Hanafi harus melakukan perawatan selama dua hari, tak cukup satu hari karena sakit pada kepala masih sering kambuh.
" mas biar sembuh dulu jangan keburu pulang ya " Aisha yang masih menyuapi Hanafi.
" Mas tidak apa-apa Aisha cuma sakit kepala wajar nanti juga sembuh, mas ingin pulang saja. "
" Dokter menyarankan besok mas insyaAlloh bisa pulang, sekarang makan yang banyak terus minum obat banyak istirahat" terus menyuapi suaminya hingga habis.
" Alhamdulillah, mas kenyang Aisha "
" okey diminum obatnya ya, lalu mas istirahat " pinta Aisha.
Saat itu Hamdan berada diruang dokter, karena ada hal penting yang dokter harus beritahukan. Mengingat hanya Hamdan yang tau keadaan Hanafi. Aisha memanggil perawat namun karena hari itu pasien ramai sekali, suster belum bisa menemui kamar Hanafi. Aisha bergegas ke ruangan dokter, karena mau menanyakan satu hal obat dan kebetulan infus juga akan habis.
diruangan nya dokter saat itu tak menutup rapat pintunya, Aisha ingin mengetuk pintu dan masuk namun sebelum masuk Aisha mendengar kabar mengejutkan.
" Nak hamdan, segera berikan keputusan. nak Hanafi harus segera lakukan kemoterapi, penyakit kanker otak nya sudah menjalar. Sebaiknya segera beritahukan kepada keluarga dan istrinya " jelas dokter.
" Saya belum tega memberitahu kak Aisha dokter dan orang tua saya. " nampak Hamdan yang bingung dengan keadaan ini.
" hiks...hiks..." Aisha ingin menutup mulutnya mengetahui kabar yang mengejutkan itu namun sudah tak terkontrol hingga suara tangisnya terlepas. obat yang dipegangnya pun terjatuh.
" Kak ais " sontak Hamdan menoleh kebelakang terkejut melihat kakak iparnya disitu yang sudah menangis dan terduduk lemas.
" Kak ais, tenang kak"
" Kenapa kalian sembunyikan dari saya dok, kenapa dengan suami saya.hiks..hiks.." Aisha masih syok dan terus menangis. Hamdan tak berani menyentuh kakak iparnya, kemudian ada suster masuk lalu membantu Aisha duduk dikursi.
" Maaf kak Aisha bukan bermaksud Hamdan menyembunyikan semua ini " Hamdan pun ikut menangis tak tega melihat kakak iparnya.
" iya nak Aisha maafkan saya selaku dokter yang menangani nak Hanafi, akan saya jelaskan nak Aisha tenang ya. " dokter menghembuskan nafas kasarnya.
" Penyakit Hanafi ketahuan baru dua bulan terakhir ini, Hanafi meminta saya untuk tidak memberitahukan kepada siapapun begitu juga dengan Hamdan. nak hamdan baru tau kemarin saat ia keruangan ini dan mencecar saya untuk tidak menyembunyikan apapun. Apa boleh buat harus saya katakan dengan berat hati nak Hanafi mengidap penyakit kanker otak dan harus segera dilakukan kemoterapi." Aisha semakin tambah menangis menutupi wajahnya dengan kedua tangannya. kabar yang sangat membuat nya syok.
" Kenapa mas Hanafi tidak mau mengatakan kepada kami dok, seharusnya ia lebih terbuka dan kita bisa segera lakukan pengobatan" Nada bicaranya mulai tinggi Aisha tak bisa mengontrol.
" Nak Hanafi sangat menyayangi kalian keluarga nya, apalagi istrinya ia tak ingin membuat sedih semuanya. Nak Hanafi memohon kepada saya untuk sementara tidak mengatakan kepada kalian." jelas dokter agar tidak salah paham semuanya.
Dokter menjelaskan kembali kepada Hamdan dan Aisha apa yang harus segera dilakukan menindak lanjuti Hanafi. Cukup lama Aisha dan Hamdan mengerti maksud dokter.
" Hamdan tolong jangan katakan dulu kepada mas Hanafi, ia tidak mengatakan karena menyayangi kita semua sebaiknya kita diam dulu hargai usaha kak Hanafi. Jaga sikap kita selayaknya kita belum tau apapun. kakak mohon kita harus lebih kuat dan tegar demi kesembuhan mas Hanafi" Aisha wanita yang kuat ia pun tak ingin suaminya bersedih jika tau bahwa Aisha sudah tau keadaan nya.
" Itu lebih baik nak, kalian harus kuat itu akan membuat Hanafi lebih kuat dan semangat menjalani pengobatan nya" dokter menepuk pundak Hamdan.
" iya dok, kak Aisha saya usahakan belum akan memberitahu kak Hanafi ataupun orang tua saya" Hamdan mengerti maksud dari keduanya.
kemudian Hamdan dan Aisha pamit keruangan diikuti suster yang akan mengganti infus. Aisha mencuci muka terlebih dahulu supaya terlihat segar dan Hanafi tidak curiga. Hamdan masuk keruangan terlebih dahulu, disana sudah ada Abah dan umma.
" Hamdan kemana Aisha , kenapa lama sekali keluar." tanya Hanafi.
" kak Aisha sedang ke kantin kak mungkin lagi ngantri" Hamdan menyuruh Aisha membasuh mukanya dan ke kantin untuk membeli sesuatu agar bisa dijadikan alasan kenapa keluar sedikit lama.
" kamu darimana nak, kakakmu Hanafi dibiarkan sendiri" ucap umma.
" Tadi Hamdan jalan-jalan keluar umma, sehari semalam Hamdan disini mau ngehirup udara segar" .
Tak lama kemudian Aisha masuk dengan membawa sekantung plastik makanan ringan untuk cemilan.
Tetap saja perasaan dalam diri masih saja tak karuan, berusaha tetap tegar di hadapan suami dan mertuanya.
" umma sudah dari tadi" sapa Aisha.
" Barusan saja nak Ais" jawab umma.
Tak berselang waktu lama suster datang membawa satu infus untuk di ganti.
" Semoga lekas pulang, Hanafi ngga betah disini umma " merasa sedikit kesal dengan keadaan nya.
" Sabar nak, masih ingatkan Allah itu menguji hambanya sesuai dengan kemampuan hambanya. insyaAlloh besok sudah boleh pulang, istirahat banyak makan dan minum obat" begitulah seorang ibu, ia selalu memperlakukan anak-anak nya masih seperti anak kecil.
" iya umma, insyaAlloh Hanafi berusaha sabar dan ikhlas. ini juga sebagai penggugur dosa Hanafi yang begitu banyak. Maafin Hanafi umma. " dibalas dengan senyuman seorang ibu yang begitu lembut.
Aisha tak tahan mendengar ucapan suaminya dan bergegas masuk ke dalam toilet menangis menumpahkan air mata, dikamr inap itu di sediakan toilet juga lengkap ada kulkas televisi sofa, seperti layaknya tempat sendiri. Tapi tak ada siapapun yang betah berada di tempat itu, meski adapun seseorang yang mempunyai tempat yang lebih baik dari rawat inap ini mereka tetap ingin pulang ke gubuknya.
Suara dering telepon Aisha berbunyi dan lekas mengangkat nya.
" assalamu'alaikum umi"
" wa'alaikumsalam nak, bagaimana keadaan Hanafi sekarang nak"
" Alhamdulillah sudah membaik umi"
" Alhamdulillah, insyaallah nanti umi dan Abi datang tapi tunggu abimu dulu selesai mengisi kajian".
" iya umi, " Aisha segera menutup telepon serasa sudah cukup memberi kabar kepada orang tua nya.
" Siapa dek"
" umi dan Abi mas, mereka akan kesini"
." astaghfirullah dek, kenapa harus kasih kabar umi dan Abi bikin mereka khawatir dek. mas ngga papa besok juga sudah boleh pulang"
Aisha tersenyum menanggapi ucapan suaminya.
" mereka telepon mas tanya kabar kita, mungkin kepikiran namanya juga orang tua"
" iya nak seperti itulah orang tua, ikatan batin ngga bisa di hilangkan" umma menanggapi.
" istirahat kak, biar lekas sehat. Hamdan ke kampus dulu disini sudah ada umma, ada tugas sebentar Hamdan selesaikan"
" iya kamu pulang istirahat mandi, selesai kan dulu tugasmu. Jangan lupa bantu Abah di kantor, hanya kamu Hamdan yang bisa"
" kakak juga harus sehat bisa bantu Hamdan," kemudian Hamdan pamit dan pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments