Tiba di stasiun kereta api,
"Ar... Tinggal dirumah aku aja ya..." pinta Nita pada temanya yang sedang sakit. " kalau kau sudah sembuh kau bisa ke rumah bibimu."
"Tidak perlu, aku sudah menghubungi bibiku, beliau akan menjemputku disana."
"Baiklah, hati-hati disana ya... Setiba disana hubungi aku segera."
"Baik bos.." ucap Arsyana sambil tersenyum
Setelah kepergian Nita, Arsy duduk di depan loket stasiun. Ia terdiam disana, ia bingung kota mana yang akan menjadi tempat tinggalnya bersama anak yang masih dalam kandungan.
"Maafkan aku Nit... Aku membohongimu, aku tidak mungkin ke rumah bibi dengan keadaan begini." kata Arsyana dalam hati, ia tak mau menyusahkan Nita. Ia tahu bahwa Nita merasa bersalah atas apa yang menimpa dirinya dan ingin menolongnya.
"Apa yang harus aku lakukan ya Tuhan... kemana aku harus pergi..."
Arsy hanya menunduk menatap tas kecil yang isinya dua buah baju, dompet, dan beberapa obat dari kakaknya.
"Mau kemana nak Arsy?" tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya.
"Bu Sinta... "Kaget Arsy melihat salah satu pegawai kantin saat ia SMA disebelahnya. wanita paruh baya itupun tersenyum dan menjabat tangan Arsy.
"Ya Tuhan nak... Tanganmu panas sekali, badanmu juga." seketika itu bu Sinta langsung menyentuh kepala dan badan Arsy. "Ibu antar pulang ya?"
"tidak bu... Terima kasih" Tolak Arsy sembari tersenyum.
"ayo nak.. Nanti kamu kenapa...napa gimana?" pinta bu Sinta memegang tangan Arsy mengajaknya berdiri.
"Saya...." jawabnya pelan "saya diusir dari rumah bu..."
"Astaghfirullah... Mana ada orang tua tega mengusir anaknya nak..."
"Saya berbuat kesalahan besar bu..." jawab Arsy yang entah mengapa ia merasa nyaman berbicara dengan wanita paruh baya yang berwajah teduh disampingnya. "Saya hamil diluar nikah."
"Ya Tuhan... "
"Ayah menyuruh saya untuk menggugurkan anak ini bu, bagaimana bisa saya melakukannya... Anak ini sama sekali tidak bersalah, yang salah adalah saya bukan anak ini. Anak ini berhak hidup bu. Saya sudah melakukan dosa besar dengan melakukan hal itu dan sekarang ayah menyuruh saya untuk membunuh anak yang tidak berdosa ini. Sebesar apakah nanti dosa saya bu?" isak tangis menyelingi cerita panjang lebar Arsy pada wanita di sebelahnya, yang sekarang iba pada dirinya.
"Kau benar nak... Anak ini tidak bersalah... dan jangan menambah dosamu lagi." kata wanita itu seraya merangkul Arsyana. "Bagaimana kalau kau tinggal dengan ibu? Ya... Rumah ibu gak bagus sich."
"Apakah ibu tidak keberatan?"
"Tentu tidak, ibu tinggal sendirian. Jadi kamu bisa nemani ibu."
Sungguh senang rasanya mendengar ada ibu yang baik hati mengajaknya untuk tinggal.
"Kita pergi sekarang."
"Tapi bu, bu tadi mau pergi kemana?"
"Oh... Ibu tidak pergi kemana-kemana, ibu barusan mengantar makanan ke sini dan melihatmu, ibu langsung duduk disebelahmu."
Mereka pun pergi ke rumah Bu Sinta, rumah yang berwarna putih, tak begitu besar tapi asri dan terlihat papan nama Sinta catering bertengger di depan pagar tembok setengah badan.
Arsyana pun berjalan masuk dan beristirahat dikamar sebelah ruang tamu. Ia meletakkan kepalanya di atas bantal sungguh nyaman terasa karena sejak tadi kepalanya benar-benar pusing.
"ini ibu buatin teh hangat, diminum ya..! Oya nak ini ibu kembaliin uangmu waktu itu." kata Bu Sinta seraya memberikan uang lima lembar ratusan yang waktu itu dipinjami Arsy saat putranya sakit.
"Ibu bawa aja, saya kan waktu itu bilang sama ibu kalo uangnya saya kasih."
"Nak... Kamu sekarang pasti membutuhkannya untuk keperluanmu."
"Bu... Saya masih punya simpenan. Lagi pula saya sekarang juga numpang di rumah ibu, saya bersyukur banget bertemu sama ibu kalo enggak mau kemana saya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Shellia Vya
Untunglah bertemu dengan orang baik
2022-01-13
0
Endang Zakaria EnZa
😭😭😭
2021-02-24
0
Devi Handayani
beruntung ada ibu yg baik hati😭
2020-10-04
5