"Ya itu benar. Kamu tahu kalau Mas Kobe itu hobinya tidur," jawab Dewa.
"Aish... Mas Kobe," ucap Sascha. "Katanya mau nikah? Kapan?"
Dewa mengajaknya ke toko kaset dan mencari keberadaan CD yang beraliran musik cadas. Lalu Dewa menjawab pertanyaan dari Sascha, "Sebulan lagi. Mas Kobe mengundangmu juga."
"Insya Allah aku datang ke sana. Semoga bertepatan dengan meeting," ucap Sascha.
"Kalau kamu enggak datang. Aku tetap menarikmu ke Nagoya," sahut Dewa yang mengambil CD Dream Theatre. "Rilisan lokal."
"Enggak gitu kali Wa," ujar Sascha.
"Enggak gitu bagaimana? Apakah kamu masih menunggu Billi?" tanya Dewa yang mulai kesal.
"Enggak," jawab Sascha. "Maksudku satu ongkos dua acara."
"Apakah uang kamu habis?" tanya Dewa.
"Bulan ini uangku masih ada," jawab Sascha.
"Syukurlah masih ada. Jangan sekali-kali kamu memberikan uang kepada mereka," tegur Dewa.
"Ya aku paham," balas Sascha.
"Nanti kamu akan tahu siapa mereka," batin Dewa.
"Kamu nyari apa?" tanya Dewa.
"Stratovarius mungkin," jawab Sascha.
Sementara di belakang Sascha dan Dewa. Ada sepasang yang belum bisa dikatakan pasangan suami istri. Mereka mengobrol tentang sesuatu yang cukup kencang.
Dewa yang sedang memilih CD merasa terganggu dan menoleh ke belakang. Wajah Dewa yang ceria berubah menjadi dingin. Kemudian Dewa menarik tangan Sascha yang masih memegang CD Stratovarius ke meja kasir.
"Ambil saja. Biar aku yang bayar!" perintah Dewa sambil menarik Sascha.
"Eh... Bentar. Aku mau beli Helloween," ucap Sascha.
"Enggak usah. Mungkin saja Mas Kobe membawakan Helloween," ujar Dewa yang asal.
"Ya sudahlah. Aku enggak jadi beli ini," sahut Sascha.
"Beli saja sudah," ujar Dewa yang tetap saja menarik Sascha.
Dewa sengaja menarik Sascha karena di belakang mereka ada Billi dan Risa. Dewa tidak mau melihat Sascha bersedih. Setelah membayar CD itu, Dewa mengajaknya ke resto favoritnya. Sementara itu Sascha bingung dengan Dewa yang berubah menjadi aneh. Sesampainya di sana Dewa duduk di sudut ruangan.
"Sebenarnya ada apa sih Wa? Kok kita buru-buru?" tanya Sascha.
"Aku tanya sesuatu sama kamu. Tapi kamu harus jujur sama dirimu. Apa yang akan kamu lakukan jika bertemu dengan kekasihmu saat jalan mesra dengan wanita lain?" tanya Dewa.
Seketika Sascha bingung, kenapa Dewa bertanya seperti itu? Sascha memilih diam untuk mencari jawabannya. Kemudian Sascha menghembuskan nafasnya sambil berkata, "Kemungkinan besar aku akan menangis."
"Jika aku menyuruhmu tidak menangis, apakah kamu akan menuruti keinginanku?" tanya Dewa.
Sascha tersenyum melihat Dewa dan menganggukan kepalanya. Entah kenapa Sascha menjadi bingung dengan permintaan Dewa. Jujur saja Sascha mempunyai satu pertanyaan yang menjagal di dalam hati. Ketika ingin disampaikan, Dewa memanggil pelayan untuk memesan makan siang.
"Pelayan!" teriak Dewa sambil melambaikan tangannya.
Pelayan itu mendekatinya lalu menanyakan menu makan siang kepada Dewa, "Mau pesan apa?"
"Seperti biasanya saja," ucap Dewa. "Kamu Sa."
"Disamakan saja," jawab Sascha.
Setelah memesan pelayan itu pergi dari sana. Mereka akhinya menunggu kedatangan Kobe. Tak lama Billy dan Risa masuk ke dalam restoran. Tak sengaja Billi melihat Sascha dan Dewa sedang duduk berhadapan. Namun sebelum mereka duduk, Billi ingin membatalkan makan siang itu di sini, "Gue enggak mau makan siang di sini."
"Kenapa? Ada si miskin itu?" tanya Risa dengan nada mengejek.
"Ya. Gue takut kalau dia mengamuk," jawab Billi.
"Lu takut sama dia? Serius lu? Gue baru sadar lu takut sama si miskin itu?" tanya Risa dengan nada mengejek.
"Lu tahu kalau selama ini gue kagak pernah kerja. Biaya hidup gue dari dia. Kalau dia ngamuk otomatis gue kagak bisa makan," jawab Billi secara blak-blakan.
"Ah... Iya lu bener juga. Lagian barang-barang yang lu beliin buat gue dari uangnya dia kan," kata Risa.
"Tau gitu loh," puji Billi.
Tak sengaja Sascha menoleh dan melihat Billi berjalan dengan Risa yang sedang mengandung delapan bulan. Kemudian Sascha terdiam dan tidak bisa berkata apa-apa lagi. Lalu Sascha merasakan dadanya yang sesak bagaikan tertusuk sebilah pisau tajam. Sascha membuang wajahnya dan mengambil banyak tisu, "Aku mau ke toilet."
"Aku ikut," ucap Dewa.
Akhirnya Sascha berdiri dengan diikuti Dewa. Sebelum keluar Dewa menarik tangan Sascha sambil menuju ke kasir, "Mbak... Meja pojokan di sana jangan diisi dulu. Kalau ada orang Jepang mencari aku suruh tunggu!"
"Baik pak," balas pelayan itu.
Kemudian Dewa mengajak Sascha ke area parkir. Setelah sampai sana Dewa menyuruh Sascha masuk ke dalam mobil dan menyuruh Sascha menangis, "Menangislah! Buang semua emosimu!"
Lalu Sascha masuk ke dalam mobil. Sascha menyembunyikan kepalanya kemudian menangis. Sementara itu Dewa yang masih berjaga di luar hanya bisa diam. Entah kenapa Dewa merasakan hatinya hancur berkeping-keping.
"Aku tahu ini sakit. Bahkan sakitnya melebihi tertusuk sebilah pisau. Tuhan memang adil kepadamu. Sebelum pernikahan kamu dilaksanakan bersama Billi. Tuhan langsung menunjukkan sifat asli Billi. Jika kamu sudah menikah, aku yakin kamu akan menderita. Tuhan terima kasih sudah memberitahu siapa Billi sebenarnya. Semoga setelah ini kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang hakiki," ucap Dewa dalam hati.
Dewa memutuskan untuk masuk ke dalam mobil. Dewa segera memeluk Sascha dan mengelus punggungnya dengan lembut. Setelah menangis Sascha melihat Dewa yang sendu. Lalu Sascha menghapus air matanya sambil mengucapkan kata maaf, "I'm sorry."
"Enggak apa-apa. Kamu berhak tahu apa yang sedang terjadi pada hubungan tidak sehatmu bersama Billi," ucap Dewa sambil mengusap rambut Sascha.
"Apakah selama ini kamu tahu semuanya tentang Billi?" tanya Sascha.
"Aku sudah tahu semuanya. Mulai dari Risa yang sengaja menikam kamu dari belakang. Terus Billi selingkuh. Dan kamu harus tahu fakta sebenarnya. Kalau Billi itu sering selingkuh dengan teman kuliah kamu dulu. Jika kamu tidak percaya tanya saja pada Maya, Intan atau Della. Mereka sudah tahu semua sepak terjang Billi. Bahkan mereka juga sudah tahu kelicikan Risa," jawab Dewa.
Sebenarnya Sascha sering diperingati oleh mereka. Namun Sascha tidak pernah percaya kepada mereka. Mereka akhirnya memutuskan bilang ke Dewa. Agar Dewa mau memberi tahukan kepada Sascha. Tetapi Dewa selalu memberinya clue sedikit demi sedikit. Tetapi Sascha tidak mengetahui apa yang dimaksud oleh sang sahabat itu. Hari inilah Tuhan memberinya sebuah fakta yang mengejutkan buat Sascha.
"Bagaimana hatimu?" tanya Dewa.
"Hatiku hancur berkeping-keping," jawab Sascha.
"Kamu tahu kenapa aku menyuruh kamu sekolah lagi?" tanya Dewa.
Sascha menggelengkan kepalanya lalu bertanya, "Memangnya kenapa kalau aku disuruh sekolah?"
"Aku ingin kamu mengasah bakatmu. Siapa tahu nanti kamu bisa menjadi wanita yang sukses," jawab Dewa.
"Aku merasakan ada yang lain," ucap Sascha.
"Nanti kamu tahu sendiri. Bersabarlah ikuti skenario Tuhan," ucap Dewa. "Selesai meeting aku mengajakmu ke tempat di mana bisa menenangkan hatimu."
"Di mana?" tanya Sascha.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 479 Episodes
Comments
El_Tien
ayo kak kita saling dukung
2022-06-20
0
El_Tien
ih perselingkuhan lagi hadeeeh
2022-06-20
0