Sudah tiga hari mereka menginap dirumah Aisha, banyak sekali yang mereka lakukan. Aisha mengajak Hanafi jalan-jalan mengelilingi desa, desa tempat dimana ia di lahirkan.
Masih sangat terlihat asri, banyak pepohonan dan udara yang sangat sejuk.
" Tempat nya indah sekali dek, udaranya masih segar " Aisha mengajak Hanafi pergi ke sawah, beristirahat di sebuah gubuk.
Melihat padi yang tumbuh sangat subur, pemandangan yang jarang di temui Hanafi saat berada di kota.
Berbincang bercanda hingga sore hari tiba, kebahagiaan terpancar dari keduanya. Pasangan yang sempurna banyak pandang mata yang mengakuinya. Tampan dan sangat cantik.
Baru saja keluar dari area sawah menuju kendaraan motor milik Abi Aisha, tiba-tiba Hanafi terhuyung jatuh tak sadarkan diri.
" Astaghfirullah, mas Hanafi mas..." Aisha berteriak nampak kebingungan.
Terlihat ada bapak Rohim, tetangga orang tua Aisha. Melihat itu pak Rohim pun bergegas menghampiri Aisha yang terlihat sangat panik.
" Neng Aisha ada apa, kenapa dengan suaminya " pak Rohim pun sambil melambaikan tangan kepada semua orang masih berada di sawah itu untuk meminta bantuan membawa pulang Hanafi.
Tak selang berapa lama beberapa orang menghampiri Aisha untuk membantu membawa pulang Hanafi.
" Saya tidak tau pak tiba-tiba mas Hanafi jatuh sudah ngga sadarkan diri " Aisha sangat panik. Padahal ingat betul baru beberapa menit merasa masih bercanda.
Aisha sangat panik dan air mata pun jatuh di pipinya. Teringat saat Hanafi bercanda baru saja beberapa menit.
"ada apa mas, apa yang terjadi denganmu " batin Aisha.
flashback on
Aisha sedang berjalan menuju kendaraan motor nya bergegas untuk pulang kerumah, di saat itu Hanafi di belakangnya. saat berdiri merasa kepalanya sangat pusing luar biasa Hanafi tetap berjalan menyusul Aira.
" Ada apa dengan kepalaku, kenapa rasanya sakit sekali. Ini sudah kesekian kalinya " gumam Hanafi sambil berjalan ke depan.
Sudah tidak kuat rasanya akhirnya Hanafi pun tumbang, jatuh.
Aisha yang mendengar suara seperti kelapa jatuh akhirnya menghentikan jalannya dan menengok kebelakang. didapatinya suaminya ambruk tak sadarkan diri.
flashback off
Untung banyak warga akhirnya semua membantu Hanafi, untung saja ada mobil muatan di situ Hanafi pun di naikkan dan diantar ke klinik terdekat di desa itu.
Sesampainya langsung ada petugas yang menghampiri, di letakkan Hanafi di pembaringan langsung di bawa ke UGD.
Aisha masih nampak sangat panik.
terdengar suara orang berlari ternyata umi dan abinya yang datang.
Ada warga yang memberi kabar keduanya, tak selang waktu kedua orang tua itu langsung menuju klinik.
" Ndok, yang sabar ya. Doakan suamimu"
tidak langsung memberi tekanan pertanyaan tapi umi langsung menguatkan.
Aisha hanya mengangguk, karena ia sangat sulit sekali untuk mengeluarkan ucapan nya. hanya tangis saja yang dilakukan pengantin baru itu.
Dokter keluar dari ruangan dan memberi kabar baik. Aisha dan kedua orang tuanya menghampiri.
" Alhamdulillah pasien sudah sadar, tidak apa-apa mungkin hanya lelah saja "
Membuat semuanya merasa lega, Aisha pun langsung menghapus air matanya. Karena dokter mempersilahkan untuk masuk.
Terlihat Hanafi yang sudah sadar dan masih di tangani oleh perawat.
" Mas Hanafi,,, " Terlihat Hanafi tersenyum seolah tidak terjadi apapun.
" Maaf ya dek, bikin khawatir " Aisha menggelengkan kepalanya sambil menahan tangis, ia tak mau terlihat sedih didepan Hanafi.
Hanafi pun tau mata Aisha sembab pasti habis menangis. Hanafi membelai kepala Aisha yang masih terbalut jilbab.
" Alhamdulillah mas Hanafi sudah sadar, kalau lelah bilang mas jangan di paksakan. ginikan jadinya " Hanafi tersenyum.
Hanafi tidak harus di rawat dan di perbolehkan untuk pulang, akhirnya pulang kerumah mertuanya.
Aisha membuatkan makanan untuk Hanafi, karena sebelum minum obat Hanafi harus makan terlebih dahulu.
Dikamarnya Hanafi merenung dengan ucapan dokter waktu di klinik tadi. Hanafi meminta dokter untuk tidak mengatakan apapun kepada istrinya dan kedua mertuanya. Takut membuat mereka khawatir.
" sakit bapak ini tak boleh di biarkan, sepertinya sakit bapak yang bapak alami bukan sakit kepala yang biasa. Sebaiknya bapak lakukan pemeriksaan lebih lanjut, maaf karena alat kami di sini terbatas "
Ucapan itu masih teringat dan tidak tau kenapa sakit kepala yang dirasakan nya makin hari makin luar biasa sakitnya hingga ia tidak kuat.
Hanafi berfikir setelah kembali ke kota ia akan memeriksa kan sakitnya itu tanpa harus memberitahu istrinya.
" ceklek.."
terdengar suara pintu dibuka, di lihatnya Aisha yang membawa makanan.
Hanafi pun pura-pura tidur memejamkan matanya. Di goyang kan tubuh Hanafi agar bangun, Aisha tak mau terlambat membangun kan Hanafi karena harus minum obat.
" Mas bangun, makan dulu minum obat "
Hanafi membuka matanya dan duduk di tepi ranjang. Tersenyum, itulah yang selalu di lakukan pasangan ini tak ingin membuat salah satunya khawatir.
" Mas bisa makan di luar dek kenapa harus di bawa ke kamar makanannya, mas ngga papa "
" Mas itu harus banyak istirahat supaya segera pulih, si makan dulu makanannya " Aisha tak membiarkan suaminya mengambil makanannya, Aisha dengan sigap menyuapi suaminya.
" Terimakasih ya dek " Aisha mengerutkan keningnya.
" Untuk apa mas " goda Aisha.
" Untuk segala perhatian mu, kasih sayang mu dan cintamu. I love you Aisha "
" i love you to mas " pipi Aisha merah merona seperti tomat karena Hanafi selalu memandang nya.
" udah mas hayuk di habiskan makanannya " Karena tak ingin larut Aisha mengalihkan pembicaraannya.
***
Hanafi sudah terlihat sehat, dan keduanya harus kembali ke rumah mereka. Karena Hanafi harus kembali ke kampus, ada banyak sekali yang harus di kerjakan.
Rencana menginap di rumah Abah pun di batalkan, karena kejadian Hanafi pingsan kemarin mereka memutuskan untuk beristirahat di rumah umi dan Abi Aisha.
Malamnya Aisha berkemas di bantu oleh Hanafi, karena mereka harus berangkat pagi. Supaya bisa beristirahat siangnya, karena esoknya Hanafi harus berangkat kerja.
Aisha tak ingin suaminya kelelahan, takut kejadian kemarin terulang.
Beberapa hari di kampung halaman Aisha merasa puas, rasa kangen dengan kedua orang tuanya terobati.
Rasanya sulit sekali untuk beranjak, mengingat seorang istri harus ikut suami kemanapun ia pergi. Aisha meyakinkan dirinya harus lebih semangat, keinginan nya menjadi istri saliha seperti istri nabi, Khadijah.
Esoknya setelah sarapan mereka harus segera berangkat, sedih rasanya Aisha harus kembali jauh dari orang tua.
" Aisha dan mas Hanafi pamit ya umi Abi, jaga kesehatan ya " Aisha memeluk uminya sedikit lama. Hanafi menyalami keduanya dengan takzim.
" Hati-hati dijalan nak, pelan-pelan saja bawa mobilnya " dijawab dengan anggukan oleh keduanya.
akhirnya mobil yang di naiki pengantin baru itu melesat pergi dari desa. Aisha menatap jendela mobil dan menitikkan air mata.
Sebenarnya Hanafi tau tapi Hanafi tak ingin mengganggu nya takut akan membuat semakin sedih.
.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments