar, Hanafi mengelus dada menghembuskan nafas perlahan merasa aman tanpa di ketahui Aisha.
***
Suara piring dan sendok yang beradu, hanya saja Hanafi berkurang nafsu makannya. Entahlah sedikit melamun mengingat yang terjadi di rumah sakit tadi, esok hasilnya akan keluar menyiapkan diri dengan ketentuan esok.
" Mas...mas..."
" iya ada apa sayang"
" makanan nya di habis kan, kenapa mas melamun. Kurang enak ya makanannya, atau Aisha masaknya ada yang kurang pas" Aisha menatap suaminya yang melamun saja.
" Ngga kok dek, ngga papa masakan kamu enak mas suka banget. Apalagi di tambah dengan senyummu yang manis." goda Hanafi mengalihkan pembicaraan.
" Mas ini lagi serius bisa aja bikin Aisha malu".
" Jangan malu sama suami sendiri"
" Mas obatnya jangan lupa di minum setelah makan, bagaimana mas udah baikan ngga pusing lagikan"
" kalau mas pusing pasti tadi tidak kerja sampai seharian sayang"
Aisha sudah menyelesaikan makannya, kemudian berjalan mengambil obat untuk disiapkan agar Hanafi suaminya bisa meminumnya tepat waktu. Masih teringat jelas kejadian yang tiba-tiba membuat Aisha panik luar biasa kala itu.
" Terimakasih sayang"
" untuk apa" Aisha mengerutkan keningnya tampak alisnya yang beradu.
" untuk perhatian mu, kasih sayang, cinta dan kesetiaan mu."
" Sudah seharusnya mas, itu kewajiban aisha. Ajari aisha jika belum bisa menjadi ynag terbaik, Aisha akan terus berusaha menjadi istri saliha"
Hanafi mendekat mencium kening Aisha kemudian keduanya saling berpelukan.
***
Tampak Hamdan yang masih sibuk mengotak-atik motor kesayangan nya. Adik satu-satunya Hanafi ini sangat berbeda dengan Hanafi, adiknya modis gaul tapi tak pernah sampai keluar batas iapun tak pernah meninggalkan kewajiban nya. Tak pernah membantah perintah umma dan abahnya, meski sedikit selengekan.
Hamdan mahasiswa yang baru masuk di kampus, wajah yang lumayan tampan cukup menjadi idola kampus. Itulah Hamdan meski dengan sifat dan yang begitu ia tak pernah dekat dengan wanita siapapun. Sering di dekati tapi hanya teman tak mau di sentuh, selalu menghindar jika mendapati ia sedang berdua dengan yang selain muhrimnya.
Anita gadis cantik seksi blasteran Indonesia-Belanda, wajahnya yang menghipnotis seluruh pria kampus. Termasuk salah satu wanita yang mengagumi Hamdan, tapi begitulah Hamdan ia selalu menghindari saat ada yang ingin lebih dekat dengannya.
" Laki-laki pujaan ku belum datangkah, tumben biasanya ia sangat rajin".
" Belum terlihat dari tadi, ngga tau kemana itu bocah".
Terdapat Anita, Yara, Indri, Tomi dan Aris. Mereka ditugaskan untuk tugas kelompok, salah satunya juga Hamdan.
" Panjang umur tu bocah, noh liat."
Nampak Hamdan berjalan mendekat ke mereka semuanya.
Anita langsung merapikan rambutnya serta pakaiannya, agar terlihat lebih cantik di hadapan Hamdan. Indri dan Yara sedikit melengos melihat tingkah sahabatnya itu.
" Anita...Anita.. banyak laki-laki yang menyukai kamu tapi kamu tetap mempertahankan Hamdan untuk jadi ratunya"
" Hus diam kamu Indri, kalau yang lain tanpa aku dekati mereka sudah mendekat. Kalau yang ini aku anggap spesial, aku sangat menyukainya". senyum Anita yang membuat kedua sahabatnya menggeleng-gelengkan kepala.
" Hai bro,," tos adu tangan yang biasa mereka lakukan jika bertemu.
" tumben kamu datang telat Ndan, ada masalah" tanya Tomi.
" sorry tadi ada sedikit sama kesayangan"
Anita tampak melotot.
" kesayangan, siapa" batin Anita.
" oh udah di benerin, tau gitu kamu tadi telpon aku biar aku samperin" titah Aris.
" Ngga apa-apa cuma sedikit aja, sepertinya nanti aku bawa ke bengkel sebentar. sekarang masih bisa buat aku jalan. Bukan masalah yang serius".
" Kesayangan siapa Ndan, kamu udah punya pacar" Yara yang penasaran seperti halnya Anita kenapa mereka bilang kesayangan.
" kamu kayak ngga tau aja pacar Hamdan, itu Lo si merah tiap hari kemanapun dibawa, di naiki" celoteh Tomi.
" Oh motor kamu..." Indri baru sadar apa yang mereka bicarakan.
" Itu kamu cerdas in" Tomi mendorong kepala Indri pakai telunjuknya.
" emangnya aku seperti kamu Tomi..." yang bisanya cuma nyontek aja.
keduanya bersitegang, saling menyalahkan.
" Sudah... jangan berantem melulu awas jodoh Lo" ungkap Anita.
" ish... amit-amit " jawab Indri.
" Liat Indri kubuat kamu jatuh cinta sama aku. ha..ha..." Tomi tertawa lepas. akhirnya semuanya ikut tertawa lepas. Indri mengerutkan keningnya nampak tak senang.
" Oke kita lanjut bahas tugas kita ya" akhirnya mereka saling berdiskusi bersama atas tugas yang diberikan sama pak Harto, dosen di kampus nya.
" Perusahaan siapa ini yang akan kita wawancara i" ucap Aris.
" Kalau kalian berkenan di perusahaan Daddy saja, pasti ia berkenan. Nanti aku bilang ke Daddy ya" semua mengacungkan jempol tanda setuju.
" Baiklah cukup pembahasan kita, sebentar lagi masuk kampus" ucap Hamdan sembari merapikan buku yang telah dikeluarkan tadi.
***
Hanafi seperti biasa masuk kampus, karena ia termasuk salah satu dosen yang rajin dan bertanggung jawab. Tak melewatkan waktu nya, tak ingin korupsi dalam waktu.
Menyelesaikan tugas-tugasnya dan akan segera memasuki kelas. Kebetulan kelas yang akan di masuki pagi ini kelasnya Hamdan.
" Assalamu'alaikum"
" wa'alaikumsalam" jawab serentak para mahasiswa.
Perkuliahan di mulai, semua seksama mendengar kan penjelasan Hanafi dosen yang begitu mereka segani. Umurnya masih terbilang muda tapi wibawanya membuat semua menyeganinya.
Dua jam berlalu, perkuliahan mata kuliah Hanafi selesai. Segera menutup mata kuliahnya tak lupa memberikan tugas pada mahasiswa. Kebiasaan Hanafi tak melewatkan tugas untuk mahasiswa nya.
Semua mahasiswa keluar satu persatu, Hanafi masih merapikan buku-bukunya sebelum keluar. Entah kenapa kepalanya mulai terasa berat lagi, pusing yang ia dapati.
Hanafi sedikit memijat kepalanya, kebetulan Hamdan masih ada di kelas dan melihat pergerakan kakaknya itu.
" Kak kenapa, kakak kurang sehat" tanya Hamdan.
" Ngga papa sedikit pusing saja " di kala itu Hanafi berusaha menguatkan dirinya agar tak membuat adiknya cemas.
" Ya udah kakak ke kantor dulu, kakak tidak apa-apa".
" Baik kak " masih untung Hanafi kuat untuk berjalan kekantor nya.
" Alhamdulillah, semoga Hamdan tidak curiga" Hanafi langsung mencari obat untuk meminumnya. Obat itu hanya pereda rasa sakit saja.
" kenapa dengan kak Hanafi ya...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments