bruk....
" maaf maaf mba," tidak sengaja Hamdan menabrak seseorang saat ia jalan ingin keluar dari rumah sakit.
Hanya terlihat wanita itu tersenyum di Balik cadarnya, terlihat dari matanya yang sedikit menyipit. Wanita itu tak mengeluarkan suara sedikitpun hanya lambaian tangan seperti isyarat bahwa dia tidak apa-apa.
Hamdan pun enggan membantu wanita itu yang jatuh terduduk, karena menghormati nya melihat pakaian yang serba tertutup itu. wanita itu menelangkupkan kedua tangan di depan dadanya dan menunduk bergegas pergi. Hamdan melihatnya berjalan hingga wanita itu berbelok ke sebuah ruangan.
" Astaghfirullah, kenapa aku mikirin wanita itu" Hamdan mengusap wajahnya dan lanjut jalan ke tempat parkir.
***
" Sudah dapat obatnya Zakia "
" sudah umi, kebetulan tidak mengantri"
Zakia namanya wanita muslimah yang terbalut cadar itu. Ayahnya sakit begitulah arti dari keberadaannya dirumah sakit ini.
" ya sudah nak kamu istirahat ya, semalaman kamu sudah menunggu Abi. Biar umi yang berjaga. "
" Zakia izin ke kampus sebentar ya mi ada hal yang harus Zakia kerjakan".
" ya sudah sebaiknya kamu pulang mandi lalu ke kampus" zakia mengangguk.
" Iya Zakia jangan tinggalin kuliah kamu, Abi udah ngga apa-apa." abinya yang sudah sedikit membaik membuat Zakia lega jika harus ke kampus.
Zakia kemudian berpamitan kepada kedua orang tuanya dan begergas meninggalkan rumah sakit menaiki taksi.
Hamdan yang tiba dirumah kemudian mandi beberes diri, sarapan lalu berangkat ke kampus. Sesampainya di kampus teman-temannya sudah menunggu nongkrong di tempat biasa.
" Hai dan "
tanpa menjawab Hamdan kemudian menghpiri para sahabatnya. Salam jotos dengan mengadukan dua tangan yang mengepal itulah persahabatan mereka.
" aku dengar kak Hanafi sakit"
"iya kemarin kami bawa masuk rumah sakit, kamu tau siapa yang kasih tau" tanya Hamdan.
" Kan hari ini kita ada kelas kak Hanafi dan, gimana si kamu"
" oh iya, ya astaghfirullah aku lupa "
" Hai semua apa kabar" tiga teman perempuan menghampiri mereka.
" baik lah " ucap ucap Tomi.
" Aku denger kakakmu sakit dan "
tanya Yara.
" iya kemarin masuk RS"
" nantikan pas jam kak Hanafi kita jenguk ke rumah sakit ya " ucap Anita.
" Kalian kan harus kuliah, ngga perlu repot-repot. Doakan saja kakakku lekas membaik dan pulang" cegah Hamdan tak ingin merepotkan sahabatnya.
" ngga papa Ndan selain dia dosen kita dia juga kakak kamu" Anita kemudian duduk disamping Hamdan.
" Calon kakak ipar " ucap Tomi.
" cie..cie.." semua meledek Anita.
***
sepuluh menit berlalu dengan perbincangan mereka yang begitu asyik. Tiba-tiba mata Hamdan berhenti ke. seseorang yang lewat di depan merek. Tanpa berkedip ia mengawasi yang berjalan itu tanpa teman-temannya menyadari nya
" Seperti kenal wanita itu, siapa. " batin Hamdan.
" Oh iya wanita yang menabrak ku tadi pagi, dia mahasiswa disini juga" Hamdan masih melamun syok dengan pikirannya.
" Ndan hoe, Ndan..." Tomi membentak Hamdan yang masih dalam keadaan melamun.
" eh iya " jawab Hamdan terlihat nampak kaget. dan wanita itu sudah berlalu dari hadapan Hamdan.
" kenapa loe melamun Ndan lagi liat apa sih, perasaan si depan ngga ada apa-apa"
Tomi celingukan mencari sesuatu yang membuat Hamdan melamun.
" Maaf, ada apa "
" siang nanti rencananya kami mau jenguk kak Hanafi dan" ucap Anita.
" oke ngga apa-apa, masih dirumah sakit kak Hanafi belum si perbolehkan pulang "
***
" mas di bawain puding sama umma dimakan ya " Aisha memberikan puding kesukaan Hanafi yang di buatkan umma.
Hanafi mengangguk tanda setuju.
" aku ngga papa kamu jangan khawatir ya dek " Hanafi mulai tidak nyaman dengan perlakuan Aisha yang nampak begitu khawatir.
" Iya mas, mas Hanafi lekas sehat denger kata dokter dan makan yang banyak " umma yang melihatnya tersenyum bahagia melihat anak dan menantunya. Aisha kemudian menyuapkan sesendok demi sesendok puding nya.
" Assalamu'alaikum "
" wa'alaikumsalam "
Dokter dan seorang perawat masuk untuk memeriksa keadaan pasien.
" Nak Hanafi sudah lebih membaik, makan yang banyak dan istirahat insyaallah besok sudah boleh pulang " dokter memberi semangat dengan masih memeriksa keadaan Hanafi.
" iya dok trimakasih" ucap Hanafi sambil tersenyum.
Hanafi masih belum tau kalau istri dan Hamdan sudah tau yang di deritanya. Sikap Aisha dan Hamdan tidak menunjukkan sama sekali kekhawatiran berlebih di depan Hanafi.
" ini obat langsung di minum ya dan banyak istirahat" Aisha dan Hanafi mengangguk saat suster memberikan obat.
" Saya permisi dulu, semoga lekas sehat ya nak Hanafi "
" terimakasih dok " kemudian dokter meninggalkan pasien beralih ke pasien lain yang harus di periksa.
" di habisin mas dan minum obatnya " Aisha menyiapkan obat untuk diminum Hanafi.
Begitu tampak tenang wajah Aisha juga Hanafi, padahal dalam hatinya rasanya remuk. Kabar yang mengejutkan di dengar Aisha bahwa suaminya sakit, Aisha di setiap sujudnya selalu berdoa memohon kebahagiaan untuk nya dan suaminya. Kini doa meminta kesembuhan buat suaminya dan dikuatkan atas ujian ini.
Ngga ada manusia yang luput dari ujian, sehat ujian sakitpun ujian. Allah menguji hambanya sesuai dengan batas kemampuannya.
" Umma sebaiknya umma istirahat saja dirumah temani Abah, Hanafi tidak apa-apa ada Aisha yang menemani "
" Ngga apa-apa hari ini Abah harus ke kantor, banyak yang harus di urus. jadi kalau dirumah umma cuma sendirian. Umma bosan mau temani kamu disini. Nak Aisha istirahat lah biar umma yang menemani Hanafi, kamu pasti lelah nak " jelas umma.
" Tidak umma, Aisha tidak apa-apa. " sanggah Aisha dengan sanhat sopannya.
" Iya sayang istirahat lah biar umma temani mas disini, berbaring lah pasti kamu lelah semalaman tungguin mas "
" Ngga kok mas semalam Aisha juga terlelap gantian sama Hamdan jagain masnya. Yang penting mas sekarang lekas sehat ya mas "
Semuanya tersenyum dan berbincang banyak hal, seperti membicarakan Hamdan yang tak mau membantu Abah nya di kantor. Hamdan yang lucu selalu ingin seperti kakaknya kala itu. Tapi berselang waktu Hamdan tak suka ia lebih menyukai dunianya mengotak atik motor kesayangannya. Masih suka bermain dengan teman-temannya, namanya juga anak muda pikirannya masih ingin bermain bersama temannya. Tapi walaupun begitu Hamdan tak pernah lupa akan nasehat orang tuanya, dia bisa menempatkan mana yang baik dan tidak baik dalam pergaulannya. Dan selalu ingat akan panggilan Tuhannya meskipun dalam keadaan yang masih sibuk berkumpul bersama geng motor nya.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments