"Ya... Gue mau nikah sama Risa. Mau lu apa?" tanya Billi yang sewot.
"Bisakah kita berbicara baik-baik tanpa harus sewot begitu?" tanya Sascha secara halus.
"Enggak usahlah sok baik gitu sama gue! Gue enggak mau nyentuh lu. Karena lu munafik. Selama ini lu enggak pernah nyerahin mahkota ke gue! Atau jangan-jangan lu sudah pernah tidur sama bos-bos besar?" tanya Billi.
"Maksudnya apa sih? Kok mahkotaku kamu sangkut-sangkutin?" tanya Sascha yang tidak paham.
"Lu itu mulai tolol atau gimana sih? Gue tahu setiap lu pulang malam. Pasti lu main di hotel sama bos-bos besar! Ya kan! Jawab Sascha?" bentak Billi.
"Kamu ini apa-apaan sih? Aku mana paham soal itu? Kalau aku tidak pernah main di hotel. Kalau ada acara meeting kami selalu bersama. Enggak sama bos-bos besar saja. Aku sama Maya, Intan dan Della dalam satu hotel. Kalau kamu enggak percaya tanya mereka," jawab Sascha dengan jujur.
"Halah tanya sama mereka percuma. Lagian mereka juga menutupi sifat munafik lu. Apalagi sama Dewa. Gue juga sudah tahu kalau Dewa juga ikut-ikutan nyicip tubuh lo itu!" geram Billi.
"Pliss.... Jangan bawa-bawa Dewa. Aku enggak mau Dewa terkena sangkut pautnya sama kita. Dewa sudah terlalu baik sama aku dan keluargaku. Aku enggak mau Dewa terseret," ucap Sascha yang tidak mau membuat nama Dewa jelek.
"Halah. Gue kagak percaya sama sekali. Kalau lu itu pernah tidur sama Dewa," ejek Billi.
Dewa yang berada di teras tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Billi. Akhirnya Dewa masuk ke dalam. Dengan geramnya Dewa masuk lalu bertanya secara tegas, "Lu nuduh gue nidurin Sascha!"
"Memang lu pernah mencicipi tubuh Sascha. Gue tahu itu semua ketika menjemput Sascha!" bentak Billi yang sangat membenci Dewa.
Sascha semakin jengah melihat pertengkaran Billi dan Dewa sedari dulu. Entah kenapa mereka tidak pernah akur. Sascha sudah menganggap Dewa adalah pria baik. Selain itu Sascha juga sudah menganggap Dewa sebagai kakak kandung. Akhirnya Sascha berteriak dengan kencang sehingga mengejutkan Fatin, Dina dan Santi. Mereka segera keluar dan langsung membentak Sascha.
"Diam lu!" bentak Fatin. "Kenapa lu masih di sini!"
"Mama... Aku di sini hanya untuk meluruskan masalah ini. Kalau Kak Billi tidak ingin meneruskan kisah ini. Lebih baik datang ke rumah ibu dan memutuskan tali tunangan ini," ucap Sascha.
"Enggak perlu! Memangnya lu siapa! Ha!" bentak Santi.
"Ya kalian minta baik-baik. Harusnya juga mutusin baik-baik. Aku tidak jadi masalah dengan pernikahan ini. Toh aku masih ada cita-cita yang belum aku gapai. Kalau Kak Dewa meniduri aku itu tidak benar. Aku tidak sekotor itu. Hubunganku bersama Kak Dewa adalah hubungan persahabatan," jawab Sascha yang santai.
"Gue kagak peduli! Lu itu sudah munafik! Bilang saja lu tidur sama banyak bos! Tapi lu kagak pernah ngakuin itu!" bentak Santi.
"Yang dikatakan Santi benar! Gue percaya Santi karena lu tidur sama banyak bos! Lihat saja lu cepet naik gaji dan naik pangkat!" bentak Billi.
"Bil... Lu harus tahu kenyataan ini! Gue bilangin kalau Sascha itu mempunyai otak cerdas! Setiap ada masalah perusahaan dia turut andil memecahkan masalah itu! Dan gue sebagai CEO pengen seluru karyawan berkembang! Termasuk adik lu!" tegas Dewa. "Jujur saja gue pilih Sascha karena bisa berkembang. Terkadang otak gue sama otaknya Sascha bisa menyatu."
"Oh ya... Gue kagak percaya itu," ucap Billi dengan sinis.
Sascha langsung memegang lengan kekar Dewa untuk memenangkannya. Dewa yang mendapatkan sentuhan Sascha menjadi damai.
"Ok... Bagaimana keputusan kamu kak Billi?" tanya Sascha.
"Lebih baik kita enggak usah nikah!" geram Billi.
"Ok. Keputusan kakak sudah bulat. Aku akan menghormatinya. Pesanku satu jangan pernah menyebut kedua orang tuaku orang miskin. Jika kalian mengatakan orang tuaku miskin dan menjelek-jelekkan mereka. Aku bisa menuntut kalian," ucap Sascha dengan dingin.
"Sok juga ya kamu! Baru jadi orang kaya baru sudah kelewat batas!" bentak Fatin.
"Sekarang aku sadar. Selama ini kalian mendekati aku hanya untuk uangku saja ya. Jika aku memberikan uang kepada kalian. Kalian akan bersikap manis kepadaku. Jika aku tidak memiliki uang sepeserpun seperti ini yang ngegas terus-menerus. Kalian selalu sinis kepadaku. Kalian adalah keluarga hebat. Untung saja Kak Dewa memberitahukan aku sebenarnya," jelas Sascha yang sudah sadar dengan kebodohannya.
"Memang kami hanya mengeruk keuntungan kamu saja!" ucap Fatin dengan suara meninggi.
"Gara-gara dia," sahut Billi dengan suara meninggi sambil menunjuk Dewa. "Lu enggak pernah ngasih gue duit sama sekali. Makanya mulai sekarang lu jangan mengharapkan cinta dari gue!"
Jederrrrrr.
Kilatan petir menyambar di pohon mangga depan rumah. Perkataan Billi membuat hati Sascha menjadi retak. Selama berpacaran selama empat tahun Sascha baru menyadari kalau sang kekasih hanya mengambil uangnya saja. Untung hari ini Tuhan sayang sama Sascha. Pernikahan seminggu lagi yang akan dilaksanakan batal. Sascha akhirnya memutuskan untuk pergi dari rumah itu. Dengan luka yang sudah tergores Sascha berusaha untuk kuat.
Di belakang Sascha ada Dewa yang merasakan hatinya sangat sesak sekali. Seakan tidak percaya Dewa mendengar langsung kata-kata Billi. Billi memang tidak pernah mencintai Sascha. Lalu untuk apa Billi mendekatinya? Hati Sascha sudah patah menjadi dua. Dewa ingin membalut luka itu dengan perbannya.
Ketika hujan tiba di pagi hari, Sascha membiarkan tubuhnya merasakan hujan deras. Sascha menangis dalam diam. Ternyata selama ini Sascha selalu diperalat sama mereka. Melihat Sascha yang menangis, Dewa menjadi tidak tega. Lalu Dewa berlari dan mendekatinya sambil berkata, "Menangislah yang kencang. Setelah itu kamu tidak boleh menangis."
Sascha memeluk Dewa dan menangis dengan kencang. Hancur sudah impian pernikahan yang sudah direncakan. Kini berubah menjadi malapetaka. Selama sejam Sascha meluapkan emosi kekecewaannya. Kemudian Dewa membawanya ke villanya.
Setelah itu Dewa menyuruh Sascha membersihkan tubuhnya. Sascha mengiyakan sambil pergi ke kamarnya. Setelah Sascha pergi, Dewa meraih ponselnya lalu menghubungi Tommy. Dewa meminta Tommy untuk memecat Santi. Selama ini kebaikan Sascha salah digunakan oleh Keluarga Billi. Untung saja sebelum ke sini Dewa sudah memberi tahukan mereka.
Selesai membersihkan tubuhnya Sascha pergi ke dapur. Sascha ingat kalau hari ini Minggu. Biasanya beberapa pelayan yang menjaga Villa libur. Lalu Sascha mencoba melihat isi kulkas dan mencari bahan.
Ketika ingin mengambil ayam Dewa memanggil Sascha dengan suara baritonnya hingga terjadi...
Duaaaakkk.
Kepala Sascha terbentur pintu atas kulkas dengan kencang. Sascha merasakan kepalanya cenat-cenut dan melihat Dewa ada dua.
"Wa... Tumben kamu ada dua. Apakah kamu mempunyai saudara kembar?" tanya Sascha secara blak-blakan.
"Maksudnya?" tanya Dewa yang bingung. "Aku masih satu. Lima tahun lagi aku bisa menjadi dua bahkan empat!"
"Apa?" pekik Sascha.
Lalu...
Bugh!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 479 Episodes
Comments