"Jika kamu tahu siapa dia? Apakah kamu memberikan aku tiket untuk memasukkan ke dalam penjara?" tanya Dewa.
"Jujur saja aku capek banget sama itu orang. Tapi bisakah aku hidup tenang tanpa adanya teror?" tanya Sascha balik.
"Apakah kamu enggak mau tahu siapa dia?" tanya Dewa yang menyipitkan matanya.
Sascha menggelengkan kepalanya karena tidak mau tahu. Kemudian Sascha melihat Dewa dan berkata, "Paling itu kolega kerja. Kamu tahukan kalau aku sering diincar oleh mereka untuk bekerja di perusahaannya. Jujur saja aku menolaknya. Karena aku merasa nyaman saja berada D'Stars Inc."
"Bukan dari kolega kita. Kamu tahu selama ini aku selalu memalsukan identitasmu agar aman bersamaku," ucap Dewa.
Sascha lupa dengan pernyataan Dewa. Sascha sudah menjadi orang yang paling penting di samping Dewa. Jika begitu Sascha akan mendapatkan bahaya besar Dewa mengetahuinya. Selain itu juga banyak musuh mengincar dan ingin meruntuhkan D'Stars Inc. Kemudian Sascha menatap Dewa lagi.
"Kalau bukan kolega kita, lalu siapa lagi?" tanya Sascha sambil menghembuskan nafasnya.
"Risa. Risa yang selalu menerormu. Karena Risa menginginkan kamu lenyap dari bumi ini," jawab Dewa.
Gadis paras cantik ini mengerutkan keningnya. Lalu gadis itu menggelengkan kepalanya, "Tidak mungkin kan Risa ingin melenyapkan aku. Apa alasannya?"
"Alasannya sudah sangat jelas sekali. Kenapa Risa ingin melenyapkan kamu? Karena Risa tidak ingin kehilangan Billi. Risa sangat takut kehilangan Billi selama-lamanya," jawab Dewa dengan jujur.
"Cih... Merebutkan Billi. Aish... Jadi selama ini?" tanya Sascha.
"Ya... Risa sering menerormu," jawab Dewa.
"Lucu," cebik Sascha. "Jujur saja selama ini aku tidak mencintai Billi. Aku mencintai seseorang yang sudah lama terpendam."
Dewa paham maksud Sascha. Lalu Dewa mendekati Sascha dan menghempaskan bokongnya di samping Sascha.
"Apakah kamu mencintai aku?" celetuk Dewa yang wajahnya mulai mendekati Sascha hanya berjarak sentimeter.
Sascha hanya menelan salivanya berkali-kali. Bagaimana bisa Sascha sangat dekat dengan Dewa seperti ini? Sascha bisa merasakan hembusan nafas yang membuat jantungnya berdetak kencang. Ah... Ini sangat aneh sekali.
"Bisakah kamu menjauhiku?" tanya Sascha.
"Mana bisa aku menjauhimu? Kamu adalah milikku sekarang," jawab Dewa tersenyum manis.
Mata Sascha membulat sempurna. Dengan beraninya, Dewa mengklaim dirinya adalah miliknya. Nah loh, ayo Sascha habis sudah kamu. Kamu tidak bisa mengelak lagi pada Dewa. Kamu berani menyembunyikan sesuatu untuk Dewa. Lalu Dewa sekarang mengetahuinya.
"Bisakah kamu minggir?" tanya Sascha.
"Jika kamu mencium bibirku. Aku akan minggir. Tapi jika kamu tidak mencium bibirku, aku akan tetap begini," jawab Dewa tersenyum manis.
Melihat senyum Dewa, Sascha semakin tidak bisa mengendalikan jantungnya. Sascha menangis di dalam hatinya. Karena Sascha sangat membenci senyum manis Dewa. Setelah itu Dewa dengan beraninya mengecup bibir mungil Sascha. Sascha memukul dada Dewa dan berdiri.
Ketika berdiri Dewa menarik tangan Sascha hingga jatuh ke pahanya. Lalu Dewa memeluknya sambil berkata, "Mulai sekarang kamu adalah milikku."
Dewa menatap leher Sascha dan menghembuskan nafas lembutnya. Hingga Sascha merasakan ada glenyar aneh. Seketika jiwa Sascha bangkit dan menginginkan lebih dari itu. Namun Sascha sadar dan mulai menepis Dewa. Tanpa disadari oleh Sascha merasakan ada yang berdiri. Sascha menatap wajah sayu Dewa segera berdiri. Sascha tidak akan melakukannya sebelum pernikahan ini terjadi.
"Sascha," panggil Dewa dalam mode aneh.
"Ada apa?" tanya Sascha.
"Sepertinya kamu harus tanggung jawab soal ini dech," jawab Dewa.
Sascha mengerutkan keningnya sambil bertanya, "Aku harus ngapain?"
"Kamu harus menidurkan benda pusakaku," jawab Dewa yang menahan hasrat.
"Maksudnya?" tanya Sascha.
"Kamu harus melakukannya," jawab Dewa yang berdiri lalu berlari ke toilet.
"Wa," teriak Sascha.
"Arghhhhhhhhhh!!! Kenapa jiwa laki-lakiku bangun jika bersamamu!" teriak Dewa yang frustrasi.
Sascha bingung tidak tahu apa yang dimaksud. Bisa dikatakan Sascha sangat polos sekali. Sedari dulu Sascha membentengi dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi sekarang Sascha hidup di dunia bisnis. Yang di mana Sascha bisa dijebak oleh lawan bisnisnya.
Selesai Dewa berteriak dengan kencang. Suasana di dalam kamar hotel itu hening. Sangking heningnya Sascha tidak mendengar suara Dewa. Sascha takut apa yang terjadi pada Dewa. Dengan penuh keberanian Sascha akhirnya mendekati pintu dan membuka pintu toilet itu.
Ceklek.
Pintu terbuka.
Setelah itu...
Arghhhhhhhhhh!!!
Sascha berteriak dengan kencang dan langsung menutup pintu.
Blooommmm.
Sascha menutup pintu itu dengan kencang. Sascha tidak menyangka kalau Dewa sedang menjinakkan benda pusakanya itu. Sambil mengelus dada Sascha berkata, "Astaga!"
Pucat pasi menghiasai wajah Sascha. Bisa-bisanya Sascha melihat yang tidak pantas dilihatnya. Lalu Sascha menghembuskan nafasnya pergi menuju kulkas.
"Menyeramkan," kesal Sascha.
Sascha mengambil air mineral dingin itu dari kulkas. Kemudian Sascha membuka botol itu sambil berkata, "Aish... Mata indahku jadi tercemar."
Sejam berlalu Dewa selesai dengan ritual mandinya. Dewa keluar hanya memakai handuk yang melingkar di pinggang. Dewa mendekati Sascha, "Bersihkan tubuhmu. Sebentar lagi kita sarapan."
Sascha menoleh ke arah Dewa dan menelan salivanya berkali-kali. Sascha melihat tubuh Dewa yang kekar itu. Dengan cepat Sascha membuang wajahnya, "Bisakah kamu memakai bajumu?"
"Kenapa kamu menyuruhku memakai baju?" tanya Dewa yang mengerutkan keningnya.
"Pliss deh... Pakai baju sana," ujar Sascha.
"Apakah kamu tidak mau melihat tubuh indahku?" tanya Dewa tersenyum devil.
"Ah... Mataku sudah tercemar olehmu," kesal Sascha.
Dewa terkekeh mendengar apa kata Sascha. Dewa sangat girang sekali dan membuat pernyataan yang menurut Sascha aneh, "Sascha."
"Apa?" tanya Sascha yang belum berani menatap wajah Dewa.
"Sepertinya kamu harus tanggung jawab," jawab Dewa asal.
"Tanggung jawab apa?" tanya Sascha.
"Kamu sudah melihat tubuhku ini. Dari ujung rambut sampai ujung kaki. Sepertinya kamu harus menikahiku," jawab Dewa tersenyum smirk.
Mata teduh Sascha hanya bisa membulat sempurna. Bagaimana bisa Dewa meminta pertanggungjawaban kepada Sascha? Sungguh konyol itu Dewa. Bisa-bisanya Dewa mengatakan meminta pertanggungjawaban kepada Sascha? Lalu bagaimana dengan Sascha? Apakah Sascha mau bertanggung jawab?
"Rasanya aneh jika aku harus tanggung jawab," jawab Sascha.
Dewa menggelengkan kepalanya sambil meraih ponselnya, "Aku akan menghubungi Jake untuk segera ke sini."
"Ngapain ke sini?" tanya Sascha dengan malas.
Sascha memutar bolanya dengan jengah. Sascha tidak tahu bagaimana menghadapi Dewa yang diam-diam memiliki sifat licik.
"Kenapa Jake disuruh ke sini?" tanya Sascha lagi.
"Aku suruh buat surat di mana kamu harus menandatanganinya. Jika kamu tidak mau kemungkinan besar aku bisa melakukannya tanpa tali pernikahan," jawab Dewa yang tertawa terbahak-bahak.
"Maksudnya apa sih? Aku enggak mengerti," kesal Sascha.
"Kamu mau tahu apa yang aku maksud?" tanya Dewa lagi.
"Iya. Enggak nyambung nih orang," jawab Sascha yang semakin kesal.
Dewa sengaja tidak memakai baju. Dengan penuh percaya diri yang tinggi Dewa duduk di samping Sascha sambil menarik tangan Sascha, "Apakah kamu enggak tahu setelah ini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 479 Episodes
Comments