Pasti Sascha akan memberikan Billi dengan suka rela ke Risa. Toh nyatanya Sascha tidak ambil pusing dengan keadaannya sekarang. Sascha menyerahkan masalah ini ke Tuhan dan akan mendapatkan seorang pengganti yang lebih baik lagi.
Tepat jam dua belas malam mereka meninggalkan Jakarta untuk menuju ke Seoul. Sascha rindu sekali dengan kota Seoul. Yang di mana Sascha mengukir kisah indah bersama sang sahabat. Lalu bagaimana dengan Dewa? Dewa sangat senang bisa berdekatan dengan Sascha.
Tepat pukul dua pagi. Beberapa orang memakai baju serba hitam mendatangi rumah kecil Sascha. Mereka membawa bensin dan menyiramkannya ke arah rumah Sascha. Salah satu dari mereka akhirnya melemparkan rokoknya dan api langsung menyambar rumah Sascha.
Selesai membakar mereka segera menghilang dari rumah itu. Seluruh warga kampung keluar dan berteriak ada kebakaran berulang-ulang. Lalu Pak RT menghubungi pemadam kebakaran.
Seluruh para warga mengambil air dan membantu memadamkan api yang terus berkobar. Namun apa daya api semakin membesar. Selaku Pak RT sadar kalau dirinya pernah dititipi oleh Ibu Nirmala untuk menjaga Sascha. Pak RT berseru dan meneriakan nama Sascha. Mereka terkejut sekali dan memikirkan Sascha. Mereka berspekulasi bahwa Sascha berada di dalam sana hingga terlelap tidur.
Beberapa saat kemudian datang beberapa armada pemadam kebakaran. Para personil mereka menyuruh para warga mundur. Mereka akhirnya berusaha memadamkan api secepat mungkin. Di kampung itu Sascha terkenal dengan warga baik. Sascha sering membantu para tetangga di kampung itu.
Setelah dipadamkan rumah Sascha hangus tidak bersisa. Mereka bersedih dan berharap Sascha masih hidup. Pak RT itupun duduk terlemas. Tetapi para personel pemadam kebakaran mencari keberadaan Sascha. Dalam pencariannya itu datang Tommy yang mengerutkan keningnya. Tommy melihat sebuah rumah yang sudah tidak berbentuk lagi. Sangking penasarannya Tommy mendekati Pak RT lalu bertanya, "Pak ada apa?"
Pak RT itu hanya bisa menghembuskan nafasnya sambil berkata, "Mbak Sascha... Mbak Sascha berada di dalam rumah. Rumahnya kebakaran."
Lalu Tommy membuka suaranya untuk memberitahukan keberadaan Sascha, "Pak... Bapak tenang saja. Sekarang Mbak Sascha sedang berada di Seoul bersama bosnya."
Pak RT pun terkejut dan menatap wajah Tommy, "Benarkah itu nak?"
"Ya itu benar. Kami bertemu dengannya jam delapan tadi di pasar malam. Terus jam sembilan mbak Sascha memutuskan untuk pergi dari sana. Soalnya tidak mau ketinggalan pesawat," jawab Tommy. "Jika bapak tidak percaya apa yang saya katakan. Lebih baik saya tunjukkan di mana mbak Sascha."
Tommy mengambil ponselnya dan mencari foto Sascha. Lalu Tommy menyodorkan ponselnya ke arah Pak RT sambil berkata, "Ini pak."
Pak RT segera meraih ponsel Tommy dan melihat foto terbaru Sascha. Foto itu diambil sebelum keberangkatannya. Kemudian Pak RT menghembuskan nafasnya sambil mengucapkan rasa syukur, "Alhamdulillah ternyata Mbak Sascha baik-baik saja."
Pak RT mengembalikan ponsel itu ke Tommy sambil mengucap syukur kepada Sang Pencipta. Kemudian Tommy menerima ponselnya dan menepuk bahu Pak RT sambil berkata, "Tenanglah pak. Setelah ini kami akan membantu menyelidikinya."
"Terima kasih nak," balas Pak RT.
Pak RT itu berteriak untuk menghentikan para personel damkar mencari keberadaan Sascha. Pak RT berseru kalau Sascha berada di dalam perjalanan ke Korea Selatan. Seluruh warga akhirnya mengucap syukur dan bahagia.
Di tempat lain Risa tertawa terbahak-bahak karena rumah Sascha hangus terbakar. Risa sangat puas sekali ketika anak buahnya bekerja dengan baik. Risa berharap Sascha hangus terbakar bersama rumahnya. Namun tanpa diketahui Sascha masih bisa bernafas dan melihat dunia.
Pagi yang cerah di dalam pesawat. Sascha bangun dan melihat Dewa yang masih terlelap tidur. Lalu Sascha melihat wajah tampan Dewa bak orang bule. Memang Dewa mempunyai darah Indonesia, Amerika dan Jepang. Saat Sascha terus memandangi wajah bulenya Dewa, Dewa akhirnya bersuara khas bangun tidur, "Aku tahu kamu memandangiku. Jika kamu ingin memandangiku di pagi hari seperti ini. Kamu bisa menikahiku."
Jederrrrrr.
Apa-apaan ini Dewa! Masa pagi-pagi begini mau menggombal? Ah... Rasanya Sascha ingin menghilang dari sini. Sascha memalingkan wajahnya ke jendela pesawat. Matanya menatap awan yang benar-benar bersih. Namun jantungnya sedang tidak sehat. Jantungnya berdetak lebih kencang tidak seperti biasanya.
"Brengsek juga ini orang. Bisa-bisanya ngajakin nikah di dalam pesawat! Enggak ada tempat romantis apa?" Sascha merutuki kesalahannya di dalam hati.
Dewa terbangun dan merenggangkan kedua tangannya. Lalu Dewa tersenyum melihat Sascha merutuki kesalahannya, "Jika kamu sudah tidak sabar ingin menikah. Sesampainya di sana aku menyuruh orang membuat pernikahan. Paling lama dua hari jadi."
Mata Sascha membulat sempurna. Alhasil Sascha bingung dengan apa yang dikatakan oleh Dewa. Kemudian Sascha mengabaikan penjelasan Dewa tersebut.
"Kakak... Bukannya kakak ingin menikah dengan orang lain? Kenapa dengan aku? Ih... Lama-lama aku pusing. Kan sudah aku bilang, kalau aku masih ingin sekolah terlebih dahulu. Lha... Ini malah ngajakin nikah," kesal Sascha.
Dewa terkekeh melihat Sascha marah. Dewa memegang tangan Sascha sambil menggenggamnya, "Suatu hari jika takdir menyatukan kita, apakah kamu akan marah sama takdirmu? Marah pada Tuhan sang pemberi takdir?"
"Aku tidak akan marah," jawab Sascha dengan jujur.
"Lalu jika aku yang ditakdirkan menjadi pendamping hidupmu?" tanya Dewa.
Sascha menggelengkan kepalanya sambil mengatakan sesuatu, "Jujur saja... Aku tidak mau. Jika bercerai kita akan menjadi orang lain. Aku tidak mau itu."
"Jangan pernah berpikiran untuk bercerai. Bukannya perceraian itu sangat dibenci oleh Tuhan? Semua pernikahan pasti ada kerikil tajam bahkan batu besar? Kita bisa bergandengan tangan dengan erat untuk melewatinya," ucap Dewa.
"Kamu benar. Jika kamu sangat ingin menikah dengan aku, tunggulah aku hingga meraih gelar S2. Aku ingin membuat ibu bapak bangga," ujar Sascha.
"Aku tidak memintamu sekarang untuk menikah. Aku juga ingin meraih S3ku," ucap Dewa.
"Kamu sudah memiliki otak jenius. Kamu sudah membawa D'Stars membesar. Kenapa juga harus sekolah lagi?" tanya Sascha.
"Meskipun aku tahu tentang seluk beluk dunia bisnis. Tapi aku ingin kembali ke sekolah," jawab Dewa.
"Terserah dech. Aku mendukungmu," ucap Sascha.
Beberapa saat kemudian ada seorang pramugari mendorong troli makanan. Pramugari itu menawarkan sarapan pagi. Dewa langsung menyetujuinya dan memintanya dua porsi. Lalu bagaimana dengan keadaan di Jakarta? Sascha sampai saat ini tidak mengetahui kalau rumahnya terbakar. Tommy yang masih berada di sana turut bersedih. Tommy mengingat awal perjuangan Sascha sangat menginginkan rumah walaupun kecil. Dari pagi hingga malam Sascha selalu standby di kantor. Mengerjakan tugas-tugas kantor yang menumpuk tidak ada hentinya. Sering sekali Dewa mengajaknya untuk mengunjungi pembangunan di kota-kota besar di Indonesia.
Meskipun D'Stars adalah cabang perusahaan pembuat komponen mobil, Dewa memiliki perusahaan yang benar-benar dibangun dari semenjak kuliah. Perusahaan itu bekerja dibidang properti semenjak beberapa tahun lalu. Dewa memang menyuruh Sascha bekerja dua perusahaan sekaligus. Sascha pun menyanggupinya. Sascha adalah tipe bekerja keras dan jarang pernah mengeluh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 479 Episodes
Comments