"Meeting dulu sekarang. Mas Kobe ke sini cuma sebentar," jawab Dewa.
"Baiklah," jawab Sascha yang menuruti permintaan Dewa.
Mereka akhirnya kembali ke restoran itu. Lalu mereka melihat Kobe yang sedang bermain game. Sementara mata Sascha tertuju ke arah Risa dan Billi yang menikmati makan siang tanpa berdosa sedikitpun. Dewa yang melihat Sascha akhirnya paham. Lalu Dewa mengajak Sascha duduk saling berhadapan.
"Mas Kobe," panggil Dewa.
"Hey... Wa... Sa," sahut Kobe. "Sebentar... Sebelum meeting dimulai. Kok aku lihat di meja sana," ucap Kobe.
Sebelum Kobe melanjutkan pembicaraan tentang Risa dan Billi. Dewa langsung menyenggol kaki Kobe. Sehingga Kobe diam dan tidak melanjutkan pembicaraan soal Billi. Lalu Sascha melihat Kobe dan Dewa sambil menghembuskan nafasnya, "Aku tidak apa-apa. Meskipun hatiku hancur berkeping-keping seperti kaca pecah."
"Syukurlah. Aku tidak ingin kamu menangis," ujar Kobe.
"Aish... Mas Kobe... Aya aya wae," ucap Sascha sambil nyengir.
"Kalau begitu ya sudahlah. Apakah Minggu depan kalian akan ikut meeting?" tanya Kobe.
"Meeting di mana?" tanya Dewa.
"Meeting ke Seoul," jawab Kobe.
"Mas Kobe benar. Aku baru tadi pagi mendapatkan informasinya. Yang diundang adalah seluruh CEO dan beberapa pegawai yang sudah ditunjuk," jawab Sascha.
"Berarti kamu bisa ikut. Sekalian kita liburan ke sana beberapa hari," celetuk Dewa.
"Boleh," balas Sascha. "Aku sudah lama tidak ke Seoul."
"Apakah kamu tidak ingin bekerja di pusat?" tanya Kobe.
"Memangnya di pusat ada yang kosong?" tanya Sascha.
"Selalu ada. Seharusnya kamu bisa terkena mutasi. Aku berharap kamu menjajal kursi di Jepang," usul Kobe.
"Jika aku bekerja di Jepang. Minimal aku harus memiliki pendidikan S2," jawab Sascha.
"Kamu bisa kuliah sambil kerja. Jika pendidikan kamu semakin tinggi. Ada peluang yang lebih baik dari ini. Kamu bisa menjadi asisten Dewa. Kamu bisa menjadi manager atau kamu bisa memimpin perusahaan cabang," saran Kobe. "Jika kamu sudah berada di pusat. Di sana kamu secara langsung belajar menjadi seorang pemimpin."
"Aku enggak mau ketinggian," ucap Sascha.
"Itu enggak tinggi bagiku. Asal kamu belajar lebih giat. Aku ingin kamu sukses. Dan buatlah mereka iri kepadamu," tambah Dewa.
Sascha akhirnya mengangguk tanda setuju. Apa yang dikatakan oleh Kobe dan Dewa betul apa adanya. Hati memang sakit bahkan terluka tersayat pisau. Namun apakah Sascha akan terpuruk secara terus-menerus? Tetapi sebelum memutuskan untuk bangkit apakah ada harapan lagi? Sascha berharap besar dengan hubungan ini. Sascha akan membicarakan semuanya tentang hubungan ini ke keluarga Billi.
Meeting siang ini sangat menyenangkan. Bagi Sascha, Kobe adalah sosok sang pemimpin yang dikagumi. Bahkan Sascha sering mencontoh bagaimana cara kerja Kobe. Lalu bagaimana dengan Dewa? Dewa tidak mempersalahkan Sascha. Dewa juga tidak memaksa Sascha mengikuti dirinya. Malah Dewa bahagia melihat sang sahabat sukses.
Selesai meeting, tiba-tiba saja Risa mendekati Sascha. Lalu Risa mengguyur jus jeruk di kepala Sascha. Hingga rambut Sascha basah semua. Risa malah tertawa mengejek dan merendahkannya di depan Dewa dan Kobe. Namun kedua pria itu tidak terkejut dengan ejekan Risa. Kedua pria itu sudah paham siapa Sascha sebenarnya?
"Lihatlah! Bukannya dia adalah seorang wanita pemuas hasrat pria. Makanya duitnya banyak ternyata dia adalah bookingan bos-bos besar!" ledek Risa.
Ketika Dewa ingin membalas kejelekan Risa, Sascha menggelengkan kepalanya sambil memegang tangannya, "Jangan kamu balas dia. Biarkan saja."
"Cih, sok bijak!" ejek Risa dengan suara meninggi. "Capek ah... Ngerjain lu! Lu itu bodoh! Sangking bodohnya Billi itu selingkuh dari lu. Karena lu itu sok suci banget jadi cewek! Lihatlah gue! Gue tidur sama Billi sudah ada hasilnya kan! Padahal sekali! Lu pacaran sama Billi hampir tiga tahun enggak menghasilkan apa-apa!"
"Jaga ucapanmu Risa!" bentak Dewa. "Kamu akan tahu akibatnya jika kamu merendahkan Sascha!"
"Oh... Ada pembela di sini! Hello... Lu tahu dia siapa? Wanita sok suci yang benar-benar alim. Pacaran sama Billi tapi tidak menghasilkan apa-apa!" ejek Risa.
Sascha hanya diam tanpa membalas apa-apa. Namun di dalam hatinya Sascha sangat kecewa terhadap Risa. Teman yang selama ini telah merebut impiannya untuk menjadi pendamping hidupnya. Kemudian Risa pergi meninggalkan mereka yang masih berada di tempat.
Untung saja tempat itu sudah lewat jam makan siang. Jadi di restoran itu tidak ada pengunjung sama sekali. Dewa menatap wajah Kobe untuk meminta bantuan. Setelah itu Dewa pergi dari restoran untuk mengajak Sascha ke apartemennya.
***
Setelah berganti pakaian, Sascha mendekati Dewa. Mata Sascha yang memancarkan keceriaan berubah menjadi sendu. Sascha tidak habis pikir, kenapa Risa memamerkan kehamilannya kepada dirinya? Lalu Dewa paham apa maksud Sascha. Akhirnya Dewa menarik tangannya hingga jatuh ke dalam pelukannya, "Jika kamu mau seperti itu. Aku bisa membuahimu. Aku ingin kamu menjadi ibu dari anak-anakku."
"Apaan sih wa? Aku pinjam dadamu sebentar," ucap Sascha.
"Pakailah," jawab Dewa.
Keesokan harinya Sascha membagunkan Dewa. Sascha meminta ijin untuk berangkat ke Bandung. Namun Dewa tidak mengijinkan Sascha pergi ke sana sendirian, "Wa."
"Kamu kok udah rapi begini. Mau ke mana?" tanya Dewa.
"Mau ke Bandung," jawab Sascha.
"Ngapain ke sana?" tanya Dewa.
"Meminta penjelasan tentang hubungan ini," jawab Sascha.
"Sudah jelas hubungan kita adalah pacaran. Ngapain juga ke Bandung," ucap Dewa
Plaaaaakkkk.
Sascha memukul lengan kekar Dewa. Hingga Dewa merasakan lengannya panas sekali, "Galaknya."
"Aku minta penjelasan hubunganku dengan Billi," jawab Sascha.
"Kamu kok keras kepala banget sih. Jelas-jelas kemarin kamu sudah dihancurkan oleh Risa," ucap Dewa yang menahan emosi.
"Aku cuma nanya sesuatu tentang bagaimana hubungan ini ke Billi," lirih Sascha.
"Aku bilangin sekali lagi. Hubungan kamu itu tidak sehat. Kalau kamu di sana tetap di maki," ujar Dewa.
"Sekali saja Wa. Plisss... Tolongin aku," kata Sascha yang memohon kepada Dewa.
"Kalau begitu aku antarkan. Tapi setelah ini aku tidak mau kamu menemui Billi dan keluarganya. Kamu harus ikuti kemauanku yaitu ambil program S2 di Harvard. Atau kamu bekerja di pusat," ucap Dewa datar.
"Kok kamu gitu?" tanya Sascha.
"Aku bilangin sama kamu sekali lagi ya. Setelah kamu mengetahui siapa itu Billi dan keluarganya. Aku mau kamu bangkit. Kamu mengerti!" gertak Dewa.
Sascha menganggukan kepalanya sambil berkata, "Baiklah."
"Tunggu aku. Aku mandi dulu," pinta Dewa yang bangun.
"Ok," balas Sascha.
"Apakah kamu mau ikut?" tanya Dewa yang mengerjai Sascha.
"Ke mana?" tanya Sascha yang polos.
"Mandi bersamaku," jawab Dewa.
"Apa!" pekik Sascha yang buru-buru kabur dari kamar Dewa.
Dewa hanya terkekeh melihat Sascha yang kabur dari kamar. Sascha memang sering masuk ke kamar Dewa hanya untuk membangunkannya. Sementara itu orang tua Dewa tidak memperdulikan soal Sascha yang sering masuk ke dalam kamar putranya itu. Justru orang tua Dewa sangat berterima kasih kepada Sascha karena sudah menjadi jam alarm untuk sang putra.
Selesai mandi Dewa sudah berpakaian rapi dan mengajak Sascha pergi ke Bandung, "Ayo."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 479 Episodes
Comments