Semua sibuk mempersiapkan acara pernikahan, besok acara pernikahan di gelar.
Hati Aisha yang berbunga jika esok ia akan resmi menjadi seorang istri. Hanafi pun demikian walaupun ia biasa menghadapi anak-anak muridnya, tapi akan adanya acara sakral ini Hanafi sampai tak bisa nyenyak tidur.
" Assalamu'alaikum" terpancar kebahagiaan di wajah seluruh keluarga ternyata kedua kakak Aisha datang untuk menyaksikan pernikahan besok.
" Wa'alaikumsalam, kakak" Aisha terharu melihat kedua kakaknya datang. Sekian lama mereka tak bertemu, karena memang jauh dari kediaman kedua orang tuanya.
" Adikku kamu terlihat bahagia sekali" Maryam meledek adiknya.
" ih kakak kayak ngga pernah aja" Meskipun cinta itu belum tumbuh di antara keduanya tapi mereka yakin kalau setiap hari dipupuk pasti akan bersemi setiap hari.
Semuanya tertawa meledak calon pengantin wanita. Aisha pun kikuk bingung malu dan menunduk, karena memang Aisha seorang wanita penurut ia tak pernah mengenal laki-laki maksudnya berkhalwat dengan pria.
***
Dirumah Hanafi pun sama semua sibuk menyiapkan persiapan pernikahan besok untuk mereka. Mempersiapkan apa yang akan dibawa esok agar tidak terlewat sedikit pun.
" Hanafi semua perlengkapan kamu sudah siap, baju pengantin dan semua yang akan di bawa sudah siapkan?" tanya umma dengan semangat.
" Insyaallah semua siap umma, jangan khawatir. Hanafi yang akan menikah kenapa umma sepanik ini" Hanafi bingung melihat ibunya yang dari kemarin tak henti menyibukkan diri.
" Umma ngga mau ada yang tertinggal, semua harus siap. Besok jadi kita tinggal berangkat saja ngga nyari sesuatu yang belum ada" masih dengan kesana kemari.
***
Pernikahan di gelar dirumah Aisha, ada acara pengajian, mengundang anak yatim, dan beberapa acara. Karena memang Abi Aisha adalah seorang pemuka agama di daerahnya jadinya persiapan harus siap, dengan begitu kesediaan konsumsi yang komplit.
Supaya para undangan leluasa untuk menyantap hidangan yang di sajikan.
Mobil pengantin datang, semua bersiap menyambut rombongan pengantin laki-laki.
Hanafi terlihat tampan sekali dengan balutan baju pengantin nya.
acara seserah selesai saatnya acara ijab Qabul. Sudah berasa dingin semua badan Hanafi, seperti tidak percaya dia akan menikah hari ini.
Hanafi pun menjabat tangan Abi Aisha yang akan menikahkan anaknya.
" Saya terima nikahnya Aisha Humaira dengan mas kawin cincin emas 25 gram di bayar tunai" Alhamdulillah Hanafi bisa melakukannya dengan satu nafas.
" Sah" pak penghulu berucap.
" Sah..." semua serentak menjawab dengan semangat. Semua tampak bahagia, terharu melihat apa yang terjadi di depan mata.
Aisha di peluk kakaknya dan para sahabat nya, terharu Aisha pun menitikkan air mata bahagia.
Doa pun di panjatkan untuk kedua mempelai. Saatnya Aisha keluar dipertemukan dengan pengantin pria yang kini sudah sah menjadi suaminya. Semua terkesima melihat Aisha, pengantin wanita terlihat sangat cantik Aisha yang tak pernah berdandan terlihat berbeda membuat semua orang kagum melihatnya.
Aisha menyalami tangan Hanafi dengan bergetar, semua orang tahu tersenyum melihatnya. Kemudian Hanafi meletakkan satu tangannya di atas kepala dan melantunkan doa.
Kedua pengantin pun di antar untuk duduk ke pelaminan. Tidak ada acara apapun, hanya pengajian dan resepsi saja.
" Barakallahu laka wa Baraka alaika wa jama'a bainakuma fii Khairun," kata Farhan sahabat Hanafi sambil memeluk erat Hanafi.
" Jazakallah, Farhan kamu sudah datang.
" Wah sahabat ku ini yang tak pernah mengenal wanita malah justru kamu yang nikah duluan" sambil menepuk punggung Hanafi.
Terang saja Hanafi sangat menjaga dirinya, dari dulu ia tak pernah dekat dengan wanita. walaupun banyak sekali yang ingin mendekati tapi Hanafi selalu menjauh. Ia selalu ingat pesan Abah, bahwa tidak di bolehkannya untuk dekat dengan yang bukan mahram.
Hanafi merasakan keberkahan dengan mata yang sudah semakin terjaga. Allah sudah menjinakkan nya dengan seseorang yang halal untuk di pandang.
' Pandangan adalah anak panah iblis. Siapapun menghindarkannya karena takut kepada Allah, Allah akan mengarungi akan keimanan, yang ia temui manisnya dalam hati..' HR. Al- Hakim.
Semua menikmati hidangan yang telah di sajikan, semua sangat senang bahagia mengiringi pengantin yang sangat berbahagia itu.
***
Akhirnya acara demi acara selesai semua tamu undangan pulang, kini Hanafi yang di tinggal dirumah orang tua Aisha istrinya.
Hanafi memasuki kamar Aisha untuk membersihkan badannya yang sudah lengket seharian.
" Mas itu handuknya disana pakailah untuk mandi" dengan malu Aisha memberitahu Hanafi.
" Iya sayang, trimakasih" tersenyum melihat istrinya yang kala itu tersipu malu.
Aisha membersihkan sisa make up dan Hanafi masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih.
Aisha merasa terharu melihat seisi kamarnya, kamar yang dulu ia tempati sendiri kini ada seseorang yang tinggal di sini bersamanya. Akan membuat suasana berbeda.
" Terimakasih ya Allah atas izinMu kini aisha engkau pertemukan jodoh yang baik, semoga kami bisa menjalani pernikahan ini dengan sakinah mawadah warahmah" doa Aisha.
" Aamiin 🤲, trimakasih ya Allah engkau hadirkan bidadari didepan mataku" Aisha kaget ada Hanafi yang berucap di belakangnya. Ternyata Hanafi mendengar doa-doa Aisha.
" Astaghfirullah mas, kamu bukannya beberes di kamar mandi" Aisha kebingungan.
" laki-laki itu kalau di kamar mandi ngga lama, ngga seperti perempuan, mas cukup dengan mandi saja".
Aisha malu berlalu memasuki kamar mandi.
" Aisha mandi dulu ya mas" Hanafi tertawa melihat tingkah malunya sang istri. Baginya itu lucu, bikin gemes.
Aisha keluar sudah lengkap dengan piyama serba panjang, Aisha belum siap ia masih sangat gugup menghadapi suami nya.
" Kesini bidadari ku, duduk" Hanafi menepuk tempat tidur yang ia duduki meminta Aisha untuk duduk di sampingnya.
Aisha tangannya merasa dingin, bingung dekat dengan laki-laki meski itu udah di nyatakan suaminya tapi Aisha masih belum terbiasa.
Hanafi memegang tangan Aisha yang masih tertunduk malu. Tangan Aisha yang dingin akhirnya pun menghangat.
" Jangan gugup sekarang kita suami istri apapun yang kita lakukan semua bernilai ibadah, seperti yang kita lakukan pegangan tangan. tatap mataku Aisha, tatapan kedua mata suami istri pun bernilai ibadah" Aisha membalas tatapan Hanafi tersipu malu.
" Aisha istirahat lah, aku tahu kamu lelah sekali" perintah Hanafi.
" Ngga usah dipikirin, aku tidak akan memaksa hakku sebelum kamu benar-benar sudah siap. Setelah kamu siap pasti akan ku tunaikan kewajiban ku" Hanafi merebahkan badannya yang terasa lelah sekali.
" Maaf mas bukan maksud Aisha menolak mas Hanafi. tapi Aisha..."
" huss, sudah mas Hanafi juga lelah. Aisha tidak menolak tapi mas mau istirahat. Mas juga ngga mau kalau kita lakuinnya sekarang pasti ngga akan maksimal. Mas mengerti Aisha mas ngga papa, hayuk tidur besok bangun biar seger" Hanafi meminta Aisha untuk tidur di sampingnya.
" Terimakasih mas" Aisha merasa tak enak tapi apalah daya Aisha belum sanggup melakukan kewajibannya.
Aisha tidur masih mengenakan piyama panjangnya dan jilbab, masih belum siap membuka hijabnya padahal sudah halal.
" Udah ngga papa hayuk tidur" Hanafi paham bahwa istrinya masih malu dengannya.
bersambung...
_____________________________________________
lanjut nanti ya pembaca Budiman.
terimakasih like dan vote nya jangan lupa.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Lilis Ilham
kenapa harus siap segala kan itu udah kewajiban
2022-12-01
1
Ilas Momnya Annisa
maaf ka cincin 25 grm segede apa itu 😁😁
2022-10-07
2
Vivi Bidadari
Siap ga siap ketika sdh ijab qabul ya harus dijalankan
2022-10-07
2