Sascha menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Aku tidak tahu."
"Harusnya kamu tahu," ucap Dewa tersenyum smirk.
"Aku enggak tahu," sahut Sascha.
"Sini aku beri tahu," bisik Dewa.
"Aku enggak mau dan enggak mau tahu," kesal Sascha.
"Ya sudah. Sebentar lagi Jake akan ke sini. Membawa surat tuntutan untuk kamu. Yang isinya adalah kamu sudah melihat seluruh tubuhku. Kamu harus tanggung jawab atas tubuhku," bisik Dewa tersenyum smirk.
"Aish... Apa-apaan sih? Kok bisa kamu menyuruhku untuk bertanggung jawab? Aku tidak memperkos*mu. Kamu ternyata licik juga ya," Sascha semakin kesal terhadap Dewa sambil menghentakkan kakinya berulang kali.
Dewa semakin gemas terhadap Sacha yang kesal. Lalu Dewa meraih ponselnya yang di meja sambil menghubungi Jake. Tak lama Jake sedang berdiri di balkon mendengar ponselnya berdering. Jake segera mengangkat ponselnya dan menyapa orang yang berada di seberang sana.
"Hallo," sapa Jake.
"Hallo Jake. Buatlah surat pernyataan bahwa Sascha bertanggung jawab atas tubuhku!" titah Dewa serius.
Sementara itu Jake bengong apa yang dikatakan oleh Dewa. Di atas kepalanya terdapat tanda tanya yang banyak. Kenapa tiba-tiba saja Dewa membuat pernyataan yang aneh seperti ini. Jake semakin terbengong dengan apa yang terjadi. Beberapa saat kemudian Dewa berulang kali memanggil Jake namun tidak digubrisnya. Akhirnya Dewa mematikan ponselnya dan menatap Sascha.
"Kamu harus tanggung jawab atas perbuatanmu itu!" titah Dewa.
"Tanggung jawab bagaimana? Bisakah kamu tidak membuat surat pernyataan konyol itu?" tanya Sascha.
"Menikahiku," jawab Dewa.
"Aish... Tidak!" tegas Sascha.
"Ya... Kamu harus menikahiku sekarang!" tegas Dewa.
"Oh... Tidak. Aku bilangin sama mama Tara loh. Kalau kamu memaksaku menikahimu!" geram Sascha.
Akhirnya Dewa merasakan Sascha yang geram sambil menahan tawanya. Dewa tahu kalau Sascha sedang geram menambah poin plus buat dirinya. Menurut Dewa Sascha adalah gadis yang sangat menggemaskan. Sascha menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Aku tidak mau menikah."
"Lalu?" tanya Dewa.
Sascha teringat akan cerita teman kantornya. Kalau malam pertama itu sangat menyeramkan. Bahkan sangat mengerikan baginya.
Flashback On.
"Eh... Bu Sascha," panggil Maya.
"Lagi pada ngapain sih kok pada kumpul begini?" tanya Sascha yang penasaran.
"Lagi menceritakan malam pertamanya Bu Mega," jawab Maya.
"Maaf... Aku harus membagi ini ke mereka yang lagi kepo berat," ucap Mega.
"Oh... Iya... Aku baru sadar kalau Bu Mega sudah menikah," ujar Sascha. "Bisakah membagi pengalamannya kepada kami?"
"Bisa. Jadi begini," jawab Mega yang mulai menceritakan tentang malam pertamanya.
Sascha, Maya, Della dan Intan mendengar kisah malam pertama Mega. Mereka bergidik ngeri dan meringis. Otaknya yang bersih belum tercemar apapun akhinya travelling menjurus ke hal-hal aneh. Mereka menggelengkan kepalanya sambil menghela nafasnya secara kasar.
Flashback Off.
"Ish... Rasanya sebal sekali. Baru kali ini ada yang meminta pertanggungjawaban. Hanya karena melihat pria bertelanjang dada malah disuruh nikah," decak Sascha.
"Ah... Siap-siap saja kamu akan bangkrut dalam sekejap," ujar Dewa yang menakuti Sascha.
"Sakarepmu Wa. Aku mangkel... Mangkel! Geting aku!" kesal Sascha.
Dewa malah tertawa terbahak-bahak mendengar Sascha marah. Dewa malah menarik tangan Sascha. Hingga jatuh ke dadanya.
"Kamu, kamu mau ngapain? Bukannya kita?" tanya Sascha yang langsung dibungkam oleh mulut Dewa.
"Membuatmu bangkrut jika kamu tidak mau bertanggung jawab atas tindakanmu kepadaku," ucap Dewa.
Sascha terpaksa bangun dan meninggalkan Dewa. Wajah cantik Sascha semakin memerah dan malu. Belum ada tiga jam Dewa sudah mencium bibirnya Sascha. Sascha masuk ke dalam toilet langsung menutup pintunya dengan kencang.
Blooomm
Suara pintu terdengar kencang membuat Dewa panik. Dewa berlari menuju ke toilet. Tanpa disadari oleh Dewa handuknya terlepas. Dewa menggedor-gedor pintu toilet dengan panik.
"Sascha... Sascha... Kamu enggak apa-apa kan?" tanya Dewa sambil berteriak.
Sascha memutuskan untuk mencuci wajah lalu menatapnya di cermin. Sebenarnya Sascha malu sekali dengan keadaan tadi. Belum ada sehari sudah terjadi tiga kali ciuman. Hadeh... Ini gimana? Mau marah ke Dewa kasihan. Tapi mau bagaimana lagi? Dalam hati Sascha mengumpati Dewa dengan kalimat "DASAR BOS ENGGAK ADA AKHLAK."
Semakin lama Sascha mendengar gedoran pintu tersebut semakin kencang. Sascha akhirnya membuka pintu dan melihat Dewa benar-benar telanjang tanpa memakai sehelai benangpun. Memang semenjak dari tadi Dewa belum memakai apa-apa. Lalu bagaimana dengan Sascha? Sungguh terlalu! Sebentar lagi Jake akan datang bersama surat pernyataan itu. Sascha harus menandatangani surat itu. Jika tidak Dewa akan memiskinkan dirinya. Dasar bos sinting.
Ceklek.
Pintu terbuka.
Tak lama Devan bersama Tara datang. Mereka masuk sengaja mencari Sascha bukan mencari Dewa. Ya... Buat apa mereka mencari Dewa? Karena Devan sangat membenci wajah tengil sang putra. Sedangkan Dewa dengan cepat memeluk Sasca. Dewa khawatir Sascha akan bunuh diri karena ulahnya.
"Kamu enggak apa-apa kan?" tanya Dewa yang ketakutan.
Sascha bingung dan tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Dewa, "Maksudnya apa sih?"
"Apakah kamu mau bunuh diri?" tanya Dewa yang ketakutan.
"Tidak. Aku tidak mau bunuh diri. Nasi soto ayam Lamongan masih enak kok bunuh diri," kesal Sascha yang mendorong Dewa.
Mata Sascha menelisik menatap tubuh Dewa tanpa memakai sehelai benangpun. Sascha berteriak sambil bertanya, "Kenapa kamu tidak pake baju?"
Devan mendengar Sascha berteriak segera mencari keberadaannya. Devan takut kalau Sascha memperk*sa Dewa. Eh... Kebalik Ding. Seharusnya Dewa yang mempek*sa Sascha. Kemudian Devan melihat Dewa tanpa memakai sehelai benangpun. Mata Devan membulat sempurna dan berteriak dengan kencang, "Sascha nikahi Dewa!"
Jederrrrrr!!!
Sascha terkejut mendengar perintah dari Devan. Entah kenapa Sascha pergi meninggalkan Dewa dan mendekati Devan dengan wajah bersalah, "Aku tidak mau pa!"
What's! Sascha menolak Dewa! Apa enggak salah tuh? Sascha... Dewa kan tampan. Kenapa kamu menolaknya? Pliss! Jangan kamu tolak Dewa.
"Sa... Nikahi Dewa. Kamu tahu papa pusing melihat bocah tengil itu! Kalau kamu enggak nikahi dia bisa-bisa papa menjadi stres!" titah Devan.
Sedari tadi Tara tidak memperdulikan Dewa. Tujuannya ke sini adalah bertemu Sascha. Setelah Devan berteriak dengan kencang seperti ini. Tara akhinya mendekati mereka bertiga. Lalu Tara melihat Dewa yang belum beranjak dari sana.
"Dewa!" teriak Tara menggelegar.
Dewa tersenyum manis sambil mendekati Tara. Tanpa ada dosa sedikitpun Dewa bertanya, "Ada apa mama sayang?"
"Pakai baju sana! Apakah kamu enggak lihat kalau ada Sascha di sini!" teriak Tara.
Kemudian Dewa melihat tubuhnya tanpa memakai handuk. Lalu Dewa masuk ke dalam toilet. Dewa meraih piyama dan memakainya. Setelah itu Dewa keluar dan melihat Sascha masih membuang wajahnya. Lalu bagaimana dengan Devan dan Tara? Ah... Mereka hanya menggelengkan kepalanya melihat keabsurdan Dewa. Dari dulu Dewa sering membuat ulah karena kekonyolannya. Mereka hanya menghela nafasnya sambil mengelus-elus dadanya, "Sabar... Sabar... Sabar."
Hanya kata sabar yang bisa terucap dari bibir kedua orang tua itu. Lalu bagaimana dengan Sascha? Seumur-umur Sascha baru mengetahui kalau sahabatnya itu merangkap sebagai atasan memiliki sifat absurd. Untung saja Sascha tidak tergoda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 479 Episodes
Comments
Nani Mardiani
Aduh thor ngakak deh aku 😄😄😄😅😅😅
coba ya Dewa masa perkututnya diobral ke shascha.
2022-08-31
2